Perubahan iklim
yang semakin ekstrem nampak mulai dirasakan di berbagai wilayah di Indonesia. Siang hari terasa terik menyengat.
Sedangkan di malam hari lebih dingin dari biasanya. Dalam situasi
normal, seharusnya sejak September telah memasuki musim hujan.
Dijelaskan di
laman situs bmkg.go.id, iklim di Samudera Pasifik dapat bervariasi dalam tiga
kondisi (fase); Netral, El Nino, La Nina.
Dalam istilah
ilmu iklim saat ini, El Nino menunjukkan kondisi anomali suhu permukaan laut di
Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari
normalnya. Sementara anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik bagian
barat dan perairan Indonesia yang biasanya hangat (warm pool) menjadi
lebih dingin dari normalnya.
Pada saat terjadi
El Nino, daerah pertumbuhan awan bergeser dari wilayah Indonesia ke wilayah
Samudra Pasifik bagian tengah. Fenomena tersebut menyebabkan perubahan pola
cuaca global, sehingga berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah di
dunia, termasuk berkurangnya curah hujan di Indonesia.
Secara ringkas,
El Nino merupakan suatu fenomena cuaca yang dapat menurunkan curah hujan dan
memperlama musim kemarau. Selain rentang waktunya lebih lama, kemarau menjadi
lebih kering. Di beberapa daerah yang memiliki curah hujan rendah terancam
kekeringan. Bila tak ada langkah antisipasi, tentu menyulitkan.
BMKG memprediksi
puncak fenomena iklim El Nino yang memicu cuaca panas ekstrem di Indonesia
terjadi pada Agustus-Oktober 2023. Maka, puncak kemarau terjadi di sebagian
besar wilayah Indonesia.
Secara umum,
kekeringan berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bagi wilayah dengan tingkat
intensitas hujan rendah. Belum lagi, ancaman risiko terjadinya kebakaran hutan
dan lahan (karhutla). Sepanjang 2023 ini, telah banyak terjadi kebakaran di
berbagai wilayah negeri kita.
Bagi sebagian
dari kita, mungkin tak terlalu merasakan dampaknya. Kita masih bisa
beraktivitas seperti biasa, bisa memasak, makan, membersihkan diri, mencuci,
dan sebagainya. Sementara di wilayah lain, ada saudara kita yang tidak bisa
melakukannya. Aktivitas rutinnya menjadi lebih sulit.
Selain berupaya memudahkan warga mendapatkan air bersih, berbagai tindakan nyata telah dilakukan YDSF. Seperti saat terjadi karhutla di Kalimantan, gempa bumi di Lombok dan Palu, juga tsunami di Aceh. YDSF juga berpartisipasi dalam penanganan bencana alam maupun kemanusiaan yang terjadi di negara lain. Seperti Maroko, Myanmar, Palestina, Suriah, Turkiye. Semua terlaksana berkat dukungan para donatur.
Baca juga: INDONESIA DILANDA KEKERINGAN, YDSF SALURKAN AIR BERSIH HINGGA PELOSOK NEGERI | YDSF
YDSF Alirkan Air hingga Jauh
Untuk mengurangi
kesulitan bagi warga terdampak, Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) melakukan
mitigasi. YDSF mengajak dan menghimpun dana dari donatur, untuk kemudian
didistribusikan. Survei pun dilakukan oleh tim relawan untuk memastikan bantuan
yang diberikan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan penerima manfaat.
YDSF sebagai
lembaga yang turut andil dalam aksi kemanusiaan juga fokus terhadap penanganan
bencana. Berbagai bentuk dan aksi kebencanaan terus dikaji dan digarap YDSF.
Terdapat beberapa
daerah yang kini menjadi fokus YDSF dalam menangani kekeringan dan kelangkaan
air bersih. Di Jawa Timur (Jatim), fokus pada kekeringan yang terjadi di
Bojonegoro, Jember, Lumajang, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Sampang, Trenggalek,
dan Tuban.
Sedangkan di
beberapa daerah di luar Jatim, YDSF memetakan daerah kekeringan yang berada di
Demak, Rembang, Salatiga, dan Semarang. Berbagai antisipasi kekeringan
dan kelangkaan air terus-menerus dilakukan YDSF. Seperti pipanisasi, dropping
air bersih, ataupun pengeboran.
Juli lalu YDSF mengerahkan tim relawan untuk melakukan
pemasangan instalasi pipa di kaki Gunung Semeru di Desa Sumbermujur, Kecamatan
Candipuro, Lumajang. Pipa sepanjang lebih dari setengah kilometer dipasang
untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga penyintas bencana. Ada 428
keluarga yang merasakan manfaatnya.
Sedangkan di Madiun, warga Desa Sumberbendo yang dulunya
harus berjalan kaki sepanjang 300 meter demi mendapat air bersih, kini bisa
dengan mudah mendapatkannya. Sebelumnya, mereka harus antre sejak dini hari
untuk mendapatkan seember air bersih. YDSF melakukan pengeboran sumur Oktober
2020 lalu.
Upaya yang dilakukan YDSF tersebut selaras dengan kebijakan pemerintah, untuk memprioritaskan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Plt. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko dalam Focus Group Discussion (FGD) Antisipasi Menghadapi Musim Kemarau dan Bencana Kekeringan Tahun 2023 yang diwartakan di laman situs pu.go.id mengatakan, sebagai antisipasi kekeringan pada musim kemarau tahun ini, diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan air bersih konsumsi masyarakat. Baru setelah itu untuk irigasi lahan pertanian.
Baca juga: Kekeringan Zaman Nabi Yusuf, Kemarau Hingga 7 Tahun | YDSF
Dropping Air di Tuban
Ustadz Fauzi Prayitno, Dai Desa yang ditugaskan YDSF untuk
program pemberdayaan warga desa di wilayah Grabagan, Tuban. Ustadz Fauzi
menuturkan bantuan yang diterima warga setempat berupa dropping air.
Sumur-sumur warga telah mengering. Secara topografi, wilayah ini termasuk
perbukitan, dengan sumber air terbatas. Kekeringan yang paling terasa dialami
warga Desa Ngandong dan Desa Ngenul. Letak kedua desa tersebut berada cukup
tinggi di perbukitan wilayah Grabagan, Tuban.
Bagi warga yang mampu, mungkin bisa membeli air sendiri
untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya dengan menggunakan mobil tangki.
Kalau yang ketersediaan dana terbatas, harus mondar-mandir menggunakan sepeda
motor sambil membawa jerigen air.
Bisa dibayangkan, kesulitan yang dialami bila harus membawa
air dengan armada sepeda motor sambal membawa jerigen berisi air dan harus
menempuh jalan menanjak. Tapi mereka harus melakukannya demi mencukupi
keperluan air bersih untuk keluarga.
Paling terdampak adalah pertanian. Sebab, sistem pengairan
yang dipakai warga adalah tadah hujan. Sehingga ketika tidak ada curah hujan,
para petani tidak bisa menanam, karena ladang-ladang menjadi kering.
Ustadz Fauzi menuturkan, sebelum mengirimkan bantuan air,
pihaknya lebih dulu berkoordinasi dengan perangkat desa, yang lantas
mengumumkan hal itu kepada warga desa untuk mempersiapkan wadah-wadah air dan
ditata di halaman rumah masing-masing.
Di hari yang telah dijadwalkan, mobil tangki air bantuan
dari YDSF berkeliling untuk menyuplai air, dari satu rumah warga ke rumah warga
lainnya bergiliran.
Kebahagiaan warga pun sangat tergambar ketika mendapat
bantuan dropping air. Terlebih warga-warga yang sepuh, biasanya mereka
menunggu bantuan warga lain yang lebih muda usianya. Keterbatasan tenaga mereka
menyebabkan tak lagi mampu mengusung air.
Tak hanya rumah-rumah warga. Ada pula masjid yang mengalami
kekurangan air. Maka disediakan waktu khusus untuk mengisi tandon-tandon air
untuk memenuhi kebutuhan air bagi jamaah di masjid.
Sedekah air sangatlah istimewa. Ada hadits yang menyebut
sedekah air merupakan sedekah yang afdhal. Bila kita menjadi bagian menghadirkan solusi itu, insya Allah
menjadi luar biasa pula.
Meskipun cuaca
sedang tidak baik-baik saja, namun kita tetaplah harus saling menguatkan satu
sama lain.
Rubrik Ruang
Utama Majalah Al Falah Oktober 2023
Zakat Profesi di YDSF
Artikel Terkait:
PERBEDAAN ZAKAT PROFESI DAN ZAKAT PERTANIAN | YDSF
Keutamaan Puasa Senin Kamis | YDSF
ZAKAT DALAM ISLAM | YDSF
Tips Mendidik Anak Berkarakter | YDSF
ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK | YDSF
Peresmian Pesantren Wakaf Ihya Ul Qur’an Wosossalam, Jombang
APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF