Mengenal Budaya Pesantren Melalui Trensami Assalam | YDSF

Mengenal Budaya Pesantren Melalui Trensami Assalam | YDSF

8 Oktober 2019

Pesantren Sabtu Minggu Assalam atau lebih dikenal dengan nama Trensami Assalam, merupakan wadah belajar ala pesantren yang berlangsung setiap hari Sabtu dan Minggu. Trensami Assalam bertujuan memberikan tambahan ilmu agama selain yang didapat dari sekolah dan mengenalkan budaya pesantren kepada anak-anak generasi milenial.

Trensami Assalam bertempat di Graha Salaamun yang beralamat di Perumahan Jaya Regency Sedati Blok CA-01, RT 18 RW 09, Desa Kwangsan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Meskipun bertempat di perumahan, anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan trensami. Setiap akhir pekan rata-rata sekitar 50—60 anak mengikuti kegiatan trensami.

Sabtu sore, menjelang maghrib para santri mulai berdatangan ke Graha Salaamun, markas Trensami Assalam. Mereka disambut dengan hangat oleh Ustadz Nanang, koordinator kegiatan. Setiap santri langsung mencium tangan sang ustadz sebagai ungkapan rasa hormat seorang santri kepada gurunya.

 Kegiatan dimulai dengan shalat maghrib berjamaah. Biasanya santri putra yang sudah senior bergantian menjadi muadzin dan imam shalat. Dilanjut dengan ngaji bareng yang diisi oleh Ustadz Zamzam Ilhami sampai tiba shalat isya.

Setelah itu santri dibagi menjadi tiga kelas. Santri senior (lebih dari kelas 6 SD) mengaji kitab bersama Ustadz Zamzam. Santri junior (kelas 1—5 SD) dibagi menjadi dua kelas, kelas bahasa Inggris dan kelas bahasa Arab. Setelah satu jam santri junior saling bertukar kelas antara kelas bahasa Inggris dan bahasa Arab. Kedua kelas ini bertempat di rumah salah seorang wali santri, karena Graha Salaamun hanya mempuyai dua ruang kelas.

Pembelajaran berlangsung hingga pukul sepuluh malam. Setelah itu santri beristirahat. Biasanya momen ini dimanfaatkan wali santri untuk menjenguk anaknya dan mengirim makanan. Pukul sebelas malam semua santri wajib tidur.

Pukul 02.00 dini hari, santri dibangunkan untuk melaksanakan shalat malam, tahajut. Shalat malam berlangsung hingga 30 menit sebelum subuh. Waktu ini dimanfaatkan santri untuk tidur sejenak, sekadar melepas kantuk.

Waktu shalat subuh para santri melaksanakan program Suling (Subuh keliling). Subuh keliling ini dilaksanakan bergantian di masjid dan mushola di sekitar Graha Salaamun. Setelah subuh dilanjut dengan mengaji kitab akhlak. Di sini santri diajari bagaimana bersikap dan berbudi luhur.

“Pandai tidak pandai bukan urusan utama. Terpenting adalah akhlak yang baik. Jika kamu memiliki akhlak yang baik, Insyaallah Allah akan memberikan derajat yang barokah,” pesan Ustadz Zamam.

Setelah mengaji tiba saatnya sarapan. Ada yang unik dengan cara pembagian sarapan di Trensami Assalam. Awalnya diterapkan model antrean ular tangga, santri yang gaduh ditempatkan di posisi paling akhir walaupun datang awal. Kemudian diganti berdasarkan cacatan pada kitabnya. Santri yang paling banyak maknani (menerjemahkan dan memberi catatan pada kitab) menempati antrean paling depan.

Setelah sarapan, santri bergantian membersihkan dan membereskan Graha Salamun. Ada yang menyapu, mencuci dan lain-lain, sesuai jadwal piket. Pukul delapan pagi anak-anak kembali ke rumah masing-masing.

Selain Sabtu dan Minggu, para santri juga memeroleh kegiatan tambahan. Latihan seni banjari setiap hari Selasa dan pembacaan sholawat bersama setiap hari Jumat ba’da isya.

Kakak Beradik

Ide membuat trensami bermula dari inisiatif Ustadz Zamzam Ilhami bersama kakaknya Ustadz Khusnul Yaqin Noor. Sebelum membuat trensami, kakak beradik ini telah membuat Majlis Dzikir Assalam, yang beranggotakan bapak-bapak dan ibu-ibu. Kemudian mereka berkeinginan untuk memberikan wadah belajar bagi anak-anak. Agar anak-anak mendapatkan bekal ilmu agama yang cukup.

Tahun 2010, ada seorang jamaah yang menitipkan anaknya untuk belajar pada Ustadz Zamzam. Kemudian ia memberikan pendidikan ala pesantren, karena ia sendiri merupakan alumnus pondok pesantren di Malang dan Jombang.

Awalnya hanya ada lima santri yang mengaji bersama Ustadz Zamzam. Lambat laun semakin banyak yang tahu dan ikut belajar bersamanya.

Ustadz Zamzam dan Ustadz Nanang selalu berusaha mencari inovasi agar para santri betah mengaji. Mereka berkeinginan mengenalkan budaya pesantren kepada anak-anak sekitar perumahan. Agar anak-anak bercita-cita melanjutkan ke pesantren. Baru pada akhir tahun 2016 secara resmi lahirlah nama Trensami Assalam.

Di Trensami Assalam anak-anak dikenalkan budaya pesantren. Seperti adab terhadap guru, teman, tentang kemandirian, serta diberikan pelajaran dasar yang diajarkan di pesantren, walaupun hanya saat akhir pekan. Harapannya anak-anak sudah siap ketika masuk pesantren.

Usaha Trensami Assalam sudah mulai membuahkan hasil. Beberapa santrinya ada yang melanjutkan ke pesantren-pesantren besar di Jawa Timur.

 

Sikap Mandiri

Setiap santri Trensami Assalam diberi satu kotak infaq yang disebut kobar (kotak barokah). Sebagai bentuk motivasi kepada siswa untuk gemar bersedekah. Setiap hari santri menyisihkan uang saku mereka untuk dimasukkan ke dalam kobar.

Dari hasil kobar inilah Trensami Assalam mampu mencukupi kebutuhan operasionalnya. Termasuk memberikan gaji kepada ustadz yang berasal dari luar trensami.

Selain itu, Ustadz Zamzam juga mengajarkan keterampilan membuat tahu kepada santri-santri yang sudah memasuki usia kerja. Sehari-hari Ustadz Zamzam membuat usaha Pondok Tahu Pong di rumahnya. Ia mendapat keahlian membuat tahu dari salah seorang karyawan pabrik tahu di Jombang. Ia mengajarkan keahlian membuat tahu sebagai bekal santri terjun ke masyarakat.

 

Naskah: Habibi

Sumber Majalah AL Falah Edisi Agustus 2019

Editor: Nara

 

Baca juga

5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF 

 

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim | YDSF

 

Menyambung Silahturahmi yang Terputus | YDSF

 

Hakikat dan Keutamaan Silaturahim

 

Membangun Kebersamaan dengan Silaturrahim | YDSF

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: