Teladan Pendidikan KH. Imam Zarkasyi kepada Anaknya
Anak merupakan titipan Allah Swt. yang diberikan oleh setiap orang tua.
Tentu, didikan dari orang tua kepada anak menjadi sangat penting didalamnya.
Banyak hal yang harus ditanamkan anak sejak dini, diantaranya mengajarkan
aqidah, akhlak, karakter yang baik, peduli sesama, ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan masih banyak lagi.
Perintah mendidik anak dalam Islam telah diatur dalam Al-Qur’an surah
Luqman ayat 17,
“Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah
(manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting.”
Banyak contoh teladan dalam mendidik anak yang bisa kita ambil. Salah
satunya dari KH. Imam Zarkasyi. Beliau lahir di Gontor, 21 Maret 1910. Beliau
adalah Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, bersama kedua
kakaknya KH. Ahmad Sahal dan KH. Zainuddin Fananie.
KH. Imam Zarkasyi dikaruniai sebelas orang anak, enam laki-laki dan lima
perempuan. Di tengah kesibukannya merintis Pondok Modern pertama di Indonesia, beliau
tidak melupakan pendidikan anak-anaknya. Berperan sebagai guru sekaligus bapak
bagi anaknya. Ini seperti disampaikan Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A anak
kedepan KH. Imam Zarkasyi.
Beliau dikenal sebagai orang yang keras dan disiplin dalam mengajar. Begitu
juga terhadap anaknya. Beliau membekali anaknya dengan ilmu agama,
keterampilan, dan pengalaman agar dapat menjadi pemimpin umat. Beliau mengajar
anak-anaknya sendiri sampai lulus SD sebelum masuk pesantren ketika SMP.
Baca juga: Tips Mendidik Anak Berkarakter | YDSF
Ajian Maqomam Mahmuda
Beliau mengajarkan anaknya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.
Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A menceritakan, suatu ketika ia bersama saudaranya
melihat Pak De mereka diberi beberapa kemulian oleh Allah, di antaranya dapat menyembuhkan
luka bacok dengan sekali usap. Mereka kemudian mendatangi ayahnya untuk
bertanya: ”Kalo Pak De bisa seperti itu, kenapa bapak tidak
mempraktikkannya?” Mendengar pertanyaan anaknya beliau tersenyum.
“Kalian mau saya ajari yang lebih? Mau apapun bisa. Kalo mau bisa apa saja
itu namanya ajian maqomam mahmuda,” jawab beliau.
Seketika anaknya terdiam. Kemudian di antara mereka ada yang memberanikan diri
bertanya: “Amalannya bagaimana Pak?”
“Amalnya itu bangun malam, shalat minimal delapan rakaat dan satu witir.
Kalo mau apa-apa itu yang dipakai.”
Pembelajaran aqidah yang sangat indah dari KHImam Zarkasyi. Kemuliaan bukan
hanya dilihat dari aspek kebal bacok atau kebal peluru. Terhindar dari
bacok dan terhindar dari peluru juga merupakan kemuliaan. Bahkan itu yang lebih
baik.
Pola Didik Anak
Setiap hari beliau mengajarkan ilmu Al-Qur’an kepada anak-anaknya dengan buku
karangannya sendiri. Ada kebanggan tersendiri dengan mengajarkan Al-Qur’an kepada
anak. Setelah belajar Al-Qur’an anak laki-lakinya bergantian menjadi imam shalat
isya dan diawasi langsung oleh beliau. Setelah isya beliau mengantarkan
anak-anaknya belajar ke seorang guru yang mengajar di sekolah. Beliau mewajibkan
tidur siang anak-anaknya agar ketika belajar malam tidak mengantuk.
Jika sedang bepergian ke kota beliau menyempatkan membelikan bola. Beliau
mengajarkan dan memfasilitasi anaknya untuk mengembangkan fisik dan
keterampilan. Beliau mengajarkan apa saja kepada anaknya agar mempunyai kebanggaan,
termasuk dalam bidang olahraga.
Beliau juga membelikan meja Ping Pong (tenis maja). Ini agar anaknya tidak
main jauh dari rumah. Memudahkan pengawasan. Semua itu beliau lakukan untuk
menyiapkan kemampuan anaknya, agar tidak kalah bersaing dengan anak kota.
Baca juga: Pendidikan dan Hukum Hijab untuk Anak-Anak dalam Islam | YDSF
Lebih dari itu menyiapkan anak setelah di pesantren bisa masuk ke jajaran
elite di bidang pengetahuan, agama dan olahraga. Hal ini terbukti berhasil.
Setelah masuk pesantren anaknya berhasil masuk jajaran elite pesantren.
Ketika di pesantren memberikan kesempatan kepada anaknya berlatih berorganisasi.
Memperbanyak tangggung jawab secara individu dan kelompok. Tanggung jawab ini
secara tidak langsung beliau ajarkan melalui olahraga. Ping pong bertujuan melatih
tanggung jawab individu dan sepakbola untuk tanggung jawab kelompok.
Bukan tanpa sebab KH Imam Zarkasyi mengajarkan sepak bola kepada anaknya. Karena
pada saat itu sepak bola adalah ukuran keperkasaan yang sportif. Beliau ingin membuktikan
kepada masyarakat bahwa santri juga bisa sepak bola, tidak kalah dengan
orang-orang abangan.
Pendidikan yang beliau terapkan menitikberatkan untuk mengimani zat yang maha
segalanya (Allah) dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Hal ini mengacu
pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 151: “Sebagaimana Kami telah mengutus
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan
Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
Usaha Maksimal, Berdoa Maksimal
KH. Imam Zarkasyi memberi nasihat kepada anaknya, seperti disampaikan Ahmad
Hidayatullah: “Pangkat dan kekayaan itu seperti baju, jika dilepas akan
selesai. Tapi kalau ilmu tak akan pernah selesai. Maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya,
akan menemanimu ke mana saja.”
Nasihat itu melekat di hati anak-anak beliau. Hingga saat ini banyak anak
beliau yang melanjutkan pendidikan sampai tingkat doktor. “Sebenarnya kami
tidak genius, biasa-biasa saja. Mungkin karena ketekunan dan doa bapak,” tutur
Ahmad Hidayatullah.
Imam Zarkasyi senantiasa mengarahkan anaknya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Usaha maksimal, berdoa maksimal. Di antara doa beliau: “Ya Tuhanku, tempatkanlah
anakku pada tempat yang diberkahi.”
Saat ini Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, MA, meneruskan perjuangannya di Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Beberapa ada yang menjadi dosen, mengajar di
sekolah formal, dan ada yang menjadi pengusaha. Beliau tidak mewajibkan anaknya
menjadi ulama. Di mana saja asalkan bermanfaat.
Sumber: Majalah Al Falah
Oktober 2018
Featured Images by Freepik
Sedekah Online:
Artikel Terkait:
TIPS MELATIH ANAK BERPUASA DAN BERIBADAH SEJAK DINI | YDSF
MENGHADAPI ANAK YANG TERKENA PERUNDUNGAN (BULLYING) DI SEKOLAH | YDSF
Mempersiapkan Anak Gadis Menginjak Usia Dewasa | YDSF
TIPS MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB ANAK | YDSF
MELUANGKAN WAKTU UNTUK ANAKKU | YDSF
Pola Komunikasi Pengasuhan Anak dalam Islam | YDSF