Qatar, menjadi
negara Arab dengan mayoritas penduduk muslim pertama yang ditunjuk sebagai tuan rumah untuk kompetisi Fédération
Internationale de Football Association (FIFA) World Cup 2022. Sejak dihelat
acara pembukaannya pada 19 November 2022 lalu, negeri beribu kota di Doha ini
pun semakin terkespos. Baik budayanya, pemerintahannya, hingga sisi
keagamaannya. Berbagai media siber, khususnya di Indonesia, mulai ramai
membicarakan keseriusan Qatar dalam menjadi tuan rumah FIFA 2022 yang tetap
diiringi dengan kepatuhan terhadap aturan syari Islam.
Mulai dari
fasilitas, Qatar dengan seluruh sumber daya yang dimilikinya menyuguhkan
fasilitas terbaik untuk para tamu dan peserta FIFA World Cup 2022. Salah
satunya seperti penginapan. Memang, terlihat seperti tenda-tenda perkemahan.
Namun, ternyata di dalamnya telah diberi kasur, televisi, bagkan kamar mandi
dan fasilitas lain yang membuat mereka nyaman serta aman menginap.
Selain itu,
masyarakat dunia disuguhkan pelbagai budaya muslim yang dikemas secara
menarik. Seperti, lukisan mural yang
memuat hadits Rasulullah saw. yang diletakkan di banyak titik tempat
terselenggaranya FIFA 2022 Qatar.
Tak hanya
keindahan budaya dan fasilitas terbaik, Qatar juga berusaha tetap dapat
menerapkan peraturan pemerintahannya selama FIFA 2022 berlangsung. Yang mana
sarat dengan syariat Islam. Misalnya, saat adzan berkumandang, maka acara yang
digelar harus diberhentikan sejenak. Aturan lain hingga melarang adanya simbol
LGBTQ juga menjadi syarat selama berlangsungya pertandingan sepak bola kelas
dunia tersebut.
Bahkan, dampak
dari disuguhkannya qiraah Al-Qur’an dan berbagai suguhan dengan sentuhan islami
oleh Qatar, pasca mengikuti pembukaan FIFA World Cup 2022 telah tercatat lebih
dari 1.000 orang pengunjung memutuskan menjadi mualaf. Masyaa Allah.
Lalu, bagaimana
sebenarnya sejarah dan peradaban Islam di Qatar?
Datangnya Islam di Qatar
Islam mulai masuk
di wilayah Qatar saat pasukan muslim dari Bahrain menaklukannya pada
abad ke-7 M. Akibatnya, masyarakat setempat menjadi berada dalam pengaruh kepemimpinan
al-Munzir Ibn Sawi al Tamimi dan ikut memeluk Islam. Hingga saat ini, 70% lebih
masyarakat Qatar merupakan seorang muslim.
Awalnya, Raja al-Munzir
Ibn Sawi al Tamimi bukanlah seorang muslim. Pada tahun 224 M, Kekaisaran Sasan
sempat menguasai Teluk Persia (meliputi wilayah Bahrain, Qatar, Pulau Tarut,
Pulau Al Khor, dan sekitarnya). Qatar menjadi salah satu wilayah pentingnya,
yaitu penghasil mutiara dan pewarna ungu (sebagaimana kita ketahui pada zaman
dahulu, warna ungu merupakan warna bangsawan dan sulit untuk dibuat). Rezim
Sasan ini pun mengajarkan ajaran agama Kristen kepada masyarakat setempat. Termasuk
pada Bani Tamim saat itu.
Saat Rasulullah
saw. mulai masif mengenalkan Islam di luar wilayah Makkah dan Madinah, beliau
pun juga sering mengirimkan surat untuk al-Munzir Ibn Sawi al Tamimi. Dalam
surat Rasulullah saw. menyampaikan tentang ajaran Islam dan ajakan untuk al-Munzir
Ibn Sawi al Tamimi beserta rakyatnya menjadi muslim. Sang Raja dan rakyatnya
yang ternyata juga telah sering mengetahui Islam ini pun memohon petunjuk
arahan Rasulullah saw. Singkat cerita, tanpa perlu ada perlawanan dan konflik, Raja
al-Munzir Ibn Sawi al Tamimi menjadi seorang muslim setelah sering berkirim
surat dengan Rasulullah saw. Bahkan, sebelum dirinya meninggal, ia telah menunaikan
zakat melalui salah seorang sahabat bernama Amr bin Ash.
Baca juga:
PROSES PEMILIHAN PEMIMPIN UMAT ISLAM PASCA-RASULULLAH | YDSF
KISAH ORANG YAHUDI DAN HARI SABTU | YDSF
Dalam literasi
lain yang menjadi asbabun nuzul surah Al Hujurat ayat 4, dikisahkan bahwa saat itu
sempat hadir beberapa delegasi dari Bani Tamim. Saat memanggil Rasulullah saw.,
mereka seperti kurang santun. Padahal, maksud mereka adalah ingin menyampaikan beberapa
syair yang menceritakan tentang Bani Tamim. Setiap syair tersebut tidak langsung dibalas oleh
Rasulullah, melainkan beliau mengutus Tsabit bin Qais bin As-Syammasy dan Hassan
bin Tsabit. Saling berbalas syair ini pun berakhir dengan masuknya delegasi
Bani Tamim ke dalam Islam. Rasulullah saw. pun memberikan banyak hadiah untuk
mereka.
Sebelum disebut
dengan nama Qatar, wilayah ini dinamakan Catharrei oleh orang-orang
Romawi. Satu abad kemudian, seorang tokoh Geosentris bernama Klaudius
Ptolemaeus membuat peta semenanjung Arab dan menyajikan wilayah Qatar dengan
nama Catara atau Cadara. Dalam beberapa literasi, tidak pernah
disebutkan apa arti Qatar dan asal usul penamannya. Namun, penulis menemukan Catara
dalam bahasa Sanskrit yang dipakai oleh bangsa India. Kata memiliki beberapa
arti, di antaranya pandai, dapat diatur, terlihat, dan sebagainya.
Penyebutan yang
telah berabad-abad itulah kemudian diserap dalam bahasa Arab menjadi Qatar. Dalam
hadits Rasulullah saw. tidak pernah disebutkan secara jelas nama wilayah Qatar.
Tetapi ada satu hadits tentang Bani Tamim yang disebutkan berasal dari
semenanjung Arab sebelah timur.
Sebenarnya,
sebaran Bani Tamim meliputi banyak wilayah, yaitu Semenanjung Arab, pantai
Mediterania timur, dan Irak. Namun, klan terkenal dan terkuat dari Bani Tamim
merupakan keluarga pemimpin Qatar sejak berabad-abad silam.
Berbeda dengan
kebanyakan pemimpin bangsa Arab yang merupakan keturunan langsung dari Nabi
Muhammad saw., Qatar tidak demikian. Bani Tamim yang berada di wilayah itu
memiliki satu garis keturunan dengan Rasulullah yaitu berasal dari Ilyas bin
Mudhar. Dari sanalah, kemudian muncul beberapa keluarga lain seperti Bani Tamim
dan Bani Hisyam (yang merupakan jalur keturunan di atas Rasulullah saw.).
Sayangnya, di
beberapa literasi modern terdapat kekeliruan penyebutan antara Bani Tamim dan
Bani Taim. Padahal keduanya berbeda. Bani Taim berujung pada Taim bin Murrah bin
Ka’b bin Lu’ayyi, sedangkan Bani Tamim berujung pada Tamim bin Murr bin Udd bin
Thabikhah. Dalam urutannya, Thabikhah bersaudara dengan Mudrikah. Dari garis
keturunan Mudrikah inilah yang menuju ke Bani Taim dan Bani Hasyim.
Salah satu sahabat
yang terkenal dari Bani Taim adalah Abu Bakr Ash Shiddiq. Oleh karenanya, bila
pembaca mendapati sebuah pernyataan ‘Abu Bakar Ash Shiddiq termasuk Bani Tamim’,
maka yang dimaksudkan sebenarnya adalah Bani Taim. Sedangkan, sahabt yang terkenal
dari Bani Tamim di antaranya Khabab bin Aratsdan Waqid bin Abdullah.
Dalam berbagai
riwayat hadits Rasulullah saw., banyak disebutkan tentang kelebihan atau
keunggulan yang dimiliki oleh Bani Tamim. Oleh karenanya, tak perlu heran bila
kita juga akan atau sempat menjumpai hadits yang menyatakan bahwa kelak pasukan
paling hebat yang menyertai Imam Mahdi melawan Dajjal berasal dari Bani Tamim. Wallahu
a’lam. (berbagai sumber)
Perbanyak Sedekah Agar Hidup
Semakin Berkah:
Artikel Terkait:
Kisah Umat Terdahulu yang Diuji Allah | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Peradaban Islam di Spanyol vs. Ukraina | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Amalan Malam Jumat, Yasinan atau Kahfian? | YDSF