Mengatasi Anak Kecanduan Game | YDSF

Mengatasi Anak Kecanduan Game | YDSF

15 Juni 2023

Dewasa ini, dunia teknologi terus mengalami perkembangan yang sangat gesit. Beda satu hari saja, sudah beda lagi hal baru yang telah dikembangkan atau bahkan ditemukan. Maka tak ayal bila generasi masa kini menjadi sangat lengket dengan teknologi. Termasuk dengan gawai yang memfasilitasi mereka untuk bisa melakukan berbagai hal yang diinginkan. Mulai sekadar mengakses informasi bahkan untuk keperluan belajar dan bekerja.

Sayangnya, teknologi dapat menjadi pisau bermata dua bila dipegang oleh orang yang salah atau belum siap secara keilmuan dan psikisnya. Seperti, penggunaan teknologi untuk kalangan anak-anak hingga remaja. Bila tidak disertai pendampingan dan kebijakan orang tua yang disiplin disertai penuh kasih, maka penyimpangan mungkin saja terjadi.

Contohnya, anak yang kencanduan game. Bila ada terindikasi mengarah ke haal tersebut, maka tindakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua? Cukup melakukan pencegahan atau perlukah sampai berkonsultasi dengan psikiater? Karena bila sudah terlanjur kecanduan game, bukan hanya psikisnya yang akan terganggu, secara fisik juga akan ikut berubah. Orang yang kencaduan, akan rela berada di depan game tanpa batas waktu yang mengakibatkan mata menjadi mudah lelah hingga perkembangan fisik yang terlihat tidak bugar.

Tindakan Orang Tua untuk Anak Kecanduan Game

Bila anak tidak dipersiapkan dari usia dini dengan hati-hati dan penuh ketelatenan oleh orang tua dan lingkungannya, bisa berakibat anak pada akhirnya hanya menjadi konsumen kesenangan dan kebaikan, bukan produsen kesenangan dan kebaikan.

Banyak sifat-sifat dasar yang diperlukan dalam menjalani hidup. Seperti, kemandirian, tanggung jawab, dan perjuangan.

Kemandirian sebaiknya diajarkan orang tua sejak dini. Awal usia anak kurang dari 6 bulan, melalui istilah call feeding, memberi anak ketika mereka membutuhkan. Jika orang tua dan lingkungan menambah dengan memberi yang belum mereka butuhkan, maka tanpa sadar kita sedang mengajarkan kesenangan yang berlebih kepada anak.

Contohnya memberi tambahan susu botol di saat anak tidur dan tidak meminta. Atau memberikan gendongan berlebihan dari yang anak butuhkan. Sentuhan, perhatian, kasih sayang, dan gendongan secukupnya adalah kebutuhan anak. Tetapi gendongan yang berlebihan, akan membuat anak kelebihan dosis dalam menikmati kesenangan hidup pada usianya.

Hal-hal seperti itu, potensial menjadikan anak sebagai penikmat kesenangan di masa dewasa. Kelak anak menjadi kurang mandiri dan kurang berjuang dalam hidup. Lebih mengandalkan menikmati kesenangan saja atau sebagai konsumen dari produksi orang lain.

Pada usia di atas 6 bulan, kemandirian anak diajarkan dengan memberi peluang agar lebih leluasa bergerak dan memberi sarana disesuaikan dengan minat anak yang muncul setiap waktu. Semakin lama semakin beragam. Semakin leluasa anak mengeksplor sekelilingnya dan belajar secara bertahap sesuai usianya, kelak anak semakin mandiri.

Demikian juga dengan pelatihan tanggung jawab sejak dini dan sesuai usia. Mulai dari hal ringan seperti mengucap terima kasih, setelah makan meletakkan piring di tempat cuci, dan sekaligus mencucinya bila telah mampu.

Baca juga:
MENDIDIK ANAK KOMUNIKATIF DENGAN ORANG TUA | YDSF
TIPS MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB ANAK | YDSF

Demikianlah, awalnya mengerjakan hal mudah. Kalau dikerjakan asisten rumah tangga atau oleh orang tua, maka berarti tanpa sengaja orang tua dan lingkungan mengajari anak kurang bertanggung jawab.

Sedangkan untuk perjuangan pun bisa dilatih. Misalnya, saat anak berusia 4 bulan, anak berjuang meraih sesuatu di sekelilingnya. Begitupun Ketika belajar merangkak pada usianya sekitar 7 bulan. Anak masih harus  berusaha trantanan sekitar usia 11 bulan untuk bisa berjalan. Pada tahap selanjutnya, ia berusaha naik tangga di usia sekitar 15 bulan, demikian seterusnya. Kalau upaya melatih itu ada yang luput, akan berdampak pada anak menjelang dewasa dan seterusnya.

Anak yang terus diberi tanggung jawab, diajak berjuang dan dilatih mandiri, akan bangga jika mampu melewati kesulitan hidup karena sudah terlatih. Tapi orang tua harus mengikuti dan mendampingi semua proses tersebut. Jika orang tua sibuk, libatkan anak di berbagai kegiatan sejak dini. Tujuannya, agar anak memahami bahwa hidup tidak semata menjadi konsumen kesenangan atau kebaikan dari orang lain.

Ada sebagian anak, terutama yang sudah menjelang remaja, bermain game dengan niat kegiatan itu merupakan bagian dari perjuangan mereka. Indikatornya mereka tetap melaksanakan kewajiban lain dengan seimbang dan kegiatan bermain game-nya menghasilkan uang. Jika tidak demikian, maka perlu dievaluasi. Jangan sampai anak Anda bermain game hanya untuk kesenangan. Karena bermainnya hanya sebagai konsumen kesenangan atau konsumen dari produk orang lain.

Jika pengasuhan yang kita berikan cukup baik sampai usia tertentu, tetapi di usia berikutnya kita luput lantaran sibuk atau lain hal, tetap saja kondisi demikian memberi peluang bagi anak untuk menikmati kesenangan melebihi kebutuhan wajar seseorang yang hidup di fase usianya.

Jadi upaya pendampingan sesuai pendidikan dan pelatihan yang akan memberikan rasa tanggung jawab, kemandirian dan perjuangan di masa dewasa, harus berkesinambungan.

Jika uraian saya ada yang luput dari anak Anda, maka bisa terjadi anak saudara mempunyai zona nyaman jika menikmati kesenangan melebihi yang seharusnya.

Jalan keluarnya adalah mengajak anak secara bertahap dan persuasif untuk menyiapkan kebutuhan sehari-harinya, sebanyak mungkin secara mandiri. Tentunya dimulai secara bertahap dan dinaikkan bertahap pula.

Semakin banyak kegiatan dalam menyiapkan kebutuhannya secara mandiri, insya Allah akan mengurangi secara bertahap jumlah jam nge-game-nya. Apalagi jika dilibatkan pula dalam bekerja yang menghasilkan uang. Ini akan memberi anak pemahaman, bahwa bekerja mencari uang itu juga kewajiban sekaligus akan merasakan bahwa mendapatkan uang, tidaklah selalu mudah.

Jika saudara berdua sudah melakukannya tapi belum berhasil, maka silakan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Memang hasilnya perlahan dan butuh waktu, butuh kesabaran dan ketelatenan. Tapi memang harus diupayakan, agar secara bertahap anak memahami kewajibannya. Terutama kelak masa dewasanya. Hal ini termasuk pula dalam menjalankan ibadah.

Selalu sertakan doa yang khusyuk dari Anda berdua selaku orang tua untuk buah hati. Demikian, semoga berhasil.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Februari 2023

 

Artikel Terkait:

PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF
Doa Agar Diberikan Hikmah & Masuk Golongan Shalih | YDSF
PIPANISASI AIR DAN PAKET SEMBAKO YDSF UNTUK PENYINTAS GEMPA CIANJUR
Sedekah Atas Nama Orang Tua yang Telah Meninggal | YDSF
Niat Puasa Ayyamul Bidh | YDSF
ZAKAT DARI HASIL GAJI | YDSF
DAKWAH YDSF DI BALI


Riyadush Shalihin Bab Taubat Bagian 3 | Ustadz Isa Saleh Kuddeh | YDSF


Tags: anak kecanduan game, kecanduan game, mengatasi kecanduan game, mengatasi anak kecanduan game, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: