Beberapa pekan
terakhir, masyarakat kita sedang dihebohkan dengan kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM). Sebelumnya, sempat terdapat isu bahwa kenaikan akan dilangsungkan
pada 1 September 2022. Namun, kemudian tidak jadi. Hingga pada akhirnya, tepat
pada 2 September 2022, kenaikan resmi ada.
Kenaikan BBM yang
mendadak ini pun mendapatkan berbagai macam respon dari masyarakat. Pertama,
terjadi panic buying pada sehari sebelum 1 September 2022 karena isu
sebelumnya tersebut. Setelah mengetahui bahwa tidak akan ada kenaikan,
masyarakat pun menjadi lebih lega. Sayangnya, rasa lega ini hanya berlangsung
sementara.
Adanya kondisi yang
tidak pasti ini pun membuat masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke
bawah berada dalam kondisi yang susah. Belum lagi, kesempatan mencari pekerjaan
yang lebih baik pun juga tidak semudah dulu.
Memang, seperti
yang kita ketahui bahwa terdapat beragam alasan adanya kenaikan BBM ini. Meski
kita tidak bisa menerima sepenuhnya adanya penyesuaian ini, tetapi kita tetap
harus mampu beradaptasi dan optimis bahwa akan ada takdir yang lebih indah dari
Allah Swt.
Di tengah
kenaikan harga BBM, harus ada sikap yang kita jaga agar tidak terbelenggu pada
rasa kecewa dan tidak terima.
Tetap Bersyukur
Sebagai seorang
muslim, kita harus tetap bisa menjaga rasa syukur kita kepada Allah Swt. Jangan
sampai, kondisi susah dan sempit, membuat kita tidak bisa mengontrol emosi.
Memaki kondisi, mengumpat orang lain yang menyebabkan kondisi itu terjadi,
hingga menyalahkan Allah. Astaghfirullah.
Allah Swt.
berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”” (QS. Ibrahim:
7)
Melalui ayat
tersebut, kita ketahui bahwa dengan memperbanyak rasa syukur, maka Allah pun
juga akan memperbanyak nikmat-Nya untuk kita. Begitupula sebaliknya.
Mewujudkan rasa
syukur bukan hanya sekadar mengucapkan hamdalah. Harus ada kesungguhan hati dan
keikhlasan dalam pengucapan lafadz tersebut. Pada tahap berikutnya, rasa syukur
dapat diiringi dengan perbuatan. Seperti, menggunakan rahmat yang diberikan
Allah untuk tujuan meraih ridha-Nya. Semisal bukan rahmat/nikmat yang
didapatkan, melainkan ujian, maka kita tetap harus beryukur. Berusaha menerima
keadaan, berubah menjadi pribadi yang lebih baik, dan bertawakkal kepada Allah
Swt.
Dalam surah lain,
Allah Swt. berfirman, “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah
itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fatir: 2)
Baca juga:
Doa Minta Rezeki Halal dan Berlimpah Sesuai Sunnah | YDSF
Definisi Rezeki Berkah dalam Islam | YDSF
Menyambung dari
firman sebelumnya, setiap rahmat yang diturunkan kepada siapapun yang
dikehendaki-Nya, tidak akan bisa dihalangi oleh siapapun. Sehingga, dalam
kondisi sesulit apapun, percayalah bahwa pertolongan Allah akan tetap ada.
Jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari Allah akan segera didapatkan.
Namun, tentu untuk
mendapatkannya, tidak bisa tiba-tiba begitu saja. Ada proses, tahap pembelajaran
dan pematangan diri. Sungguh Allah menyukai pribadi yang akan selalu berusaha
menjadi lebih baik hanya karena-Nya.
Mengatur Keuangan dengan Baik
Sudah menjadi hal
yang sewajarnya, untuk kita mampu mengatur keuangan dengan sebaik-baiknya. Tak
hanya menunggu saat sempit atau kantong menipis, bahkan di saat lapang pun kita
juga harus pandai mengatur keuangan. Agar tidak boros dan terjerumus dalam
hal-hal yang tidak penting dan membuat kita menjadi orang yang kufur nikmat.
Dalam surah Al-Isra
ayat 27, Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu
adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”
Idealnya, bila
memakai logika duniawi, memang saat pengeluaran bertambah banyak maka pemasukan
pun harus bertambah. Ingat, rezeki Allah tidak akan pernah tertukar. Percaya
dengan adanya “matematika Allah”.
Saat semua harga
seba naik, sedangkan pemasukkan belum bertambah, maka saatnya kita untuk
menahan banyak hal yang tidak penting sejenak dengan lebih kencang dari
sebelumnya. Agar, tidak menjadi besar pasak daripada tiang. Ada banyak rumus
keuangan yang dapat kita terapka. Salah satunya, 50-30-20, yaitu mengalokasikan
50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk keinginan pribadin, dan 20
persen untuk tabungan.
Plus, jangan
lupakan pula untuk tetap berbagi dalam kebaikan. Tetap menunaikan zakat, sedekah,
bahkan berwakaf. Insya Allah, hal tersebut juga menjadi salah satu pembuka
pintu rezeki kita.
Wakaf di YDSF:
Artikel Terkait:
Hukum Zakat Penghasilan dalam Islam | YDSF
2 JENIS HARTA BENDA WAKAF | YDSF
Waktu Membayar Zakat Maal | YDSF
Mengenal Istilah-istilah dalam Wakaf | YDSF
Wakaf dalam Perspektif Mikro Ekonomi Islam | YDSF