Pandemi membawa banyak hikmah, di antaranya untuk idzharu
ubudiyah yaitu menunjukkan kehambaan manusia kepada Allah Swt. Manusia itu
lemah. Apa yang disombongkan? Menghadapi virus yang ukurannya sangat kecil saja
manusia terbukti sudah kuwalahan dan tidak berdaya. Hampir semua negara di
dunia terganggu aktivitasnya. Hal ini mengingatkan kita dengan kisah Namrud
yang binasa hanya dengan serangan nyamuk. Dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Pandemi sudah seharusnya menyadarkan kita untuk menjaga
keluarga dari api neraka. Sebagaimana peringatan surat At-Tahrim ayat 6: “Wahai
orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...”
Biasanya orangtua sibuk bekerja dan jarang sekali bertemu
dengan istri dan anaknya. Saat ini kita memiliki kesempatan untuk membangun
kemesraan dan keharmonisan dalam keluarga. Dengan adanya pandemi ini, para ayah
sibuk menambah hafalan Al-Qur’an karena menjadi imam shalat di rumah. Ibu
memiliki waktu memasak untuk keluarga.
Rasul menyebut Ramadhan dengan syahrul mubarok, bulan yang
penuh berkah. Maka jika kita tidak berusaha mendapatkan keberkahan di bulan
Ramadhan maka kita termasuk orang yang rugi. Sabda Nabi: “Betapa banyak orang
yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa
lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroni)
Maka celakalah orang yang melewati Ramadhan tanpa
memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keagamaannya, tidak menambah
ketakwaan, dan tidak mendapatkan ampunan. Terutama makna kebaikan dalam
keluarga.
Di Surga Bersama Keluarga
Inilah saatnya menjadikan rumah sebagai surga. Surga tidak
di kantor, jalan, hotel, ataupun restoran, tetapi ada di rumah. Surga juga
bukan karena fasilitas, tetapi karena ada tidaknya amalan-amalan ibadah dalam
rumah.
Baca juga: WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF
Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh anak cucunya akan
dikumpulkan bersama di surga. Jadi, penting untuk menanamkan keimanan dalam
keluarga. Sebagaimana Ya’kub berwasiat kepada anak cucunya untuk beriman
setelah kematiannya.
“Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka
(di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan)
mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS At-Thur 21).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa tingkatan surga
bergantung hafalan Al-Qur’an yang dimiliki. Misalnya orangtua hafal satu juz
Al-Qur’an sedangkan anaknya hafal 30 juz. Maka mereka akan berkumpul di surga
menduduki derajat penghafal 30 juz al-quran.
Makna Sakinah
“Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah”.
Kita pasti sering mendengar doa itu. Namun, sudahkah kita mengetahui makna kata
sakinah?
Sakinah memiliki empat makna. Pertama, sakinah berarti
tempat tinggal. Dalam surat AtTaubah ayat 24, terdapat kata Masakin, bentuk
jama’ dari sakinah yang berarti tempat tinggal. Maka tugas orangtua adalah
membuat keluarga betah di rumah.
Keharmonisan dijaga dengan amalanamalan kebaikan, agar
anggota keluarga nyaman di rumah. Pandemi ini menjadi tolok ukur apakah kita
betah dirumah dan apakah keluarga kita termasuk sakinah.
Baca juga: Perbedaan Nazhir dan Wakif dalam Wakaf | YDSF
Kedua, sakinah bermakna tenang dan optimis. Seperti ketika
perang Badar, 313 orang kaum Muslim yang sebagian besar tidak bersenjata harus
bertempur dengan 1.000 tentara pasukan Quraisy dari Mekkah. Kemudian Allah
menurunkan rasa ketenangan dan bala bantuannya sehingga kaum Muslim bisa
memenangkan perang.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam
hati orangorang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah
ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha
Mengetahui, Mahabijaksana;” (QS Al Fath: 4).
Tugas keluarga adalah menciptakan ketenangan dan membangun
rasa optimis bahwa seluruh anggota keluarga dapat meraih kesuksesan di dunia
dan di akhirat.
Ketiga, keluarga sakinah adalah keluarga yang saling percaya
dan tidak saling curiga. Sikap saling percaya dimulai dari saling terbuka dan
sering menghabiskan waktu bersama. Membangun kebersamaan antaranggota keluarga
dengan amalan kebaikan. Misalnya dengan shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an
bersama, sahur dan buka puasa bersama.
Terakhir, sakinah artinya tenang dan tidak mengganggu.
Artinya antar-anggota keluarga tidak saling menyakiti. Seorang suami harus bisa
menyenangkan hati istri, pun sebaliknya seorang istri juga harus bisa
menyenangkan hati suami. Tugas seorang suami istri tenang di rumah dan tidak
saling mengganggu.
Salah satu hikmah pandemi adalah meninggikan derajat dan
mengahapuskan dosa-dosa jika kita bisa bersabar. Pandemi merupakan cara Allah
merukunkan keluarga. Agar antar anggota keluarga saling peduli dengan sesama,
mengingatkan pentingnya beribadah. Kebersamaan di rumah adalah kesempatan bagi
orangtua untuk mengarahkan anaknya.
Sumber Majalah Al
Falah Edisi April 2021
Bayar Zakat di Bulan Ramadhan:
Artikel Terkait:
7 Keutamaan I’tikaf di Bulan Ramadhan | YDSF
Tata Cara Shalat Tarawih dan Witir | YDSF
PERBANYAK SEDEKAH SAAT RAMADHAN | YDSF
Batas Penghasilan Wajib Zakat | YDSF
APA SAJA YANG HARUS DISIAPKAN SEBELUM MENUNAIKAN WAKAF? | YDSF
Siapa yang Harus Membayar Fidyah Istri? | YDSF