Pada abad ke-13 tanda-tanda berakhirnya perkembangan ilmu pengetahuan
di dunia Islam mulai pemutarbalikan kondisi dari agamis muncul. Sedikit demi
sedikit berbagai belahan dunia Islam. menjadi sekular terus merembes dalam Ketidakpuasan
kaum liberalis terhadap memunculkan berbagai macam pemerintahan Islam membesar
sehingga pemberontakan, baik secara ideologi maupun fisik. Dan tekanan-tekanan
itu menguat.
Rusaknya persatuan di kalangan umat Islam karena terkooptasi
oleh kepentingan politik, seakan mempercepat keruntuhan Islam. Selain itu,
semakin bergesernya nilai-nilai Islami dari kalangan umat sendiri juga
menggerogoti wibawa Islam. Dan repotnya, musuh semakin terkoordinir, terintegral
serta punya monopoli kuat dalam bidang apapun.
Ketika bangsa Mongolia mulai menjajah Islam pada tahun
1218-1268 M (Rifki Fauzi: 2009) dan disusul meletusnya perang Salib di
Konstantinopel Bizantium pada 1204, membuktikan bahwa kekhalifahan Islam tidak dianggap
lagi sebagai kekuatan yang superior dan disegani.
Pembajakan Intelektual
Bangsa Perancis bahkan mulai berani menjajah Timur Tengah
pada 19 Mei Bonaparte dengan pasukannya yang 1798 yang dipimpin oleh Napoleon berjumlah
38 ribu prajurit dan 400 kapal. Pasukan terlatih ini berhasil menduduki dan merebut
Alexandria (Mesir) dari pasukan Islam.
Dari situ, Napoleon membangun kerajaan di Mesir. Sama
seperti yang diakukan oleh para penjajah lainnya, Perancis juga melakukan hal
sama terhadap bangsa jajahannya untuk mengadakan politik 'sapu bersih' terhadap
segala macam aset-aset bangsa yang dia kuasai. Termasuk menyeret kaum
intelektual serta membangun sebuah perpustakaan yang penuh dengan literatur
Eropa modern, dan sebuah mesin cetak berhuruf Arab (Karen Amstrong: 2002).
Selain itu, bangsa Barat juga sangat antusias menerjemahkan buku-buku ilmuwan
Islam seperti karya Ar Razi, Jabir, Ibnu Sina, dan lain-lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan politik, ekonomi,
pendidikan serta budaya berbalik 180 derajat menjadi milik bangsa Barat. Tidak
hanya itu, spirit belajar serta etos kerja tinggi, semakin tidak nampak lagi di
dunia Islam. Semua diambil alih oleh kalangan liberalis, komunis, atau bahkan
sekularis. Sehingga tidak heran, adanya spirit
to learn mengantarkan bangsa-bangsa Barat mencapai kemauan luar biasa dalam
segala bidang, terutama dalam bidang pendidikan.
Baca juga: Allah Lebih Melihat Keikhlasan | YDSF
Menurut data terkini, di Amerika Serikat terdapat 6.500
doktor dari satu juta orang, Prancis 4.700 doktor, Jerman 5.000 doktor, Jepang
4.800 doktor, Israel 15.000 doktor. Di Indonesia? Hanya 65 doktor dalam 1 juta
orang (Dr Petrus Octavianus: 2008).
Rata-rata kaum modernis sekularis mengapresiasi sangat
positif adanya sebuah slogan yang berbunyi Time
is money, the life once, keep trying. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
mereka terapkan slogan itu dengan sepenuh hati. Begitu seriusnya mereka,
sehingga waktu benar-benar dimanfaatkan dengan sangat maksimal. Tentu saja,
karena penghargaan terhadap waktu sangat luar biasa, akhirnya membentuk diri
pribadi menjadi profesional. Profesional dalam bekerja, mencari ilmu, membuat
senjata, menjual senjata bahkan sampai menjajah bangsa lain dalam bentuk yang
halus, juga sangat profesional.
Kebanyakan umat Islam sangat kurang mengapresiasi waktu.
Padahal Allah Swt. memberikan 'pelatihan' kepada umat Islam untuk menghargai
waktu sampai 5 kali sehari. Dan itu pelatihan seumur hidup. Bangsa Arab punya
slogan yang lebih jitu soal waktu. Al
Waqtuss Syaif 'waktu itu laksana pedang. Siapa yang tidak pandai
menggunakan waktu, 'pedang' waktu akan menebas dirinya sendiri.
Ironi Umat Pemilik Al-Qur’an
Islam diberi karunia berupa surat Al-Ashr. Ironisnya, justru
orang Jepang, Amerika, Belanda (atau bangsa yang dalam keseharian sangat kurang
bersentuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an) yang mempraktikkannya. Malahan, di Jepang
sudah tertradisi untuk membaca (mencari ilmu) dimanapun mereka berada. Maka
dalam kereta api saat berangkat sekolah, dalam bus kota saat berangkat kerja,
menjadi pemandangan yang lumrah jika sebagian besar penumpang tersebut asyik
membaca.
Allah memberikan peringatan lain di surat Ali Imran 190 yang
artinya, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih berganti
malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir." Menurut
ayat tersebut, sangat jelas bahwa umat Islam diperintahkan untuk berpikir.
Artinya selalu berpikir positif agar bisa mempergunakan waktu dengan bijak. Dengan
poin akhir, dapat beribadah, mencari ilmu, bekerja, dan hal positif lainnya
dengan segala keprofesionalannya.
Alangkah indahnya jika umat Islam dapat kembali muncul ke
permukaan. Seperti indahnya kekuatan Islam saat dipimpin oleh Sultan
Shalahuddin Al Ayyubi. Seorang pejuang Islam sejati nan sederhana serta rendah
hati, penakluk tentara-tentara Inggris dan Perancis. Penghargaan beliau
terhadap waktu dan profesionalitas, mampu menghantarkannya menjadi pemimpin
yang disegani.
Sumber Majalah Al Falah Edisi Juli 2010
#EkspedisiQurbanYDSF
Qurban di YDSF
Artikel Terkait:
Pelaksanaan Shalat Sunnah Rawatib | YDSF
ZAKAT UNTUK HARTA CICILAN | YDSF
Menjaga Agama, Melindungi Manusia | Dharuriyah Al-Khams (5 Perkara Asasi) | YDSF
KONSUMSI OBAT BERBAHAN HARAM | YDSF
Bolehkah Sedekah dari Harta Haram? | YDSF