Innalillahi wa
innailaihi raji’un. Pembakaran
Al-Qur’an kembali terjadi. Tragedi yang terjadi pada Sabtu (21/01/2022) lalu tersebut,
dilakukan oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai sayap kanan Denmark Garis Keras.
Pria berkewanageraan Swedia tersebut melakukan aksinya lantara tidak setuju
atas keputusan pemerintah Swedia yang akan bergabung dengan NATO. Menurutnya, keputusan
tersebut merupakan bentuk dukungan Swedia terhadap orang-orang Kurdi yang
mayoritas Islam. Ketakutannya, membuat Paludan bertindak anarkis dan mengundang
banyak respon marah dari berbagai negara.
Kejadian ini
tentu membuat umat muslim sedih sekaligus marah. Hendaknya dengan adanya
kejadian ini dapat menjadi cambuk semangat bagi umat muslim untuk lebih lagi
dalam menjaga kehormatan kitab suci Al-Qur’an. Dimulai dengan memahami dan
mempraktikan adab terbaik terhadap kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah
saw. ini.
Allah Swt. berfirman
dalam surah al-Baqarah ayat 39, “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” Maksud
dari ayat ini adalah mereka yang telah mengetahui tentang Al-Qur’an tetapi
tidak mengikuti ajaran Allah di dalamnya, maka akan kekal menjadi penghuni
neraka. Mereka tidak pernah mati, tidak pula hidup, karena diadzab terus-menerus.
Adab Terhadap Al-Qur’an
Sebagai muslim,
sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menjaga adab terhadap Al-Qur’an.
Terdapat beberapa perilaku yang perlu dijaga dalam memperlakukan Al-Qur’an. Kami
merangkumnya menjadi lima hal penting adab terhadap Al-Qur’an, yaitu:
1.
Iman kepada Al-Qur’an
Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS.
An-Nisa: 136)
2.
Tilawah
Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab
Allah, maka dia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu
(dibalas) sepuluh lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf.
Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Meski begitu, dalam membaca Al-Qur’an dianjurkan diiringi dengan beberapa
adab, salah satunya perlahan dan khusyuk. Sedangkan poin lain, akan di bahas di
bagian berikutnya artikel ini.
3.
Pelajari dan tadabbur
Dari Utsman, Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang
yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari, Abu Dawud,
dan Tirmidzi).
Bukan
hanya membaca tulisan Arab-nya saja, hendaknya kita juga memahami arti dan
mempelajari makna dari firman-firman Allah tersebut.
Baca juga:
WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF
6 AMALAN RINGAN DAN MUDAH MENUJU SURGA | YDSF
4.
Ittiba’
Ittiba’ berati mengikuti. Setelah memahami maknanya, maka langkah
berikutnya adalah mengikuti, yaitu menerapkan apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt. surah Thaha [20] ayat 123, “Jika datang
kepada kamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikut petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.”
5.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman
Maksudnya adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan sumber pemecahan
dari setiap masalah kehidupan. Baik di dunia maupun untuk akhirat kelak.
Selain itu, juga
terdapat adab yang perlu dijaga saat membaca Al-Qur’an. Pada kitab Minhajul
Muslim, disebutkan delapan adab dalam membaca Al-Qur’an, yaitu:
1.
Membacanya
dalam keadaan dan kondisi yang paling sempurna, yaitu suci, menghadap kiblat, duduk
dengan sopan dan penuh tenang;
2.
Membacanya
dengan tartil (perlahan-lahan) dan tidak tergesa. Tidak mengkhatamkannya kutang
dari tiga malam. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an
dalam waktu kurang dari tiga malam, niscata ia tidak memahami makna-maknanya.”
(HR. Abu Dawud);
3.
Khusyuk
saat membaca, menampakkan kesedihan, menangis atau berusaha menangis jika tidak
bisa menangis (HR. Ibnu Majah);
4.
Membaguskan
suaranya (HR. Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasa’i, al-Hakim);
5.
Menyembunyikan
bacaannya, jika khawatir timbul riya’ atau sum’ah di dalam dirinya atau
khawatir mengganggu orang yang sedang shalat (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi);
6.
Membacanya
dengan merenungkan dan memikirkannya disertai rasa pengagungan kepadanya,
menghadirkan hatinya, serta memahami makna dan rahasia yang dikandungnya;
7.
Tidak
termasuk orang-orang yang lalai dan menyelisihinya, karena kadangkala hal
tersebut menyebabkan laknat terhadap dirinya sendiri (QS. Al-Imran: 61);
8.
Berupaya
semaksimal mungkin untuk meneladani sifat-sifat ahli Al-Qur’an (yaitu penghafal
Al-Qur’an) yang mereka itulah ahli Allah (wali Allah) dan manusia pilihan-Nya,
serta berkarakter seperti mereka.
(berbagai
sumber)
Berbagi Makin Mudah
Artikel Terkait:
Pelaksanaan Shalat Sunnah Rawatib | YDSF
PERHITUNGAN ZAKAT RUMAH KONTRAKAN | YDSF
Pailit Bisnis, Apakah Termasuk Gharim dalam Islam | YDSF
6 KEUTAMAAN SEDEKAH DALAM JANJI ALLAH SWT. | YDSF
Hukum Percaya Pawang Hujan dalam Islam | YDSF
JENIS WAKAF DALAM ISLAM MENURUT BWI | YDSF