Alhamdulillah, sejak mendapatkan izin sebagai Nazhir dari
Badan Wakaf Indonesia (BWI), dengan nomor 3.3.00278 per tanggal 6 April 2021,
Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) semakin yakin dan semangat dalam memperluas
kebaikan untuk umat dengan wakaf.
Meski belum genap satu tahun menjalankan amanah sebagai
Nazhir, YDSF berusaha optimal agar kemanfaatan pengelolaan aset dan dana wakaf
dapat segera dirasakan oleh masyarakat. Wakaf diharapkan bukan hanya memberikan
solusi untuk umat secara karitatif (beri-putus).
Tetapi, juga mampu memberdayakan, agar masyarakat menjadi
mandiri dan maju. Untuk mewujudkannya dari beberapa program wakaf di YDSF, kami
mempersembahkan program Wakaf Perahu untuk nelayan Desa Labuhan, Brondong, Lamongan
dan Kompleks Wakaf YDSF di Yogyakarta.
Wakaf Perahu, Bangkitkan Ekonomi Nelayan Dhuafa
Sebagai negara maritim, banyak penduduk Indonesia, khususnya
yang berada di pesisir pantai, bekerja sebagai nelayan. Sayangnya, pekerjaan
nelayan di Indonesia justru merupakan salah satu pekerjaan paling miskin (Data
Survey Sosio Ekonomi Nasional, 2017).
Salah satu wilayah yang 90% masyarakatnya bekerja sebagai
nelayan adalah Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Mayoritas nelayan di kawasan tersebut merupakan nelayan dhuafa.
Hanya ada dua pilihan untuk dapat bertahan hidup menjadi
nelayan. Pertama, ikut menjadi buruh nelayan di kapal milik tengkulak (juragan
nelayan). Kedua, rela berutang untuk membeli perahu, yang tidak tahu sampai
kapan dapat melunasinya.
“Mulai punya perahu itu caranya dengan berutang kepada
tengkulak. Utang di tengkulak bisa Rp 30 juta bisa Rp 25 juta. Dicicil
semampunya, sampai sekarang belum nyicil. Lunasnya tidak tentu,” ujar Aris,
yang telah sepuluh tahun menjadi nelayan di Desa Labuhan.
Nelayan dhuafa harus membagi perolehan hasil berlayar
mereka. Untuk makan, memenuhi kebutuhan, dan melunasi utang kepada tengkulak.
Mayoritas susah untuk melunasinya karena harus membayarkan dana yang dipinjam
dan bunga pinjamannya.
YDSF melakukan inisiasi program Wakaf Perahu untuk
membangkitkan ekonomi nelayan dhuafa yang ada di Desa Labuhan. Dengan adanya
Wakaf Perahu ini, bukan hanya sekadar memberikan aset wakaf berupa perahu.
Tetapi, kita juga turut memberdayakan para nelayan dengan adanya pengelolaan
hasil nelayan berbasis komunitas agar tidak ada lagi monopoli dan riba.
Dari hasil jual tangkapan nelayan, dana yang diterima akan
dibagi menjadi tiga pos. Pertama, dana cadangan yang digunakan untuk perawatan
perahu maupun biaya solar untuk keberangkatan berikutnya. Dana yang dialokasikan
pada pos ini, dapat dimanfaatkan sebagai dana cadangan saat
nelayan tidak bisa
berlayar. Kedua, dana dibagikan secara merata kepada seluruh nelayan yang ikut.
Ketiga, dana kembali ke nazhir dengan catatan, tidak lebih dari 10%.
Sebagai gambaran, jenis perahu yang dibuat model Lolope
dengan ukuran panjang 12 meter x 3 meter. Perahu jenis ini berbahan kayu jati
dan biasanya ditumpangi antara 3-4 nelayan saat melaut.
Kompleks Wakaf YDSF di Yogyakarta
Pada akhir September 2021 lalu, YDSF menerima sebidang tanah
wakaf di wilayah Dusun Singlar, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Penyerahan tanah wakaf tersebut diterima langsung oleh Muhammad Jazir ASP, Pembina
YDSF Yogyakarta. Dan dari tanah wakaf yang berada di lereng Gunung Merapi
tersebut, Ustadz Jazir terpikir untuk membangun masjid dalam bentuk joglo. Ini dimaksudkan
supaya selaras dengan situasi kultural dan alam di Merapi. Masjid tersebut, diberi
nama Masjid YDSF.
BACA JUGA: APA ITU WAKAF? PENGERTIAN, DALIL, DAN HUKUM WAKAF | YDSF
Ikhtiar mewujudkan impian yang berawal niat baik tersebut,
begitu dimudahkan Allah Swt. Nyatanya, tak berselang lama, Ustadz Jazir
menerima wakaf berupa joglo jati yang telah berusia 125 tahun. Wakaf joglo jati
tersebut berasal dari mantan Kepala Dinas PU Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bahkan, seluruh dana yang diperlukan untuk membongkar, memindahkan, hingga
memasangnya kembali, ditanggung sepenuhnya oleh muwakif .
Setelah dipindahkan dan dibangun ulang di lokasi wakaf
Merapi, dilakukan penyesuaian pada bagian plafon joglo, hingga benar-benar
menjadi natural seperti diharapkan. Selain itu, untuk menghadirkan nuansa klasik,
pada bagian lantai masjid sengaja dipasang tegel asli yang dipesan khusus.
Tegel jenis tersebut sering digunakan sejak zaman kolonial, pada abad ke-18 hingga
20. Namun, sekarang sudah jarang. Hingga artikel ini dituliskan, pembangunan masjid
YDSF telah berjalan 80% dari yang diharapkan.
“Kami pun berinisiatif membuat sumur, agar tidak mengurangi
jatah air masyarakat,” tutur pria yang juga Ketua Dewan Syura Takmir Masjid
Jogokariyan Yogyakarta ini.
Karenanya, di dalam kompleks tanah wakaf sekitar 2.800 meter
persegi itu, juga telah dilengkapi sumber air, berupa sumur bor yang juga dari
dana wakaf. Sebelumnya, dipilihlah suatu titik, dengan pertimbangan yang sekiranya
tidak akan mengganggu efektivitas penggunaan ruang, sebagai lokasi sumur bor.
“Alhamdulillah
Allah memberikan karunia, kita mendapatkan air di kedalaman 78 meter. Namun,
sebagai cadangan, pengeboran dilakukan hingga 89 meter,” papar alumnus Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
(UII) Yogyakarta itu. Harapannya, dapat membantu memenuhi kebutuhan air
masyarakat sekitar bila debit air mencukupi.
Pada tahapan pembangunan berikutnya, merupakan rest area, lengkap dengan pesantren dan
peternakan. Mengapa rest area? Sebab, wilayah itu kerap menjadi jujugan bagi
para penghobi gowes. Selain memiliki kontur jalan yang rata, gowes di area itu
udaranya bersih, segar, dan sejuk khas pegunungan. Pengunjung juga dimanjakan
dengan pemandangan keindahan alam sekitar yang terjaga. Ide pembangunan
kompleks pesantren dan peternakan ini bermula dari impian untuk mempermudah
distribusi hewan ternak YDSF saat qurban. Selain itu, juga untuk memberdayakan
para santri agar mandiri dan memberikan nilai manfaat lebih tinggi.
Santri yang ditugaskan nantinya merupakan para hafidz
Al-Qur’an yang telah lancar. Di pesantren tersebut, para hafidz tinggal
memperdalam hafalan serta mendapatkan sanadnya. Karena santri yang ditugaskan
bukanlah santri pemula yang baru mulai menghafal, harapannya, mereka dapat
membagi waktu untuk mempelajari pengembangan hewan ternak.
Bismillah,
program-program mulia dari wakaf YDSF dapat benar-benar memberikan kemanfaatan
luar biasa. Para Sahabat, Anda ingin berwakaf bersama YDSF? Yuk, kita bersama-sama
menjadi muwakif. Insyaa Allah, sinergi
berbagai pihak dan para muwakif seperti kita mampu meningkatkan potensi kebaikan.
Tentunya, tujuan kita melakukannya adalah semata karena Allah, demi kebahagiaan
dan kemajuan umat Islam. Aamiin.
Sumber Majalah Al
Falah Edisi Maret 2022
Wakaf Tunai di YDSF
(Klik dan Pilih “Wakaf Tunai”)
Artikel Terkait:
AMANAH RUMAH WAKAF DARI SEPUPU YANG MENINGGAL | YDSF
Zakat Pengurang Penghasilan Kena Pajak | YDSF
WAKAF PRODUKTIF DI MASA PANDEMI JADI LANGKAH SOLUTIF | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF