Bercanda, menjadi salah satu aktivitas yang dapat merileksasikan diri. Namun, dari bercanda pula banyak hal secara psikologis juga akan terpengaruh. Terutama, bila kita sedang bercanda dengan usia anak-anak.
Dalam pergaulan kepada mereka tidak sedikit ada keengganan orang tua atau kaum dewasa memperhatikan dua hal ini. Entah itu disengaja atau tidak disengaja. Sadar atau tidak peniadaan dua hal tersebut membuat anak hilang keceriaan dan proses menikmati masa depan.
Ada baiknya menengok ke belakang. Kisah berikut terdapat di kitab Durratun Nasihin
karya Syeikh Usman bin Hasan Ahmad
Syakir al Kubawi. Tentang teladan
dari manusia paling mulia, Rasulullah saw. Bagaimana beliau memperlakukan anak-anak. Bagaimana membuat anak-anak terasa dalam perlindungan seutuhnya dari ketiadaan.
Bagaimana membuat anak-anak merasa
hidup lebih panjang.
Suatu hari ada anak gadis lagi yatim yang terlihat murung di hari raya idul fitri. Anak
tersebut paling beda sendiri karena
yang lain sedang bergembira. Beliau
melihat hal demikian muncul rasa iba. Didekati dan diusap kepalanya. Anak tersebut tetap menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Rasulullah saw. dengan lembut bertanya perihal ayahnya dan anak tersebut menceritakan
ayahnya yang ikut berperang dengan
Rasulullah dan gugur. Kemudian anak
tersebut melanjutkan cerita jika tiap hari
raya ayahnya membelikan baju manis berwarna hijau.
Dan hari raya tahun lalu adalah pertemuan terakhir.
Mendengar cerita itu, Rasul saw. tersenyum dan memberikan secuil harapan dengan
menjadikan dirinya sebagai ayah, Ali
sebagai paman, Aisyah sebagai ibunda
dan Fatimah sebagai kakak. Anak tersebut
tanpa bilang apa-apa ikut ajakan Rasul dan keluarga
Rasul memperlakukan istimewa kepada anak
tersebut.
Rambutnya disisir, diberikan baju baru dan wewangian. Kebahagian menyelimuti anak tersebut bersamaan dengan kesedihan yang
sedikit terlupakan. Tentu saja
harapan yang diulurkan kepadanya
membuat dirinya bisa melupakan sejenak tentang
ayahnya yang telah meninggal. Rasulullah
saw. paham betul posisi anak-anak dan cara
memperlakukan mereka. Senyum sebagai awal perjumpaan
yang manis dan kata-kata yang keluar dari
lisannya memberikan berjuta harapan. Tentu saja
ada penyesuaian dalam umur dan pemahaman.
Cara Bercanda Mempengaruhi
Psikologi Anak
Psikolog Vera Itabiliana mengatakan, jika senyuman bisa mengaktifkan otak bagian
emosi, salah satunya dengan
meningkatkan positif pikir. Dari
berpikir yang positif menumbuhkan semangat akan
hidup. Jika diberikan kepada anak-anak bisa membuat
anak cerah dalam menatap ke depannya. Bentangan
kebahagiaan terhampar begitu luas.
Baca juga:
Apa Itu Wakaf? Pengertian, Dalil, dan Hukum Wakaf | YDSF
6 Prinsip untuk Menyiapkan Anak Sebagai Pejuang Kehidupan | YDSF
Sapaan pertama dengan salam diikuti senyuman juga membuat doa yang terkandung dalam
salam akan lebih terasa manfaat. Bagi
telinga yang mendengar. Tidak hanya
untuk anak-anak, juga orang dewasa
juga merasa demikian.
Dalam kisah yang lain, Rasulullah saw. Pernah bertemu dengan seorang anak yang sedang
murung karena burung piaraannya mati.
Dan Rasulullah saw. yang banyak
kesibukan dalam urusan keumatan masih
menyempatkan menyapa anak tersebut. Tidak hanya
itu. Beliau juga menyempatkan untuk bertanya tentang keadaan diri anak tersebut dan meminta menceritakan soal kematian burung
tersebut. Dan Rasulullah dengan
perkataan lembut dan penuh hiburan
kepada anak tersebut.
Beliau bertanya, “Mengapa saya lihat Abu Umair sedih?” Keluarganya mengatakan,
“Wahai Rasulullah, burung kecil
(piaraannya) mati.” Rasulullah menghampiri dan bertanya, “Wahai Abu Umair, apa yang
sedang dilakukan oleh Nughair?” Nughair adalah sebutan burung naghru, sejenis
burung pipit. Perhatian Nabi ini menghibur anak-anak dengan nada canda.
Kepedulian yang
tampak dengan tulus tersebut membuat anak-anak menjadi mudah menerima orang
dewasa. Baik itu dalam nasihat maupun dalam perbincangan kecil sekalipun.
Apalagi dalam rangka untuk menghibur anak tersebut.
Dalam kasus
seperti ini tentu anak akan merasa diperhatikan dan kepercayaan diri tumbuh
dengan baik. Tidak masalah seberapa ukuran yang ada. Atau seberapa tinggi anak
tersebut bisa mendapatkan pengaruh dari pendekatan yang diawali dengan senyuman
ini.
Senyum seperti
apa yang baik dan terasa manfaat bagi anak? Duchenne Smile, sebuah senyuman
yang tidak hanya bibir saja yang ikut tersenyum. Mata, pipi dan alis pun ikut
tersenyum. Dan hati anak yang lembut lagi bersih akan mudah menangkap senyuman
seperti ini.
Seyogyanya,
orangtua atau siapapun yang ingin mengembangkan pergaulannya dengan anak-anak ini
perlu meniru cara senyum ini. Yang notabene sudah dipraktikkan oleh Rasul
sendiri.
Khusus bagi guru
yang berada di tingkat dasar, belajar untuk tersenyum merupakan kebutuhan akan
kemampuan yang perlu dikembangkan dalam menghadapi anak-anak. Karena usia dasar
adalah pengolahan karakter. Dan akan berhasil dengan adanya sebuah senyum yang
tulus. Senyuman dan kata-kata dari hati menetaskan harapan untuk lebih hidup.
Dan Rasulullah adalah sumber inspirasi.
Sumber
Majalah Al Falah Edisi Oktober 2017
Sedekah di YDSF
Artikel Terkait:
Kehidupan Ali bin Abi Thalib bersama Rasulullah | YDSF
BOLEHKAH SEDEKAH DARI HARTA HARAM? | YDSF
Adab Anak terhadap Orang Tua dalam Islam | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Balasan Menolong dan Membantu Orang lain | YDSF
NIAT MENUNAIKAN ZAKAT | YDSF