Mencetak Pemimpin Sesuai Islam | YDSF

Mencetak Pemimpin Sesuai Islam | YDSF

4 Januari 2024

Untuk dapat melahirkan atau mencetak pemimpin tentu ada ikhtiar yang perlu dilakukan. Ini tidak hanya berlaku ketika kita akan membentuk orang lain, tetapi sebenarnya juga bisa diterapkan dalam diri sendiri.

Sementara orang yakin bahwa leader is born ‘pemimpin itu dilahirkan’, bukan dididik. Namun, di portal Harvard Business Review terdapat judul aneh Asking Whether Leaders Are Born or Made Is the Wrong Question ‘Bertanya apakah pemimpin itu dilahirkan atau dicetak adalah pertanyaan yang salah.’ Alasannya, karena selama ini orang mengaitkan sifat-sifat tertentu sejak lahir dengan kepemimpinan. Padahal sifat-sifat yang dianggap berkaitan dengan kemampuan memimpin itu tidak saling berkaitan secara pasti dengan kemampuan memimpin.

Masalahnya adalah apa yang disebut dengan kemampuan memimpin itu dan bagaimana menanamkan kemampuan itu. Menurut Oxford Dictionary, kemampuan pemimpin yang utama adalah dapat memberi komando dan dapat menarik pengikut. Kata pemimpin dalam Islam menggunakan kata imam atau amir. Kata amir dalam Al-Qur’an berulang sebanyak 257 kali. Sedang kata amr sendiri disebut sebanyak 176 kali dengan berbagai arti, menurut konteks ayatnya. Kata imam disebut sebanyak tujuh kali dengan makna yang berbeda.

Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sarat dengan kriteria dan syarat. Di antara yang terpenting, syarat pemimpin itu adalah yang mampu bekerja melayani rakyatnya. Pekerja seperti digambarkan oleh Al-Qur’an haruslah orang yang kuat dan terpercaya (QS. Al-Qashas: 26). Kuat menurut Yusuf al-Qaradhawi berarti kuat memimpin dan memegang amanah karena Allah.

Sejarah sahabat-sahabat Nabi saw. seperti Khalid bin Walid dan ‘Amr bin Ash yang diberi jabatan pimpinan (militer) karena kuat. Kuat bekerja dan mampu menjaga amanah. Sementara sahabat Nabi saw. seperti Hasan bin Tsabit yang semangat membela Islam, Abu Dzar yang tinggi ilmunya, atau seperti Abu Hurayrah yang kuat hafalan haditsnya dan pendamping Rasulullah dianggap tidak masuk kriteria pemimpin. Artinya tidak semua ulama dapat dipercaya menjadi umara.

Bukan hanya kuat menjaga amanah, seorang pemimpin itu -menurut Imam Mawardiharus sehat tubuh dan panca inderanya; harus mempunyai ilmu dan wawasan yang luas agar dapat melakukan ijtihad. Kriteria tersebut berkaitan dengan tugas utama pemimpin yaitu memelihara agama, menerapkan hukum-hukum, menjaga keamanan negara, memungut zakat, memperhatikan urusan umat dan lain sebagainya (al-Ahkam As-Shulthaniyyah).

Baca juga: Tadabbur Al-Qur’an Tanpa Batas Pandang | YDSF

Mencetak Pemimpin Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Lalu bagaimanakah kemampuan pemimpin dilahirkan atau diciptakan. Islam tidak memberi jawaban tunggal. Pertama, pemimpin bisa dilahirkan dengan doa. Al Quran mengajarkan doa, “Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami, pasangan-pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati (qurrata a’yun), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Furqan 74).

Yang kedua adalah dengan memenuhi kriteria iman dan amal shalih. Sebab Allah berjanji akan menjadikan pemimpin bagi siapa yang beriman dan beramal shalih sebagaimana orang terdahulu (QS. An-Nur: 55). Dalam bahasa sekuler seperti ditulis dalam blog Forbes, “The single most powerful way to grow as a leader: become truly self-aware.”

Yang ketiga dengan cara-cara melalui syariat. Ternyata syariat Islam dalam bentuk mu’amalah ma’annas (sosial) maupun ma’allah (ritual), individual maupun kolektif itu sarat dengan pendidikan kepemimpinan. Secara social Rasulullah telah bersabda bahwa setiap orang adalah pemimpin. Laki-laki adalah pemimpin keluarganya; wanita adalah pemimpin rumah suaminya; seorang hamba adalah pemimpin harta benda tuannya; seorang amir adalah pemimpin rakyat. Semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.

Demikian pula jika tiga orang yang melakukan perjalanan, wajiblah memilih seorang pemimpin (HR. Ahmad & Abu Daud). Dalam shalat, perlu seorang pemimpin (imam). Berarti dalam Islam setiap terdapat sekumpulan orang diperlukan seorang pemimpin.

Jadi syariat Islam itu merupakan tempat training kepemimpnan. Jika dilaksanakan dengan baik maka masyarakat Islam akan terstruktur dengan baik di bawah komando pemimpinpemimpin dari jumlah kecil hingga bangsa. Jika pemimpinnya baik, maka rakyat akan terjaga akhlaq, kualitas kerja, loyalitas jamaah dan hal-hal positif lainnya. Sebaliknya, jika imam atau pemimpin masyarakat Islam itu memenuhi kriteria, tugas dan tanggung jawab seperti yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan sunah niscaya akan lahir pemimpin yang berkualitas.

Jadi, pemimpin dalam Islam itu bisa ditakdirkan Allah, bisa dengan kerja keras dan kesadaran individu. Tapi bisa pula dilahirkan masyarakat. Untuk yang terakhir, Nabi menegaskan, “Bagaimana (kualitas) kalian, begitulah yang akan menjadi pemimpin kalian.” (HR. al-Daylami dengan lafal kama takunu yuwalla ‘alaikum).

Artinya pemimpin itu lahir dari orang yang dipimpin atau rakyat. Secara sosiologis jika rakyat itu shalih, maka pemimpin yang akan dilahirkan akan shalih. Jika rakyat itu rusak, maka akan lahir pula pemimpin yang rusak. Hadits ini sejalan dengan firman Allah, “Dan demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” (QS. Al-An’am: 129). Dalam perspektif takdir, al-Alusi mengartikan dengan jelas, “Jika rakyat itu zalim maka Allah akan mengirim pemimpin yang zalim untuk menguasai mereka.”

 

 

Zakat di YDSF


 

Artikel Terkait

BEDA ZAKAT PENGHASILAN DAN ZAKAT MAAL | YDSF
YDSF Buat Warung Sedekah, Siapapun Bisa Mampir Makan Gratis
PERBEDAAN ZAKAT PROFESI DAN ZAKAT PERTANIAN | YDSF
Dahsyatnya Makna Kata “Insya Allah” | YDSF
BAYAR ZAKAT UNTUK ORANG YANG MENINGGAL | YDSF
Bolehkah Zakat Maal dalam Bentuk Barang? | YDSF
6 AMALAN PEMBUKA REZEKI | YDSF

 

Panen Raya Porang bersama Wakil Bupati Madiun


Tags: mencetak pemimpin islam, mencetak pemimpin sesuai islam, ydsf, pemimpin islam

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: