Menguatkan Sesama dengan Berjamaah | YDSF

Menguatkan Sesama dengan Berjamaah | YDSF

16 Maret 2022

Menguatkan Sesama dengan Berjamaah | YDSF


Dalam Islam, setiap muslim sangat dianjurkan untuk hidup bersama-sama (berjama’ah). Menguatkan tali silaturrahim, akan membantu hidup kita lebih mudah. Saling tolong menolong, bergotong-royong, bahkan saling mengasihi satu sama lain akan menjadikan hidup lebih bermakna.

“Saya selalu merenung, apa sih manfaat yang dapat saya ambil dari hidup ini. Sebenarnya Allah menciptakan saya untuk apa?!?”

Ungkapan itu disampaikan Esa Wahyu Endarti, dosen pengajar di Universitas Wijaya Putra (UWP) yang juga Wakil Rektor UWP. 

Esa lahir dan tumbuh di keluarga berkecukupan. Pendidikan dan kariernya juga lancar. Pendidikan sampai program doktor pun, semuanya dilakoni di universitas negeri ternama di Indonesia. 

Alhamdulillah saya dilahirkan di keluarga berkecukupan. Bila sementara orang masih harus berjuang untuk hidupnya, saya bisa fokus pada aktivitas pengembangan diri,” tutur alumnus Universitas Airlangga ini.

Sejak lulus kuliah, dirinya juga dapat mengabdi di tempat kerja yang bagus, di dunia pendidikan, bidang yang disukainya. Bidang pendidikan, memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berbagi ilmu hingga menjadi jariyah sepanjang masa, juga mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Selain mengajar, ia juga sempat aktif sebagai agen perusahaan asuransi ternama di Indonesia, sebelum akhirnya berhenti beberapa tahun lalu. “Saat itu saya masih bersemangat mengejar prestasi dan karier. Saya rasa sudah mencapai apa yang menjadi keinginan saya,” katanya. 

Kendati demikian, dengan segala macam aktivitas yang menyibukkan, Esa tetap merasa kosong. Dirinya pun mulai berpikir apa yang sebenarnya dicari dalam hidup. Harta dan jabatan telah tergenggam, ia tetap merasa ada yang kurang. 

“Saya mulai merenung. Andai saya bekerja, apakah saya semakin kaya? Kalau saya berhenti bekerja, apakah langsung menjadi miskin?” begitulah tanya ibu tiga anak itu pada dirinya.

Akhirnya, pada 2019, ia mulai mengurangi aktivitas yang menguras banyak energi. Momen itu, menjadi titik awal hijrah. Ditinggalkannya pekerjaan di asuransi yang telah mengantarkannya pada banyak pencapaian. Di antara prestasi yang diraih adalah menjadi branch manager dan mendapatkan top recruit nasional.

 

Baca juga: Membangun Kebersamaan dengan Silaturrahim

 

Khatam untuk Pertama Kali

Sejak muda, sulung dari empat bersaudara ini terbiasa menuangkan berbagai hasil pikiran dan resolusinya ke dalam lembaran buku harian. Beragam gagasan dan impian tersimpan di sana. Salah satu impian yang pernah ditulisnya adalah saat berusia 50 tahun, dirinya sudah fokus untuk beribadah.

Hingga kemudian, suatu hari pada 2019, Esa kembali membaca goresan tangannya itu. Dia pun tersentak. Allah seolah mengingatkannya pada impian itu. Meskipun terlambat beberapa tahun, Esa tetap bersyukur, lantaran dirinya mempunyai kesempatan memulai. Ibadah di bulan Ramadhan pun dapat dijalaninya dengan tenang. Pada momen itu, dia memanjatkan doa, “Ya Allah, beri saya kesempatan untuk memperbaiki ibadah.Salah satu ibadah yang sangat ingin diperbaikinya adalah membaca Al-Quran.

Esa mengaku belum pernah mengkhatamkan Al-Qur’an sebelumnya.  Ketika Ramadhan pun demikian. “Biasanya hanya semangat di awal, tapi belum bisa sampai khatam. Paling sampai juz 10. Bertahun-tahun begitu terus,” ujar lulusan program doktor Universitas Gadjah Mada ini

Berbekal niat, semangat belajar dan memperbaiki bacaan Al-Quran, ia mencari guru mengaji agar bisa rutin belajar memperbaiki bacaan. Alhamdulillah, Allah memudahkan. Dicarinya guru mengaji yang tinggal tak jauh dari kampus UWP, sehingga dirinya bisa mengaji setiap hari. Ia rutin belajar mengaji mulai pukul 08.00 - 09.30. Rutinitas baru itu dijalaninya dengan sabar hingga khatam. 

“Saya ingat betul. Saya mulai 5 Agustus 2020 sampai 22 Februari 2021. Saya pasang deadline sebelum ulang tahun, saya harus sudah khatam. Masya Allah, dua hari sebelum ulang tahun, Allah mengijinkan saya khatam untuk pertama kali dalam hidup saya,” kenang ibu tiga putri ini dengan binar bahagia di matanya.

Diakuinya, perjuangan untuk khatam cukup berat. Meskipun demikian, tenggat waktu yang ditentukannya sendiri terus memacu dan menjaga semangatnya. Sampai-sampai ketika suatu ketika bepergian bersama keluarga, Esa mengaji daring di mobil bersama ustadzah yang mendampingi belajar ngaji.

Setelah berhasil khatam, Esa tak lantas menutup Al-Qur’an. Dirinya kembali memasang target pribadi. Dalam sehari harus menuntaskan satu juz. Dimulai selepas subuh, kemudian di sela mengajar. Kalau belum mencapai target, dilanjutkan pada malam hari.

“Niat awal untuk saya sendiri. Tapi seiring waktu, orang-orang di sekitar saya terinspirasi. Teman-teman kampus juga ingin ikut mengaji. Saya juga merasakan, dengan semakin sering ngaji, entah kenapa waktu rasanya kok lebih banyak. Saya jadi bisa melakukan lebih banyak kegiatan positif,” ujarnya.

Tidak sedikit sejawat dan teman terinspirasi dan ingin mengikuti jejaknya. Kemudian dibentuklah jamaah-jamaah pengajian di kantornya. Ada juga jamaah yang terdiri dari ibu-ibu yang kebanyakan adalah wanita karier. 

Rasanya, saya seperti mendapatkan surprise dari Allah. Saya menemukan sahabat satu visi,” ujar wanita yang kini menjabat sebagai ketua DPD Al-Hidayah Jawa Timur, untuk periode 2020 – 2025 kini.

Esa tak pernah menyangka. Impian pribadinya untuk khatam Al-Qur’an menginspirasi banyak orang.  Esa pun sangat berekspektasi, di dunia ini semakin banyak orang baik. Semakin banyak orang yang sadar mempunyai kekurangan dan memperbaiki diri.

 

Baca juga: KISAH MUALAF, HIDAYAH MELALUI MIMPI | YDSF

 

Berbuat Baik dengan Berjamaah

Esa menganggap jabatan itu sebagai amanah agar semakin termotivasi untuk melakukan kebaikan secara berjamaah. Banyak perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat lebih besar bila dilakukan bersama-sama.

Manusia itu makhluk sosial, sejak awal diciptakan untuk berjamaah. Kadang saat ada masalah sering merasa sendiri. Padahal kalau dekat dengan Allah, Allah akan mengirim orang-orang baik yang akan menolong.

“Allah tahu semua masalah kita. Tapi karena kita tidak mendekat kepada-Nya, seolah-olah kita sendirian, makanya masalah itu terasa berat,” tuturnya.

Saat kasus Covid-19 meningkat, Esa berusaha menguatkan agar bisa melawati cobaan bersama-sama. Bersama sang suami, diberikannya dukungan moral. Dirinya sengaja memesan parsel kepada toko buah langganan dan mengirimkannya kepada para sahabat dan kerabat yang sakit. Saat karyawan kampus banyak yang terpapar virus, Esa dan pimpinan kampus menyediakan gedung untuk isolasi mandiri.

Tak sedikit pelaku usaha pada saat itu, sepi orderan. Sengaja dicarinya katering, untuk memasok kebutuhan makan ke kampus sehari 3 kali. Hal itu dilakukan bergantian di antara beberapa katering selama sebulan. Selain membantu pasien Covid-19, juga membantu perekonomian warga sekitar.

Kita perlu berjamaah untuk menguatkan satu sama lain,” katanya. (tim)

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi 408 Bulan Maret 2022

 

Artikel Terkait:

MENEBAR KEBAIKAN DAN KEMANUSIAAN MELALUI PEKERJA SOSIAL

Kisah Mualaf, Musibah Membuatku Hijrah | YDSF

Melangitkan Doa untuk Menjemput Harapan | YDSF

Hakikat dan Keutamaan Silaturahim

Menyambung Silahturahmi yang Terputus | YDSF

Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: