Sempat viral, trend
membuat video moon phase (fase bulan) berdasarkan tanggal dan tahun
lahir yang kemudian dicocokkan dengan milik pasangan. Tutorial hingga link
membuat moon phase pun mulai banyak bermunculan. Padahal, kriteria jodoh
atau tidaknya dalam Islam tidak ditentukan dengan hal yang demikian ini. Sedangkan dalam kalender Islam, moon phase digunakan untuk perhitungan bulan hijriah.
Moon Phase dan Pergerakan Bulan
Pada dasarnya,
bulan memiliki tiga pergerakan yaitu rotasi (berputar pada sumbu porosnya),
revolusi terhadap bumi (bergerak mengelilingi bumi), dan revolusi terhadap
matahari (sembari melakukan rotasi dan revolusi terhadap bumi, bulan juga
mengikuti bumi bergerak mengelilingi matahari).
Sehingga, ada
banyak dampak alam terjadi yang disebabkan oleh tiga pergerakan bulan tersebut.
Salah satunya adalah terjadinya perubahan fase bulan atau yang juga dikenal
dengan istilah moon phase (dalam bahasa Inggris).
Moon phase atau fase bulan merupakan bentuk wajah
bulan yang terlihat dari bumi yang tergantung pada kedudukan bulan terhadap
matahari. Akibat mengikuti bumi dalam mengelilingi matahari, wajah bulan nampak
berbeda-beda dari bumi tergantung bagian mana yang terlihat memantulkan sinar
matahari atau tidak.
Sama halnya
seperti perubahan siang dan malam akibat revolusi bumi terhadap matahari yang
terjadi berbeda-beda di setiap wilayah. Moon phase juga juga
berubah-ubah di setiap wilayah. Meski, pada dasarnya untuk setiap tanggalnya
itu yang nampak adalah sama (tergantung tanggal). Namun, perbedaan waktu di
masing-masing belahan bumi, membuat mana yang sudah nampak dan belum pun tidak
serentak.
Saat melakukan
pengecekkan di link-link yang menyajikan moon phase, maka akan muncul
beberapa istilah. Yang mana merupakan urutan dari fase bulan itu sendiri dan
tidak berpatokan atau sama dengan bulan dalam kalender masehi.
Delapan fase bulan yang nampak di bumi yaitu:
Courtesy of: Freepik
1.
New Moon
Disebut pula sebagai fase bulan baru. Merupakan siklus awal bulan (bukan bulan dalam kalender masehi), di mana sisi bulan yang menghadap bumi tidak menerima cahaya matahari. Sehingga bulan tidak terlihat. Biasanya, gerhana matahari sering terjadi saat fase ini.
2.
Waxing Crescent
Fase
bulan sabit muda, merupakan fase saat setengah bagian bulan memantulkan sinar
matahari. Pada fase ini, bulan sudah mulai nampak namun berbentuk seperti
sabit. Fase inilah yang dijadikan perhitungan untuk menentukan tanggal 1 pada
periode qamariah atau hijriah.
Baca juga: Hikmah Terjadinya Bencana Dan Menolong Sesama | YDSF
3.
First Quarter
Merupakan perempatan pertama dalam ukuran sudut busur, fase ini terjadi pada hari ke 6 hingga 8 dalam periode bulan (lagi, bukan kalender masehi). Saat memasuki fase ini, maka bulan akan nampak setengah bagian dari bumi.
4.
Waxing Gibbous
Fase yang terjadi pada hari ke 10-12 ini menampakkan setengah dari ukuran penuh bulan di permukaan bumi. Lebih besar dari First Quarter, tetapi tidak sampai penuh.
5.
Full Moon
Inilah yang disebut dengan bulan purnama. Wajah bulan yang nampak dari bumi adalah bulan utuh. Dan, pada fase inilah dapat memungkinkan terjadinya gerhana bulan.
6.
Waning Gibbous
Sama seperti fase waxing gibbous, pada fase ini ukuran bulan yang nampak adalah setengah lebih. Hanya saja, sebenarnya permukaan bulan yang sedang nampak ke kita (bagian yang memantulkan sinar matahari) itu berlawanan dengan fase waxing gibbous. Namun, yang nampak ke kita hanya sinarnya saja.
7.
Last Quarter
Mengikuti poin sebelumnya. Fase last quarter juga menampakkan ukuran bulan yang sama dengan first quarter. Namun, bagian yang memantulkan sinar matahari sebenarnya kebalikan dari first quarter.
8.
Waning Crescent
Sebelum
bulan kembali menghilang, maka muncullah bulan sabit akhir. Yang terjadi pada
perkiraan hari ke 27 periode qamariah.
Sejarah Penanggalan Kalender
Hijriah
Salah satu
manfaat dari adanya moon phase ini adalah adanya perhitungan tahun yang
kita sebut dengan kalender qamariyah (kalender berdasarkan pergerakan bulan).
Kalender yang juga dikenal sebagai kalender hijriah dalam Islam ini mengikuti usia
dari fase bulan.
Pada dasarnya,
jumlah bulan pada kalender hijriah sama seperti kalender masehi. Hanya saja,
perhitungan harinya berbeda. Dalam perhitungan kalender hijriah, usia bulan
paling panjang adalah 29,5 hari. Oleh karenanya, dalam satu bulan kalender
hijriah, paling lama memiliki 30 hari. Bukan 31 hari seperti kalender masehi.
Penentuan awal
bulan atau tanggal satu setiap bulannya berdasarkan dengan adanya hilal atau
bulan sabit awal setiap bulan. Pendekatan ini kita sebut dengan rukyat.
Namun, juga ada pendekatan lain yaitu menggunakan perhitungan, metode ini
disebut hisab.
Sebenarnya, kedua
metode ini bisa saling melengkapi. Karena saat telah dilakukan perhitungan (hisab),
terkadang juga masih dibutuhkan observasi langsung untuk melihat apakah hilal
sudah nampak atau belum (rukyat).
Baca juga: MENJADI BULAN HARAM, BENARKAH RAJAB ADALAH BULAN ALLAH? | YDSF
Dalam sejarah
Islam, penggunaan nama-nama bulan dalam kalender qamariyah telah ditetapkan
sejak masa Rasulullah saw. berdakwah. Bahkan, telah tertuang pula dalam hadits dan
dalil Allah Swt. dalam Al-Qur’an. Namun, saat itu masih belum ditentukan
tentang tahun hijriahnya.
Diceritakan dari
Ibnu Abbas, semenjak Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, sudah tidak digunakan
lagi tahun dalam penanggalan. Kebiasaan ini pun diteruskan hingga masa pemerintahan
Abu Bakar.
Barulah pada tahun
keempat masa pemerintahan ‘Umar bin Khattab, beliau mendapatkan surat dari Abu
Musa al Asy’ari, "Surat-surat sampai kepada kami dari Amirul Mu'minin,
tetapi kami bingung bagaimana menjalankannya. Kami membaca sebuah dokumen
tertanggal Sya'ban, namun kami tidak tahu ini untuk tahun yang lalu atau tahun
ini." (Syaikh Abdurrahman al Jabarti, 1825)
Khalifah Umar lalu
mengumpulkan para sahabat dan mereka yang bertugas di pusat pemerintahan untuk
membahas hal ini. Belum lagi, perbendaharaan negara saat itu semakin banyak
karena urusan pun semakin luas.
Sempat diusulkan
dengan menggunakan acuan tahun lahir atau wafatnya Rasulullah saw. Namun, hal
tersebut dianggap kurang tepat. Kesimpulan pun didapatkan bahwa penanggalan
kalender Islam dimulai sejak hijrahnya Rasulullah saw. dan kaum muslim lainnya yang
pertama kali ke Madinah.
Nama-nama bulan
dalam kalender hijriah sebanarnya memiliki arti yang selaras dengan perputaran
musimnya. Urutan dari kedua belas bulan tersebut beserta artinya:
1.
Muharram
(bulan yang dihormati);
2.
Safar
(kuning), memasuki bulan ini tumbuhan mulai menguning;
3.
Rabiul
Awal (musim gugur pertama);
4.
Rabiul
Akhir (musim gugur kedua);
5.
Jumadil
Ula/Awal (musim dingin pertama);
6.
Jumadil
Akhir (musim dingin kedua);
7.
Rajab
(cair);
8.
Sya’ban
(lembah), maksudnya adalah saat itu orang-orang Arab sudah mulai ke ladang
untuk bercocok tanam;
9.
Ramadhan
(pembakaran), tak heran saat puasa kita akan berhadapan dengan cuaca yang panas
dan kering;
10.
Syawal
(peningkatan suhu), panas sekali;
11.
Dzulqa’dah
(orang duduk-duduk tidak keluar rumah), karena pada bulan ini orang Arab
dianjurkan untuk istirahat dan tidak berperang, mempersiapkan diri untuk
menunaikan haji di bulan berikutnya;
12.
Dzulhijjah
(bulan untuk haji).
Itulah korelasi
antara moon phase dan penanggalan kalender dalam Islam. Sudahi dulu yuk cocokloginya.
Mari, kita lihat sisi baik dari setiap fenomena yang terjadi. (berbagai
sumber)
Perbanyak Sedekah Agar Hidup
Semakin Berkah:
Artikel Terkait:
Amalan Bulan Rajab, Sunnah atau Bid’ah? | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
Hukum Percaya Pawang Hujan dalam Islam | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Amalan Malam Jumat, Yasinan atau Kahfian? | YDSF