Sebagian besar
ulama berpendapat bahwa tepat 27 Rajab, Nabi Muhammad saw. mendapatkan perintah
dari Allah Swt. Peristiwanya disebut dengan isra’ mi’raj. Yaitu sebuah
perjalanan yang menghantarkan Rasulullah saw. dari Masjidil Haram ke Masjidi
Aqsa, kemudian dilanjutkan menuju ke langit ke tujuh untuk mendapatkan wahyu
Allah.
Kisah tentang isra’
mi’raj mungkin sudah bukanlah suatu yang asing bagi kita. Setiap tahun, pasti
ada, sebaran informasi tentang bagaimana kisah ini terjadi. Menariknya di Indonesia,
kisah ini menjadi bagian dari pembelajaran bidang studi Agama Islam mulai dari
tingkat pendidikan yang paling dasar.
Isra’ berasal
dari kata asra yang memiliki arti perjalanan malam. Sedangkan mi’raj
dalam bahasa Arab diartikan dengan menaiki, kendaraan, alat untuk naik, dan
sebagainya. Peristiwa yang dialami oleh Rasulullah saw. ini merupakan salah
satu bukti kekuasaan Allah Swt. Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian keluarga Abu
Bakar berkata kepadaku bahwa Aisyah berkata,
“Rasulullah saw. tidak pergi dengan badannya, namun Allah meng-isra-kan
ruhnya.” Masya Allah.
Bila ditanya
kapan peristiwa isra’ mi’raj Rasulullah saw. terjadi? Seperti yang telah
disebutkan bahwa terdapat beberapa ulama yang berpendapat bahwa peristiwa ini
terjadi pada 27 Rajab. Namun, Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tidak ada dalil yang
tegas yang menyatakan terjadinya Isra’ Mi’raj pada bulan tertentu atau sepuluh
hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para
ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu
pastinya.”
Dalam buku Sirah
Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury bab Isra’ Mi’raj,
disebutkan bahwa ada beberapa pendapat tentang penetapan waktu terjadinya isra’
mi’raj. Di antaranya:
1.
Terjadi
pada tahun saat Allah Swt. memuliakan beliau dengan nubuwah (pendapat
Ath-Thabaty);
2.
Saat
lima tahun setelah diutus sebagai rasul (pendapat An-Nawawi dan Al-Qurthuby);
3.
Malam
tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh dari nubuwah (pendapat Al-Allamah Al-Manshurfury);
4.
Enam
bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas dari nubuwah;
5.
Setahun
dua bulam sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas dari
nubuwah;
6.
Setahun
sebelum hijrah, atau pada bulan Rabiul Awal tahun ketiga belas dari nubuwah.
Terlepas dari waktu
pasti dari terjadinya isra’ mi’raj ini, hal penting yang dapat kita petik
hikmahnya adalah tentang adanya perintah untuk shalat lima waktu bagi umat
muslim. Amal ibadah yang menjadi tiang agama ini juga termasuk dalam rukun Islam.
Baca juga:
KISAH ORANG YAHUDI DAN HARI SABTU | YDSF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI MAROKO | YDSF
Pelajaran dari Isra’ Mi’raj
Ibnu Hajar mengatakan
bahwa ternyata sebelum peristiwa isra’, Rasulullah saw. sudah pernah shalat,
begitu pula para sahabat. Namun, terdapat perbedaan pendapat adakah shalat yang
diwajibkan sebelum ada kewajiban shalat lima waktu. Bila kita membuka beberapa
kitab tentang sirah nabawiyah, memang akan kita temukan kisah dan bagaimana
shalat Rasulullah saw. beserta para sahabat sebelum peristiwa isra’ mi’raj.
Bahkan hingga bagaimana malaikat Jibril mengajari Rasulullah berwudhu dan
shalat.
Dari Mu’adz bin
Jabal, Rasulullah saw. bersabda, “Inti (pokok) segala perkara adalah Islam
dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Melalui peristiwa
isra’ mi’raj kita dapat memetik banyak pelajaran penting. Dalam tulisan ini, kami
merangkumnya menjadi tiga hal yang mengerucut, yaitu:
1.
Akan ada hadiah dari Allah Swt. bagi setiap hamba yang sabar menghadapi
ujian
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa peristiwa isra’ mi’raj terjadi
setelah Rasulullah menjalani tahun kesedihan (amu al-huzni). Yaitu tahun
meninggalnya Khadijah r.a. dan Abu Thalib. Usai kepergian dua orang yang beliau
cintai, dakwah Rasulullah sempat mengalami fase sulit kembali. Para kafir melihat
Rasulullah sedang lemah, sehingga bertubi-tubi mereka memberikan rintangan dalam
dakwah beliau.
Namun, Allah Swt. menghadirkan peristiwa isra’ mi’raj untuk Rasulullah saw.
Melalui peristiwa ini, beliau dipertemukan dengan beberapa nabi lainnya, seperti
Ibrahim, Musa, dan Isa. Selain itu, beliau juga berkesempatan untuk mengetahui
bagaimana ganjaran atas setiap apa yang dilakukan oleh manusia. Pun,
mendapatkan perintah shalat lima waktu.
2.
Allah meringankan urusan setiap hamba-Nya
Seperti yang selalu kita ketahui, bahwa perintah shalat awalnya ditunaikan
sebanyak 50 waktu. Namun, atas pertimbangan dari Nabi Musa, Rasulullah pun meminta
keringanan kepada Allah Swt. Karena begitu mulianya Rasulullah saw. di sisi
Allah Swt., maka permintaan tersebut dikabulkan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, pada peristiwa isra’ mi’raj
Allah Swt. berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat
sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat.”
3.
Perintah shalat membentuk karakter baik bagi yang menunaikannya
Wahyu utama dalam peristiwa isra’ mi’raj adalah kewajiban shalat lima waktu
bagi umat muslim. Bila selama ini kita hanya memandang shalat sebagai ibadah
rutinan, “yang penting sudah menunaikan” saja, mari perluas perspektif
pemikiran kita.
Dengan rajin menunaikan shalat lima waktu sebagaimana mestinya, begitu
mendengar adzan langsung bergegas menyiapkan diri, maka secara tidak langsung
kita sedang melatih diri untuk disiplin. Dari sini, sebenarnya kita sedang berlatih
manajemen waktu. Agar tidak menunda-nunda dan selesai tepat sesuai waktunya.
Selain
itu, seseorang yang rajin shalat (dan bila benar-benar khusyuk shalat, bukan
untuk pamer ibadah mahdhah saja), maka akan ada proses pembentukan karakter
menjadi lebih baik dari hari ke hari. Menjadi lebih mawas diri, malu bila
melakukan dosa karena selalu ingat bahwa setiap tindakan diawasi oleh Allah
Swt., hingga bersyukur karena masih bisa diberi kesempatan hidup dan
memperbaiki diri dapat bertemu dengan waktu shalat berikutnya.
Mari, kita
jadikan momen peringatan isra’ mi’raj ini bukan hanya sebuah euforia perayaan
saja. Namun, memaknai betul hal-hal yang dapat kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. (ay)
Zakat di YDSF
Artikel Terkait
Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
ZAKAT DARI UANG PESANGON PENSIUN | YDSF
Mendahulukan
Jamak-Qashar dalam Shalat
Fardhu | YDSF
FIDYAH DALAM ISLAM DAN KETENTUANNYA | YDSF
Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah |
YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF