Dengan tema Menggali Potensi Sejak Dini, YDSF mengadakan pelatihan kewirausahaan gratis bagi lulusan SMK. Peserta yang berjumlah 75 remaja ini merupakan siswa SMK dan alumninya binaan YDSF di bawah program Pena Bangsa Surabaya. Selama dua hari (12-13 November 2016) mereka berkumpul di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jatim Ketintang Surabaya untuk menempa bakat wirausaha.
“Semoga pelatihan ini bisa mengubah pola pikir peserta dari yang hanya pencari kerja menjadi yang menciptakan lapangan kerja,” jelas Rokhmad Hidayat, panitia dan koordinator Pemberdayaan Ekonomi Kota YDSF Surabaya.
Pada hari pertama (12/11) peserta diberi materi motivasi dan pengetahuan mengenai cara untuk mengawali usaha. Narasumber Rony Ardianto menjelaskan cara memulai, memilih dan mengembangkan bisnis. Di antaranya adalah diawali dengan niat, lalu membuat nilai tambah atau pembeda dari jenis usahanya dibanding dengan usaha miik orang lain, dan yang ketiga melakukannya dengan konsekuensi siap rugi maupun siap untung.
Sebuah karya usaha bisa lahir dari sebuah hobi. Irvan Alphian Zulkarnain, S.Kom, narasumber kedua menceritakan dirinya yang berawal dari hobi bermain computer. Kini dia menekuninya dan mengembangan menjadi usaha service PC, hardware, sistem CCTV, dan design web. “Terkadang bisa berawal dari mimpi, setiap orang bisa memimpikan keinginannya maka akan bisa mewujudkannya. if you can dream it, you can do it. Itulah prinsip Walt Disney yang terkenal itu,” papar Irvan.
Para peserta kemudian dikomando untuk menuliskan impiannya serta kapan rencana mewujudkannya di atas secarik kertas. Beragam impian yang ditulis peserta di antaranya ada yang ingin menjadi pengusaha kuliner dan mewujudkannya 3 tahun lagi, ada yang ingin menjadi pengusaha sukses di bidang desain dan percetakan dan akan terwujud 2 tahun lagi, dan lain-lain.
Pada hari kedua (13/11) Nando, trainer sinergi-building menjelaskan bahwa untuk menawarkan sebuah produk usaha harus PD (percaya diri) agar orang tertarik untuk membeli produk tersebut. Secara simulasi setiap peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat produk “payung” dengan alat yang ada di sekitar. Dengan bentuk “produk” tersebut setiap peserta harus mampu meyakinkan peserta lain untuk tertarik membeli produk tersebut.(foto | naskah max).