Peran ayah dalam mengajarkan aqidah dan keterampilan menjadi
sangat penting dalam keluarga. Meski di kalangan masyarakat, yang disorot hanya
dari sisi ibu saja, tetapi sejatinya justru seorang ayah juga harus ikut
berperan.
KH. Imam Zarkasyi lahir di Gontor, 21 Maret 1910. Beliau
adalah Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, bersama kedua
kakaknya KH. Ahmad Sahal dan KH. Zainuddin Fananie.
KH. Imam Zarkasyi dikaruniai sebelas orang anak, enam laki-laki
dan lima perempuan. Di tengah kesibukannya merintis Pondok Modern pertama di
Indonesia, beliau tidak melupakan pendidikan anak-anaknya. Berperan sebagai
guru sekaligus bapak bagi anaknya. Ini seperti disampaikan Dr. Ahmad
Hidayatullah Zarkasyi, M.A anak kedepan KH. Imam Zarkasyi.
Beliau dikenal sebagai orang yang keras dan disiplin dalam
mengajar. Begitu juga terhadap anaknya. Beliau membekali anaknya dengan ilmu
agama, keterampilan, dan pengalaman agar dapat menjadi pemimpin umat. Beliau
mengajar anak-anaknya sendiri sampai lulus SD sebelum masuk pesantren ketika SMP.
Ajian Maqomam Mahmuda
Sebagai seorang ayah, beliau mengajarkan anaknya untuk
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A
menceritakan, suatu ketika ia bersama saudaranya melihat Pak De mereka diberi beberapa kemulian oleh Allah, di antaranya
dapat menyembuhkan luka bacok dengan sekali usap. Mereka kemudian mendatangi
ayahnya untuk bertanya: ”Kalo Pak De
bisa seperti itu, kenapa bapak tidak mempraktikkannya?” Mendengar pertanyaan anaknya
beliau tersenyum.
“Kalian mau saya ajari yang lebih? Mau apapun bisa. Kalo mau
bisa apa saja itu namanya ajian maqomam mahmuda,” jawab beliau.
Seketika anaknya terdiam. Kemudian di antara mereka ada yang
memberanikan diri bertanya: “Amalannya bagaimana Pak?”
“Amalnya itu bangun malam, shalat minimal delapan rakaat dan
satu witir. Kalo mau apa-apa itu yang dipakai.”
Pembelajaran aqidah yang sangat indah dari KH Imam Zarkasyi.
Kemulian bukan hanya dilihat dari aspek kebal bacok atau kebal peluru.
Terhindar dari bacok dan terhindar dari peluru juga Merupakan kemuliaan. Bahkan
itu yang lebih baik.
Pola Didik Anak
Setiap hari beliau mengajarkan ilmu Al-Qur’an kepada
anak-anaknya dengan buku karangannya sendiri. Ada kebanggan tersendiri dengan
mengajarkan Al-Qur’an kepada anak. Setelah belajar Al-Qur’an anak laki-lakinya
bergantian menjadi imam salat isya dan diawasi langsung oleh beliau. Setelah
isya beliau mengantarkan anak-anaknya belajar ke seorang guru yang mengajar di
sekolah. Beliau mewajibkan tidur siang anak[1]anaknya
agar ketika belajar malam tidak mengantuk.
Baca juga: Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF
Jika sedang bepergian ke kota beliau menyempatkan membelikan
bola. Beliau mengajarkan dan memfasilitasi anaknya untuk mengembangkan fisik
dan keterampilan. Beliau mengajarkan apa saja kepada anaknya agar mempunyai kebanggaan,
termasuk dalam bidang olahraga.
Beliau juga membelikan meja Ping Pong (tenis maja). Ini agar
anaknya tidak main jauh dari rumah. Memudahkan pengawasan.
Semua itu beliau lakukan untuk menyiapkan kemampuan anaknya,
agar tidak kalah bersaing dengan anak kota. Lebih dari itu menyiapkan anak
setelah di pesantren bisa masuk ke jajaran elite di bidang pengetahuan, agama
dan olahraga. Hal ini terbukti berhasil. Setelah masuk pesantren anaknya
berhasil masuk jajaran elite pesantren.
Ketika di pesantren memberikan kesempatan kepada anaknya
berlatih berorganisasi. Memperbanyak tangggung jawab secara individu dan
kelompok. Tanggung jawab ini secara tidak langsung beliau ajarkan melalui
olahraga. Ping pong bertujuan melatih tanggung jawab individu dan sepakbola
untuk tanggung jawab kelompok.
Bukan tanpa sebab KH Imam Zarkasyi mengajarkan sepak bola
kepada anaknya. Karena pada saat itu sepak bola adalah ukuran keperkasaan yang
sportif. Beliau ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa santri juga bisa
sepak bola, tidak kalah dengan orang-orang abangan.
Pendidikan yang beliau terapkan menitikberatkan untuk
mengimani zat yang maha segalanya (Allah) dan mengajarkan ilmu pengetahuandan
keterampilan. Hal ini mengacu pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 151:
“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari
(kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan
mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa
yang belum kamu ketahui.”
Usaha Maksimal, Berdoa Maksimal
KH. Imam Zarkasyi memberi nasihat kepada anaknya, seperti
disampaikan Ahmad Hidayatullah: “Pangkat dan kekayaan itu seperti baju, jika dilepas
akan selesai. Tapi kalau ilmu tak akan pernah selesai. Maka carilah ilmu sebanyak[1]banyaknya, akan
menemanimu ke mana saja.”
Nasihat itu melekat di hati anak-anak beliau. Hingga saat
ini banyak anak beliau yang melanjutkan pendidikan sampai tingkat doktor.
“Sebenarnya kami tidak genius, biasa[1]biasa saja. Mungkin
karena ketekunan dan doa bapak,” tutur Ahmad Hidayatullah.
Imam Zarkasyi senantiasa mengarahkan anaknya untuk belajar
dengan sungguh[1]sungguh. Usaha
maksimal, berdoa maksimal. Di antara doa beliau: “Ya Tuhanku, tempatkanlah
anakku pada tempat yang diberkahi.”
Saat ini Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, meneruskan
perjuangannya di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Beberapa ada yang menjadi
dosen, mengajar di sekolah formal, dan ada yang menjadi pengusaha. Beliau tidak
mewajibkan anaknya menjadi ulama. Di mana saja asalkan bermanfaat.
Sumber Majalah Al
Falah Edisi Oktober 2018
Sedekah Mudah di YDSF:
Artikel Terkait:
Pemberian Nama Anak dalam Islam | YDSF
HOBI DENGAN MENEBAR KEBAIKAN | YDSF
GENERASI LENGKET GADGET | YDSF
Pendidikan Karakter Generasi Visioner | YDSF
Generasi Visioner Berbasis Pendidikan Keluarga | YDSF