Memandirikan Umat dengan Wakaf | YDSF

Memandirikan Umat dengan Wakaf | YDSF

7 Maret 2022

Alhamdulillah, sejak mendapatkan izin sebagai Nazhir dari Badan Wakaf Indonesia (BWI), dengan nomor 3.3.00278 per tanggal 6 April 2021, Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) semakin yakin dan semangat dalam memperluas kebaikan untuk umat dengan wakaf.

Meski belum genap satu tahun menjalankan amanah sebagai Nazhir, YDSF berusaha optimal agar kemanfaatan pengelolaan aset dan dana wakaf dapat segera dirasakan oleh masyarakat. Wakaf diharapkan bukan hanya memberikan solusi untuk umat secara karitatif (beri-putus).

Tetapi, juga mampu memberdayakan, agar masyarakat menjadi mandiri dan maju. Untuk mewujudkannya dari beberapa program wakaf di YDSF, kami mempersembahkan program Wakaf Perahu untuk nelayan Desa Labuhan, Brondong, Lamongan dan Kompleks Wakaf YDSF di Yogyakarta.

Wakaf Perahu, Bangkitkan Ekonomi Nelayan Dhuafa

Sebagai negara maritim, banyak penduduk Indonesia, khususnya yang berada di pesisir pantai, bekerja sebagai nelayan. Sayangnya, pekerjaan nelayan di Indonesia justru merupakan salah satu pekerjaan paling miskin (Data Survey Sosio Ekonomi Nasional, 2017).

Salah satu wilayah yang 90% masyarakatnya bekerja sebagai nelayan adalah Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Mayoritas nelayan di kawasan tersebut merupakan nelayan dhuafa.

Hanya ada dua pilihan untuk dapat bertahan hidup menjadi nelayan. Pertama, ikut menjadi buruh nelayan di kapal milik tengkulak (juragan nelayan). Kedua, rela berutang untuk membeli perahu, yang tidak tahu sampai kapan dapat melunasinya.

“Mulai punya perahu itu caranya dengan berutang kepada tengkulak. Utang di tengkulak bisa Rp 30 juta bisa Rp 25 juta. Dicicil semampunya, sampai sekarang belum nyicil. Lunasnya tidak tentu,” ujar Aris, yang telah sepuluh tahun menjadi nelayan di Desa Labuhan.

Nelayan dhuafa harus membagi perolehan hasil berlayar mereka. Untuk makan, memenuhi kebutuhan, dan melunasi utang kepada tengkulak. Mayoritas susah untuk melunasinya karena harus membayarkan dana yang dipinjam dan bunga pinjamannya.

YDSF melakukan inisiasi program Wakaf Perahu untuk membangkitkan ekonomi nelayan dhuafa yang ada di Desa Labuhan. Dengan adanya Wakaf Perahu ini, bukan hanya sekadar memberikan aset wakaf berupa perahu. Tetapi, kita juga turut memberdayakan para nelayan dengan adanya pengelolaan hasil nelayan berbasis komunitas agar tidak ada lagi monopoli dan riba.

Dari hasil jual tangkapan nelayan, dana yang diterima akan dibagi menjadi tiga pos. Pertama, dana cadangan yang digunakan untuk perawatan perahu maupun biaya solar untuk keberangkatan berikutnya. Dana yang dialokasikan pada pos ini, dapat dimanfaatkan sebagai dana cadangan saat

 nelayan tidak bisa berlayar. Kedua, dana dibagikan secara merata kepada seluruh nelayan yang ikut. Ketiga, dana kembali ke nazhir dengan catatan, tidak lebih dari 10%.

Sebagai gambaran, jenis perahu yang dibuat model Lolope dengan ukuran panjang 12 meter x 3 meter. Perahu jenis ini berbahan kayu jati dan biasanya ditumpangi antara 3-4 nelayan saat melaut.

Kompleks Wakaf YDSF di Yogyakarta

Pada akhir September 2021 lalu, YDSF menerima sebidang tanah wakaf di wilayah Dusun Singlar, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Penyerahan tanah wakaf tersebut diterima langsung oleh Muhammad Jazir ASP, Pembina YDSF Yogyakarta. Dan dari tanah wakaf yang berada di lereng Gunung Merapi tersebut, Ustadz Jazir terpikir untuk membangun masjid dalam bentuk joglo. Ini dimaksudkan supaya selaras dengan situasi kultural dan alam di Merapi. Masjid tersebut, diberi nama Masjid YDSF.

BACA JUGA: APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF

Ikhtiar mewujudkan impian yang berawal niat baik tersebut, begitu dimudahkan Allah Swt. Nyatanya, tak berselang lama, Ustadz Jazir menerima wakaf berupa joglo jati yang telah berusia 125 tahun. Wakaf joglo jati tersebut berasal dari mantan Kepala Dinas PU Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan, seluruh dana yang diperlukan untuk membongkar, memindahkan, hingga memasangnya kembali, ditanggung sepenuhnya oleh muwakif .

Setelah dipindahkan dan dibangun ulang di lokasi wakaf Merapi, dilakukan penyesuaian pada bagian plafon joglo, hingga benar-benar menjadi natural seperti diharapkan. Selain itu, untuk menghadirkan nuansa klasik, pada bagian lantai masjid sengaja dipasang tegel asli yang dipesan khusus. Tegel jenis tersebut sering digunakan sejak zaman kolonial, pada abad ke-18 hingga 20. Namun, sekarang sudah jarang. Hingga artikel ini dituliskan, pembangunan masjid YDSF telah berjalan 80% dari yang diharapkan.

“Kami pun berinisiatif membuat sumur, agar tidak mengurangi jatah air masyarakat,” tutur pria yang juga Ketua Dewan Syura Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini.

Karenanya, di dalam kompleks tanah wakaf sekitar 2.800 meter persegi itu, juga telah dilengkapi sumber air, berupa sumur bor yang juga dari dana wakaf. Sebelumnya, dipilihlah suatu titik, dengan pertimbangan yang sekiranya tidak akan mengganggu efektivitas penggunaan ruang, sebagai lokasi sumur bor.

Alhamdulillah Allah memberikan karunia, kita mendapatkan air di kedalaman 78 meter. Namun, sebagai cadangan, pengeboran dilakukan hingga 89 meter,” papar alumnus Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu. Harapannya, dapat membantu memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar bila debit air mencukupi.

Pada tahapan pembangunan berikutnya, merupakan rest area, lengkap dengan pesantren dan peternakan. Mengapa rest area? Sebab, wilayah itu kerap menjadi jujugan bagi para penghobi gowes. Selain memiliki kontur jalan yang rata, gowes di area itu udaranya bersih, segar, dan sejuk khas pegunungan. Pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan keindahan alam sekitar yang terjaga. Ide pembangunan kompleks pesantren dan peternakan ini bermula dari impian untuk mempermudah distribusi hewan ternak YDSF saat qurban. Selain itu, juga untuk memberdayakan para santri agar mandiri dan memberikan nilai manfaat lebih tinggi.

Santri yang ditugaskan nantinya merupakan para hafidz Al-Qur’an yang telah lancar. Di pesantren tersebut, para hafidz tinggal memperdalam hafalan serta mendapatkan sanadnya. Karena santri yang ditugaskan bukanlah santri pemula yang baru mulai menghafal, harapannya, mereka dapat membagi waktu untuk mempelajari pengembangan hewan ternak.

Bismillah, program-program mulia dari wakaf YDSF dapat benar-benar memberikan kemanfaatan luar biasa. Para Sahabat, Anda ingin berwakaf bersama YDSF? Yuk, kita bersama-sama menjadi muwakif. Insyaa Allah, sinergi berbagai pihak dan para muwakif seperti kita mampu meningkatkan potensi kebaikan. Tentunya, tujuan kita melakukannya adalah semata karena Allah, demi kebahagiaan dan kemajuan umat Islam. Aamiin.

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Maret 2022

 

Wakaf Tunai di YDSF

(Klik dan Pilih “Wakaf Tunai”)


Artikel Terkait:
AMANAH RUMAH WAKAF DARI SEPUPU YANG MENINGGAL | YDSF
Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak | YDSF
WAKAF PRODUKTIF DI MASA PANDEMI JADI LANGKAH SOLUTIF | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF

Tags: wakaf ydsf, kompleks wakaf ydsf, wakaf falah

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: