Peran Ayah dalam Mengajarkan Aqidah dan Keterampilan | YDSF

Peran Ayah dalam Mengajarkan Aqidah dan Keterampilan | YDSF

18 Juni 2022

Peran ayah dalam mengajarkan aqidah dan keterampilan menjadi sangat penting dalam keluarga. Meski di kalangan masyarakat, yang disorot hanya dari sisi ibu saja, tetapi sejatinya justru seorang ayah juga harus ikut berperan.

KH. Imam Zarkasyi lahir di Gontor, 21 Maret 1910. Beliau adalah Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, bersama kedua kakaknya KH. Ahmad Sahal dan KH. Zainuddin Fananie.

KH. Imam Zarkasyi dikaruniai sebelas orang anak, enam laki-laki dan lima perempuan. Di tengah kesibukannya merintis Pondok Modern pertama di Indonesia, beliau tidak melupakan pendidikan anak-anaknya. Berperan sebagai guru sekaligus bapak bagi anaknya. Ini seperti disampaikan Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A anak kedepan KH. Imam Zarkasyi.

Beliau dikenal sebagai orang yang keras dan disiplin dalam mengajar. Begitu juga terhadap anaknya. Beliau membekali anaknya dengan ilmu agama, keterampilan, dan pengalaman agar dapat menjadi pemimpin umat. Beliau mengajar anak-anaknya sendiri sampai lulus SD sebelum masuk pesantren ketika SMP.

Ajian Maqomam Mahmuda

Sebagai seorang ayah, beliau mengajarkan anaknya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A menceritakan, suatu ketika ia bersama saudaranya melihat Pak De mereka diberi beberapa kemulian oleh Allah, di antaranya dapat menyembuhkan luka bacok dengan sekali usap. Mereka kemudian mendatangi ayahnya untuk bertanya: ”Kalo Pak De bisa seperti itu, kenapa bapak tidak mempraktikkannya?” Mendengar pertanyaan anaknya beliau tersenyum.

“Kalian mau saya ajari yang lebih? Mau apapun bisa. Kalo mau bisa apa saja itu namanya ajian maqomam mahmuda,” jawab beliau.

Seketika anaknya terdiam. Kemudian di antara mereka ada yang memberanikan diri bertanya: “Amalannya bagaimana Pak?”

“Amalnya itu bangun malam, shalat minimal delapan rakaat dan satu witir. Kalo mau apa-apa itu yang dipakai.”

Pembelajaran aqidah yang sangat indah dari KH Imam Zarkasyi. Kemulian bukan hanya dilihat dari aspek kebal bacok atau kebal peluru. Terhindar dari bacok dan terhindar dari peluru juga Merupakan kemuliaan. Bahkan itu yang lebih baik.

Pola Didik Anak

Setiap hari beliau mengajarkan ilmu Al-Qur’an kepada anak-anaknya dengan buku karangannya sendiri. Ada kebanggan tersendiri dengan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak. Setelah belajar Al-Qur’an anak laki-lakinya bergantian menjadi imam salat isya dan diawasi langsung oleh beliau. Setelah isya beliau mengantarkan anak-anaknya belajar ke seorang guru yang mengajar di sekolah. Beliau mewajibkan tidur siang anak[1]anaknya agar ketika belajar malam tidak mengantuk.

Baca juga: Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF

Jika sedang bepergian ke kota beliau menyempatkan membelikan bola. Beliau mengajarkan dan memfasilitasi anaknya untuk mengembangkan fisik dan keterampilan. Beliau mengajarkan apa saja kepada anaknya agar mempunyai kebanggaan, termasuk dalam bidang olahraga.

Beliau juga membelikan meja Ping Pong (tenis maja). Ini agar anaknya tidak main jauh dari rumah. Memudahkan pengawasan.

Semua itu beliau lakukan untuk menyiapkan kemampuan anaknya, agar tidak kalah bersaing dengan anak kota. Lebih dari itu menyiapkan anak setelah di pesantren bisa masuk ke jajaran elite di bidang pengetahuan, agama dan olahraga. Hal ini terbukti berhasil. Setelah masuk pesantren anaknya berhasil masuk jajaran elite pesantren.

Ketika di pesantren memberikan kesempatan kepada anaknya berlatih berorganisasi. Memperbanyak tangggung jawab secara individu dan kelompok. Tanggung jawab ini secara tidak langsung beliau ajarkan melalui olahraga. Ping pong bertujuan melatih tanggung jawab individu dan sepakbola untuk tanggung jawab kelompok.

Bukan tanpa sebab KH Imam Zarkasyi mengajarkan sepak bola kepada anaknya. Karena pada saat itu sepak bola adalah ukuran keperkasaan yang sportif. Beliau ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa santri juga bisa sepak bola, tidak kalah dengan orang-orang abangan.

Pendidikan yang beliau terapkan menitikberatkan untuk mengimani zat yang maha segalanya (Allah) dan mengajarkan ilmu pengetahuandan keterampilan. Hal ini mengacu pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 151: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”

Usaha Maksimal, Berdoa Maksimal

KH. Imam Zarkasyi memberi nasihat kepada anaknya, seperti disampaikan Ahmad Hidayatullah: “Pangkat dan kekayaan itu seperti baju, jika dilepas akan selesai. Tapi kalau ilmu tak akan pernah selesai. Maka carilah ilmu sebanyak[1]banyaknya, akan menemanimu ke mana saja.”

Nasihat itu melekat di hati anak-anak beliau. Hingga saat ini banyak anak beliau yang melanjutkan pendidikan sampai tingkat doktor. “Sebenarnya kami tidak genius, biasa[1]biasa saja. Mungkin karena ketekunan dan doa bapak,” tutur Ahmad Hidayatullah.

Imam Zarkasyi senantiasa mengarahkan anaknya untuk belajar dengan sungguh[1]sungguh. Usaha maksimal, berdoa maksimal. Di antara doa beliau: “Ya Tuhanku, tempatkanlah anakku pada tempat yang diberkahi.”

Saat ini Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, meneruskan perjuangannya di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Beberapa ada yang menjadi dosen, mengajar di sekolah formal, dan ada yang menjadi pengusaha. Beliau tidak mewajibkan anaknya menjadi ulama. Di mana saja asalkan bermanfaat.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Oktober 2018

 

Sedekah Mudah di YDSF:

 

 

Artikel Terkait:

Pemberian Nama Anak dalam Islam | YDSF
HOBI DENGAN MENEBAR KEBAIKAN | YDSF
GENERASI LENGKET GADGET | YDSF
Pendidikan Karakter Generasi Visioner | YDSF
Generasi Visioner Berbasis Pendidikan Keluarga | YDSF


#EkspedisiQurbanYDSF


Tags: ayah, peran ayah

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: