Peran Penting Ayah di Keluarga | YDSF

Peran Penting Ayah di Keluarga | YDSF

5 November 2019

Pendidikan profetik ala Nabi berbasis keluarga. Pendidikan keluarga yang banyak dikisahkan dalam al-Qur’an, berhasil disarikan oleh Sarah binti Halil untuk meraih gelar magister di Fakultas Pendidikan, Universitas Ummul-Quro Mekah. Judul tulisan ilmiahnya adalah “Dialog orangtua dengan anak dalam al-Qur’an al-Karim dan aplikasi pendidikannya.”

Menurut sarah, di dalam al-Qur’an terekam dialog ayah dengan anaknya sebanyak 14 kali, sedangkan dialog ibu dan anaknya hanya 2 kali. Ternyata dialog antara ayah dengan anaknya jauh lebih banyak dan lebih dominan ketimbang dialog antara ibu dengan anaknya. Hitunglah: 14 dibanding 2. Ini artinya, proses pendidikan anak dalam keluarga yang di dalamnya terdapat internalisasi nilai-nilai dan pengetahuan, porsinya harus banyak dilakukan oleh Ayah.

Kisah al-Qur’an tentang dialog ayah dengan anak yang dominan, tentu bukan karena kebetulan, tetapi memberikan pesan kuat bahwa pendidikan anak yang Qur’ani berpusat pada Ayah. Kajian itu menegaskan bahwa terutama Ayah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan dan akhlaq anak. Bukan ibu atau guru, apalagi pembantu.

Bukan berarti peran ibu tidaklah penting. Dialog ibu dengan anaknya sangat penting, apalagi banyak tradisi yang tidak bisa dipungkiri bahwa intensitas pengasuhan ibu kepada anak jauh lebih dominan ketimbang ayah. Peran boleh terbagi kepada ibu, guru atau pembantu rumah tangga, tetapi tanggung jawab pendidikan anak tak bisa dibagi apalagi dialihkan. Tanggung jawab tetap pada Ayah.

Mari kita perhatikan bagaimana para nabi dan tokoh dunia yang hebat lahir dari ‘tangan dingin’ para Ayah:

  1. Nabi Adam, Ayah bijak yang tak henti-hentinya mendampingi kenakalan dan perseteruan anaknya Qabil dan Habil yang sedang berebut Iklima. Meskipun harus berujung pertumpahan darah, namun Adam tak bosan-bosan membimbingnya dengan bimbingan langsung dari Allah SWT.
  2. Bahkan Bapak Nuh sendiri yang menyeru dan menghadapi keangkuhan dan arogansi putranya yang tidak mau bersamanya menaiki perahu: “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir”. (GS 11:42)
  3. Luqman Al Hakim, seorang ayah yang namanya diabadikan Allah dalam Al-Qur’an menjadi nama surat. Bahkan di dalam surat tersebut banyak tips Luqman mengajarkan pada kita bagaimana seharusnya mendidik anak. Berkaitan dengan aqidah, syariah, maupun akhlak. Tak ketinggalan, bagaimana kisah Luqman Al Hakim mendidik anaknya tentang bersyukur, menegakkan ibadah terutama shalat, tentang adab pergaulan baik, tidak sombong kepada orangtua maupun sesama, dan tentang kesederhanaan. (QS 31: 12—19)
  4. Nabi Ismail AS dan Nabi Ishaq AS. Keduanya menjadi manusia terpilih. Menjadi nabi dan rasul. Penerus risalah Allah menyebarkan kebaikan dan kebenaran di penjuru dunia. Karakter cerdas, shalih, dan taqwanya dibentuk oleh ayahnya, Nabi Ibrahim AS. Kesalehan Ismail diabadikan alam Al-Qur’an: Maka ketika anak itu sampai (pada umur baligh) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab: "Wahai Ayahku! lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar". (QS 37:102)
  5. Nabi Yusuf AS. Penguasa Mesir nan elok rupa dan perangainya. Pemimpin yang berhasil mendampingi rakyatnya melewati musim paceklik berkepanjangan dan membawa bangsanya menikmati kesejahteraan, pribadi dan karakternya yang pemaaf tidak pendendam, tak lepas dari bentukan Nabi Ya’qub AS. Qur’an berkisah: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami Akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS 2:133)
  6. Nabi Muhammad SAW. Walaupun terlahir dalam keadaan yatim tanpa ayah, teladan kemandirian dan kehebatannya pun diajarkan oleh kaum lelaki pengganti ayahnya. Kakeknya Abdul Muthalib dan pamannya Abu Thalib adalah ‘ayah dan guru’ hebat bagi baginda Rasulullah SAW.
  7. Muhammad Al Fatih atau Fatih Sultan Mehmet II, sang penakluk Konstantinopel dan daratan Eropa, karakter dan keterampilannya dibentuk langsung oleh Sultan Murad II, ayahandanya bersama pengasuhnya Syeikh Syamsuddin. Dan banyak lagi yang lainnya.

Kisah al-qur’an tersebut mensiratkan pesan bahwa Ayah menjadi pemimpin sekaligus penanggung jawab utama pendidikan anak. Qur’an memberi teladan bahwa yang harus berbicara tauhid kepada anak adalah Ya’qub bukan Bu Ya’qub, yang mendidik aqidah dan akhlaq adalah Luqman bukan Bu Luqman, dan yang mengajarkan semangat kepatuhan kepada Allah adalah Ibrahim bukan Siti Hajar. Dan jangan lupa kalaupun anak-anak harus terlibat dalam pertengkaran serius, yang harus melerai dan menghakimi perkelahian anak-anak adalah Adam bukan Hawa. Demikianlah kisah-kisah al-Qur’an yang tetap relevan untuk menjadi panduan ayah-ayah teladan di akhir zaman.

 

Oleh: Misbahul Huda

 

Baca juga:

Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF

Hukum Mengajak Anak Kecil ke Masjid | YDSF

Mengasuh Anak Generasi Milenial | YDSF

Berdonasi untuk Yatim

Parenting Islami: Cara Mendidik Anak Agar Bahagia | YDSF

Inilah 4 Cara Mendidik Anak Menjadi Pahlawan Secara Islami | YSDF

Segera Konsultasikan Zakat Anda di YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: