Berqurban
merupakan salah satu bentuk peribadatan kepada Allah Swt., meneladani kepatuhan
Nabi Ibrahim as. kepada-Nya. Berqurban juga ungkapan rasa syukur atas rizki
yang dilimpahkan Allah Swt. Selain itu, juga sebagai bentuk pengorbanan kepada
Allah Sang Pencipta seluruh alam dan seisinya.
Saat berqurban,
tentu memilih hewan terbaik yang telah dinyatakan memenuhi syarat. Lantas
dilakukan proses penyembelihan sebelum dibagikan kepada masyarakat.
Dalam proses
tersebut, Islam mengajarkan cara menyembelih hewan tanpa membuat hewan
tersiksa. Tak boleh asal-asalan. Sebab, proses penyembelihan juga berpengaruh
pada kualitas daging hewan qurban. Dan yang lebih penting lagi, memengaruhi
kehalalan daging. Karena itu syariat Islam mengatur penyembelihan hewan. Sebab
diterimanya ibadah qurban juga tergantung tata cara penyembelihan.
Seperti dikatakan
Ketua Juru Sembelih Halal (Juleha) Indonesia Jatim, Imam Fauzi, S.Th.I., tidak
semua hewan boleh untuk qurban. Ada syarat dan kriteria yang harus dipenuhi.
Hewan harus sehat dan tidak cacat. Hewan tidak sakit-sakitan, tidak cacat
(pincang dan buta), dan tidak kurus.
Seperti
disebutkan dalam hadits berikut: ‘Sudah semestinya hewan yang disembelih untuk
ibadah qurban adalah hewan yang sehat dan tidak cacat (HR. Ahmad dan
Tirmidzi).’
Umur hewan juga
menentukan. Dalam penjelasan Hadist riwayat Muslim, beberapa hewan yang
diperbolehkan untuk disembelih adalah domba yang telah berumur lebih dari satu
tahun atau sudah berganti gigi, kambing berumur lebih dari dua tahun, sapi atau
kerbau yang telah berumur lebih dari dua tahun, dan unta yang berumur lebih
dari lima tahun.
“Yang sampai
kepada Allah adalah taqwanya, bukan dagingnya,” tegas Imam.
Dalam sebuah
hadits Rasulullah saw. bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik
(ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara
yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang
baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan
disembelih.’ (HR. Muslim).
Hewan qurban yang
akan disembelih harus dalam keadaan baik dan tidak stres. Sebab, stres atau
tidaknya hewan saat disembelih, juga memengaruhi kualitas daging.
“Hewan mengalami
stres itu mengeluarkan banyak asam, jadi alot dagingnya,” ujarnya pada
pelatihan Juleha di Graha Zakat YDSF di Surabaya.
Sekali Sentuhan
Rasulullah adalah
teladan bagi umat Islam. Begitu pula dalam memperlakukan maupun menyembelih
hewan. Kita harus mengikuti yang telah dicontohkan beliau. Harus ihsan, demi
menjaga kualitas daging tetap bagus. Untuk mengidentifikasi daging antara yang
bagus dan jelek, dapat dilihat dari tekstur, aroma dan warna daging hewan.
Cara ihsan atau
baik ketika menyembelih hewan hendaknya menggunakan pisau tajam, dan hanya
dengan sekali potong. Bukan dua kali atau sampai berkali kali. Bila lebih dari
sekali, akan menyakiti hewan yang disembelih.
Baca juga:
Hadits Palsu: Setiap Bulu Hewan Qurban Ada Kebaikan | YDSF
Mewakilkan Penyembelihan Qurban | YDSF
“Teknik memotong
hewan yang diterapkan Rasulullah sudah menjadi teknik terbaik dalam
menyembelih. Dalam teknik ini hewan qurban disembelih hanya dengan sekali
sentuhan pisau. Dengan cara itu akan meminimalkan stres hewan,” lanjut Imam
sembari mencontohkan gerakan menyembelih hewan qurban.
Cara
memperlakukan dan menyembelih tiap jenis hewan juga berbeda. “Biasanya unta itu
lebih nyaman disembelih dengan berdiri,” lanjutnya. Sedangkan sapi, kerbau, dan
kambing lebih nyaman disembelih dengan direbahkan terlebih dulu.
Selain secara
ihsan, penyembelihan dilakukan oleh orang Islam sebagai bentuk usaha
meminimalkan kesalahan serta ketidakpahaman dalam melakukan prosesi
penyembelihan. Sesaat sebelum menyembelih, petugas penyembelih membaca
basmalah.
Dalam menyembelih
hewan qurban, juga harus tepat mengenai dua urat atau saluran pembuluh darah
yang disebut wadajain, agar hewan qurban segera mati. Ada empat titik yang
perlu diputus saat memotong hewan qurban, yaitu memotong urat tempat masuknya
makanan, jalan nafas, jalan makan, dan dua pembuluh darah (wadajain).
Lantas, setelah
menyembelih qurban, penyembelih menghadap kiblat dan berdoa: ‘Inni wajjahtu
wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ardha hanifam muslimaw wa ma ana minal
musyrikin. Inna sholaatii wa nusukii wamahyaaya wa mamatii lillaahi robbil
'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.’
Artinya: “Aku
menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan
segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang
yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu
bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk
orang-orang yang berserah diri.”
Sumber Majalah
Al Falah Edisi Juni 2023
Artikel Terkait:
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI
Saat Amal Baik Batal Dilakukan | YDSF