Profil Syafruddin Prawiranegara, Sederhana Tanpa Konflik Kepentingan | YDSF

Profil Syafruddin Prawiranegara, Sederhana Tanpa Konflik Kepentingan | YDSF

12 Agustus 2020

Pak Syaf, sapaan karibnya, menyeru masyarakat untuk terus hidup sederhana, peduli tetangga dan saling bantu melewati krisis. Seruan itu ia praktikkan untuk diri sendiri. Hidup sederhana!

Dalam obituari Majalah Tempo (2006) berjudul ‘Sederhana hingga Akhir Hayat’ disebutkan bahwa ketika menjadi Menteri Keuangan, Pak Syaf pernah mengambil kebijakan ‘Gunting Syafruddin’ yang akan memotong niliai mata uang saat itu.

Sepenggal 1950, Tengku Halimah, istrinya mengisahkan bahwa dirinya terhenyak ketika ia mengetahui gaji suaminya yang tidak seberapa itu malah dipotong setengahnya, untuk meminjamkan setengahnya lagi kepada negara.

Keluarga Pak Menteri Keuangan ini merasakan juga dampak “Gunting Syafruddin” akibat kebijakan Pak Syaf sendiri.

“Kok tidak bilang-bilang?!” protesnya kepada suami seperti ditirukan anak keduanya, Salviyah Prawiranegara Yudanarso atau Vivi. Namun Syafruddin menjawab: “Kalau bilang-bilang tidak rahasia dong." Kebijakan pemerintah yang ditandatangani Syafruddin itu memang bersifat rahasia.

Halimah pun harus kas bon ke Kementerian Keuangan untuk menghidupi 8 anaknya. Utangnya terus bertambah dan baru dilunasi saat Syafruddin menjabat Presiden Direktur The Javasche Bank (Bank Indonesia pertama) tahun 1951. (Sederhana hingga Akhir Hayat: 2006).

Syafruddin juga menolak pemberian Presiden Soekarno sebuah rumah di Jalan Diponegoro Nomor 10 Menteng Jakarta Pusat dengan alasan tidak mau menerima sesuatu yang dibayar dengan pajak rakyat.

Baca juga: Lebanon dalam Sejarah Islam

Dikisahkan dalam buku Belajar dari Partai Masyumi (2014), suatu ketika, A.R Baswedan (pahlawan nasional-kakek Anies Baswedan) yang juga anggota Partai Masyumi menghubungi Syafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Kepada Pak Syaf, Baswedan bercerita kalau salah seorang sahabatnya yang pengusaha dan juga anggota Partai Masyumi dari Surabaya minta dipertemukan dengan Pak Syaf. Kepada A.R Baswedan, Pak Syaf kemudian bertanya, ada keperluan apa orang itu sehingga ingin sekali bertemu dirinya?

Baswedan tak tahu. Lalu Pak Syaf mengatakan, kalau orang itu ingin bertemu untuk urusan pribadi, maka datanglah ke rumah setelah jam kantor. Jika ingin bertemu untuk urusan partai, maka datanglah ke kantor Masyumi, dan ia akan datang menemui seusai jam kantor.

Namun jika urusannya berkaitan dengan Bank Indonesia, maka Pak Syaf mewanti-wanti bahwa Bank Indonesia bukan milik Partai Masjumi, tetapi milik negara.

Jika ingin berurusan dengan Bank Indonesia, maka Pak Syaf menyarankan orang itu mengikuti prosedur yang ada, sebagaimana berlaku bagi semua orang.

Baca juga: Biografi Abdul Wahid Hasyim, Sang Menteri Agama RI

Syafruddin Prawiranegara Hidup Melarat

Inilah kisah orang yang malah ketika menjabat semakin ‘menderita’. “Meskipun kehiduannya adalah Menteri Keuangan, tetapi dibandingkan dengan kehidupannya taktkala menjadi Kepala Inspeksi Pajak di Kediri, keadaanya jauh lebih sederhana, malah dekat kepada melarat,” kata Ajip Rosidi (2011).

Sebagai pejabat publik, tidak ada konflik kepentingan bagi Pak Syaf. Ia tidak menggunakan jabatanya untuk kepentingan pribadi (baik bisnis, proyek, mengamankan usaha, dll), keluarga, kolega, partai, ataupun kelompok tertentu.

Kita tentu saja prihatin melihat masih ada pejabat publik dengan posisi apapun yang secara diam-diam atau terbuka menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi atau perusahaanya.

Pak Syaf telah mengajari kita tentang arti seorang negarawan. Semoga Allah anugerakan para pemimpin amanah untuk negeri ini, dan segera bisa melewati masa-masa kritis ini.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Juni 2020

 

Baca juga:

Sejarah Indonesia, Perjuangan Kasman Singodimedjo untuk Negeri | YDSF

ERNEST DOUWES DEKKER, MUALAF INDO, PEJUANG NEGERI INDONESIA | YDSF

MENGENANG BAPAK PROF. MAHMUD ZAKI | YDSF

Zakat Pada Barang Investasi | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: