Pentingnya Mengimani Hari Akhir | YDSF

Pentingnya Mengimani Hari Akhir | YDSF

14 Oktober 2019

Warga dunia mungkin paham bagaimana ngerinya ledakan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima pada Agustus 1945. Peristiwa ini dituliskan di seluruh sekolah di dunia pada tiap buku sejarah. Ratusan ribu jiwa tak berdosa jadi korban keganasan Perang Dunia II. Jutaan lainnya jadi cacat seumur hidup terdampak radiasi nuklir.

Masyarakat Eropa juga selalu mengenang pembantaian manusia oleh tentara Nazi Jerman pada dekade 1940an. Menurut sebuah penelitian, diperkiraan 6 juta jiwa terbunuh pada kamp-kamp konsentrasi dan pada ekspansi militer Nazi.

Begitu juga kekejaman tentara Israel yang tiap hari menumpahkan bom fosfor kepada anak-anak Gaza? Siapa yang akan menyeret mereka untuk meminta pertanggungjawaban?!

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kematian jutaan manusia ini? Siapakah pembuat bom atom itu dan siapa yang memerintahkannya? Apakah kekejaman Nazi dilupakan begitu saja sejak Adolf Hitler mati bunuh diri di bunkernya? Apakah tragedi ini selesai begitu saja?

Allah Swt telah menyiapkan Hari Pembalasan. Segala tindak tanduk manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Akhirat adalah negeri perhitungan dan pembayaran. Ya pembayaran. Kita semua akan membayar atas setiap perbuatan kita di dunia ini.

Karena itu, seorang mukmin meyakini negeri akhirat agar dia berhati-hati melangkah. Agar dia punya optimisme dalam menanggung ujian hidup.

 

  1. Mengurangi rasa khawatir orang beriman

Setiap manusia pasti punya rasa khawatir. Manusia mengkhawatirkan keadaannya. Ada yang khawatir dengan kurangnya rezeki, khawatir kondisi keluarganya, khawatir bagaimana nantinya anak cucunya bisa menjalani kehidupan dan rasa khawatir lainnya.

Kita tentu ingat bagaimana Bilal bin Rabah disiksa kaum kafir. Juga ketegaran Khabab bin Al Arts yang direbahkan di atas paku-paku panas. Juga pengorbanan Summayah, ibunda Ammar bin Yassir yang tertusuk tombak sampai wafat. Semua mendapat kekuatan dari keimanan pada akhirat. Semua siksaan dan penderitaan akan terbayar indah. Tinggal di dalamnya selama-lamanya.

Allah berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus 62-63).

 

  1. Tetap optimistis dalam kesulitan

Pada Perang  Dunia II, tentara Uni Soviet yang komunis merasa ngeri mendengar kehebatan tentara Jerman dengan tank-tank dan pansernya. Banyak tentara Uni Soviet yang kemudian desersi. Mereka enggan jadi tumbal di garis depan.  Di antaranya mengatakan, “Kita tak pernah kenal Tuhan. Maka tak ada bedanya kita mati sebagai patriot atau sebagai pengecut yang sembunyi di bawah kasur?”

Maka begitulah keadaan orang yang tidak beriman pada Hari Akhir. Mereka merasa sama saja, baik berjuang ataupun meninggalkan perjuangan. Di dunia tak bahagia, dan di akhirat makin sengsara.

Sangat berbeda dengan mukmin. Jika dia berjuang fi sabilillah dan Allah memenangkannya, maka dia mendapat kebahagiaan. Namun dia gugur dalam perjuangan di jalan Allah, justru dia mendapat hadiah yang jauh lebih baik. Dia akan mendapatkan surga. 

Betapa banyak pejuang Indonesia yang tidak menikmati alam kemerdekaan. Mereka telah gugur sebelum merasakan kemenangan. Namun Allah telah menyediakan tempat kenikmatan yang tak pernah dirasa manusia. 

 

  1. Bertindak penuh kehati-hatiaan

Setiap manusia pasti punya peran di tengah masyarakat. Makin besar peran, maka sebesar itulah hadiah yang Allah berikan nanti di akhirat jika dia berlaku dengan baik. Misalnya pak polisi, dia telah bersumpah untuk melayani dan melindungi masyarakat.

Tentu dia mendapat banyak tantangan. Akan banyak pelaku kejahatan yang berusaha memberinya iming-iming agar kongkalikong dalam kejahatan. Minimal membiarkan kejahatan itu. Yang paling parah, dia malah melindungi kejahatan.

Namun jika dia beriman kepada Hari Akhir, dia tak akan melakukan itu. Karena semua persekongkolan jahat itu pasti dicatat dan nantinya akan diberi balasan. Jika ada yang mau menyogok, polisi mukmin akan berkata, “Saya tak butuh sogokanmu. Saya hanya berharap Allah memberi yang jauh lebih baik dan halal, di dunia ini apalagi di akhirat nanti.” Sesuai ayat, “…Dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’du 21).

Meski atasan tak ada yang tahu, prinsip inilah yang dipegangnya. Hal ini juga berlaku bagi siapa saja. Bisa ASN, TNI, pegawai swasta, pedagang, dan lain-lain.

 

  1. Berbuat sebaik-baiknya

Bagi orang beriman, tidak ada amal baik yang sia-sia. Semua akan memberi pengaruh baik. Di dunia akan memberi dampak positif. Akan memberi manfaat manusia atau makhluk lainnnya. Di akhirat diberi balasan yang jauh lebih baik. “Sesungguhnya Allah tidak menzlimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” (QS. An Nisa 40).

Maka orang beriman tetap berbuat baik meskipun tidak ada yang memujinya, tak ada yang menghargainya, bahkan meskipun banyak yang mencemoohnya. ***

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2019

Editor: Nara

 

Baca juga

Pentingnya Zakat Bagi Kehidupan

 

YDSF dan Masyarakat

 

Ketika Pesimis Melanda

 

Andai Tidak Ada Zakat

 

Zakat Mal

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: