Di Indonesia,
rasanya seperti ada yang kurang bila tidak menghitung weton ketika akan menuju
jenjang pernikahan. Terlebih, jika hasil perhitungan weton tidak cocok, misal calon
suami kalah dari pasangannya. Kebimbangan, bahkan tak jarang berakhir kegagalan
pun terjadi. Memang tidak semua orang mempercayai perhitungan weton pernikahan,
terlebih bagi seseorang atau keluarga yang memegang teguh aqidah Islam.
Bagi mereka yang
kental mempercayainya, tentu secara tidak langsung akan terus merasa “terbebani”
dengan pola pikir yang demikian. Sehingga seolah mitos-mitos tersebut memang
layak untuk dipercayai. Dalihnya, akan ada banyak pantangan dan bencana bila dilanggar.
Padahal dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Aku sesuai
persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia
mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia
mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih
baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).””
Beruntung bagi
mereka yang telah memiliki kesadaran aqidah yang baik serta keluarga yang
mendukung. Maka, drama-drama tentang kepercayaan yang menyimpang dari Islam
dapat lebih mudah untuk dihindari. Lantas, bagaimana ternyata keluarga kita
sudah mendukung, tetapi justru dari keluarga calon pasangan yang kental percaya
dengan weton pernikahan? Apakah kita turuti atau tinggalkan begitu saja karena
dirasa tidak memiliki pandangan yang sejalan?
Menyikapi Keluarga Calon yang Percaya
Weton
Seperti kisah
salah satu Sahabat Donatur Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF), yang pernah
dimuat dalam rubrik Konsultasi Agama, terkait pernikahan yang akan dijalani
oleh putra beliau. Ibu tersebut memiliki putra yang akan melamar seorang
perempuan asal Madura, sayangnya keluarga dari calon tersebut begitu
mempercayai perhitungan weton termasuk menyoal akan menikah. Setelah dihitung
weton kedua calon mempelai, hasilnya adalah angka weton calon suami (anak Ibu
Donatur) kalah dari si calon pasangannya. Menurut kepercayaan pihak perempuan, kelak
akan sering terjadi pertengkaran masalah ekonomi. Padahal, keluarga Ibu Donatur
ini cukup mengerti agama dan berpandangan bahwa semua kebaikan itu sudah ada
yang mengatur, yaitu Allah Swt. Terlebih, mengetahui anak laki-lakinya dan
calon istri saling mencintai.
Baca juga: Hukum Puasa Weton dalam Islam | YDSF
Semua Hari Baik dalam Islam
Ustadz Zainuddin
MZ, Lc., MA., Dewan Syariah YDSF lantas memulai penjabaran dalam menjawab pertanyaan
tersebut dengan menyampaikan bahwa semua hari itu baik menurut Islam. Meski ada
hari yang terbaik, yakni Jumat. Namun, Islam tidak mempercayai tentang hari
yang buruk atau sial. Karena sebagai seorang muslim dilarang untuk mencela
waktu.
Dalam sebuah
hadits dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Jangan mencela
ad-dahr (waktu), karena Allah adalah ad-dahr.” (HR. Muslim no. 2246).
Sedangkan, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dijelaskan apa
maksud dari ad-dahr, Rasulullah saw. bersabda, “Jangan mencela
ad-dahr (waktu), karena Allah ‘azza wa jalla berfirman: Aku adalah ad-dahr,
siang dan malam adalah kepunyaan-Ku, Aku yang memperbaharuinya dan membuatnya
usang. Dan Aku pula yang mendatangkan para raja yang saling bergantian berkuasa.”
Sebagaimana saat
Rasulullah saw. menikahi Aisyah di bulan Syawal. Padahal, Arab Jahiliyah
menganggap bahwa akan ada banyak hal buruk yang terjadi di bulan Syawal, disebabkan
dari arti penamaan bulan tersebut. Namun, Islam datang dengan penuh keberkahan,
sehingga menghapuskan mitos-mitos tersebut melalui dakwah dan kebaikan yang
diajarkan oleh Rasulullah saw.
Masih menurut Ustadz
Zainuddin, tidak ada tuntunan terkait perhitungan weton bagi seorang muslim
yang hendak menikah. Yang ada adalah tuntunan yang sesuai dengan sunah
Rasulullah saw. dan firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an. Insya Allah, keluarga
yang dibangun berlandaskan tuntunan syari akan mencapai sakinah, mawaddah, dan
rahmah. Terlebih, bila kedua calon mempelai sudah saling mencintai, bukan
karena paksaan. Semestinya sebagai orang tua merasa bangga dan melanjutkan
kebaikannya dengan mendoakan rumah tangga anaknya penuh dengan keberkahan-Nya.
Bila seorang
calon merasa bingung saat hendak mengambil keputusan besar dalam hidupnya, yaitu
menikah, Rasulullah saw. telah mengajarkan umatnya untuk melaksanakan shalat
istikharah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah
saw. bersabda, “Rasulullah saw. biasa mengajari para sahabatnya shalat
istikharah dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau
mengajari surat dari Al Qur’an. Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang
di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat
dua raka’at selain shalat fardhu, ...”
Pria yang juga
masih aktif mengajar di Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) ini, juga
melontarkan pendapatkan melalui perumpamaan yang lucu dalam tulisannya: “Memangnya
sudah ada kenyataan kalau calon suami simbolnya musang, sedangkan calon istri simbolnya
ayam, lantas habislah ayam dimakan musang?”
Kebahagiaan hidup
seseorang bukanlah diukur dari perhitungan weton yang dimilikinya. Melainkan,
takdir Allah Swt.
Sedekah Penolak Musibah
Artikel Terkait:
CARA MENGHITUNG ZAKAT PENGHASILAN | YDSF
Batasan Air untuk Wudhu | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Menikah Tapi Tidak Cinta Suami | YDSF
MENGELUARKAN SEDEKAH DARI BUNGA BANK | YDSF
Tips Awal Memilih Pasangan Untuk Menumbuhkan Generasi Shalih | YDSF
APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF