Sebuah cerita menggelitik disampaikan seorang pembicara di sebuah forum pelatihan jurnalistik. Di Surabaya, ia dikenal sebagai jurnalis kawakan dari sebuah media massa yang menggurita di negeri ini. Cerita disampaikan di sela-sela pelatihan.
Alkisah, di suatu pagi anaknya menjumpai dirinya santai di depan TV. Lengkap dengan kopi dan kudapan pagi. “Apa ayah tidak bekerja?” Ayah menjawab sedang libur kerja. Sontak sang anak berteriak kegirangan, “Asyik...!” Masya Allah, hati ayah melambung ke awan melihat respon sang buah hati. Bahagia. Ia amat disayang anaknya. Buktinya, sang anak bahagia ayahnya libur, menghabiskan waktu bersamanya.
Namun rasa itu segera lenyap kala sang anak melanjutkan ucapannya, “Berarti aku bisa pinjam hape ayah!”
“Waduh, rasanya seperti dihempaskan ke bumi mendengar ucapan itu,” keluhnya. “Ternyata anak saya senang karena bisa menggunakan hape saya, bukan senang bisa menghabiskan waktu bersama saya.” Senyum kecut pun mengakhiri cerita beraroma curhat itu.
Kisah itu mengundang perenungan mendalam. Suatu kejadian bisa hilang berlalu dan terlupakan tanpa hikmah. Namun bisa juga menghadirkan emas bagi orang yang mau merenungi hikmahnya.
Dalam kesempatan berbeda, seorang sahabat mengeluhkan sulitnya mengajak anaknya menghabiskan waktu bersama keluarga. Bahkan diajak berwisata pun sulit. Usut punya usut, ternyata semua berpangkal pada hobinya menonton TV dan main hape.
“Mau sih, kadang-kadang diajak keluar. Tapi sepanjang Waktu untuk Anakku perjalanan tangan dan matanya sibuk bermain hape,” tukasnya.
Ada hubungan kasih sayang yang tak tersampaikan. Sang ayah berharap kehadirannya bernilai penting bagi anak. Namun ternyata anaknya memiliki ketertarikan yang lain. Kehadiran ayah dikalahkan hape dan televisi.
Kemajuan teknologi ternyata juga menghadirkan masalah dalam hubungan antaranggota keluarga. Interaksi antaranggota keluarga seringkali terhambat oleh gawai dan semacamnya. Inilah fenomena yang menjamur.
Sudah sering disampaikan oleh pakar tentang pentingnya interaksi positif antaranggota keluarga. Antara ayah, ibu, dan anak. Interaksi yang didasarkan pada norma-norma moral agama yang terbalut dalam hak dan kewajiban. Dan dapat dipastikan, tidak dapat berjalan bila tak ada waktu yang dapat mereka habiskan bersama-sama. Ya, perlu waktu khusus untuk kumpul-kumpul bersama.
Bila kita melihat teladan, tentu mau tidak mau kita akan menengok Rasulullah saw. Beliau adalah orang super sibuk. Kewajibannya menata sebuah peradaban baru yang didasarkan kepada wahyu Ilahi mengharuskan beliau untuk banyak beraktivitas. Namun ternyata, beliau pun menyempatkan waktu untuk bermain bersama cucunya. Suatu ketika Hasan dan Husein menunggangi punggung Rasulullah yang merangkak seperti kuda.
Masya Allah, pernahkah kita membayangkan manusia semula Rasulullah pun membiarkan cucunya naik punggungnya, laiknya menaiki kuda? Sungguh ini menunjukkan kedekatan dan cinta kasih yang kuat. Seorang sahabat yang melihat peristiwa itu berujar kepada Hasan dan Husein, “Hai bocah, betapa bagusnya kendaraan yang kalian naiki.” Rasulullah pun segera menukas, “Betapa bagusnya pengendara ini.”
Meskipun amat menyayangi anak cucunya, bukan berarti Rasulullah membabi buta dalam mencurahkan kasih sayangnya. Beliau berlaku tegas bila berkaitan dengan syariat. Misalnya ketika cucu beliau, Hasan mengulurkan tangannya untuk meraih kurma berasal dari sedekah. Rasulullah buru-buru melepaskan kurma tersebut seraya berkata, “Tidakkah kau tahu bahwa sedekah tidak halal bagi keluarga Muhammad?”
Jika Rasulullah saja masih mampu meluangkan waktu untuk anak cucunya, tentu kita pun dapat melakukannya. Mari kita sediakan waktu untuk anakanak kita. Dan biarlah terukir di dalam sanubari mereka wajah-wajah kita yang menyayangi mereka sepenuh hati.
Sumber: Majalah Al Falah Edisi Oktober 2018
Baca juga:
Mengasuh Anak Generasi Milenial | YDSF
JANGAN TERBIASA BERBOHONG PADA ANAK | YDSF
Parenting Islami: Cara Mendidik Anak Agar Bahagia | YDSF
INILAH KUNCI SUKSES BUNDA YATIM MENDIDIK ANAK | YDSF
Inilah 4 Cara Mendidik Anak Menjadi Pahlawan Secara Islami | YSDF
Mengenal Generasi Millenial | YDSF
TIPS MENUMBUHKAN TANGGUNG JAWAB ANAK | YDSF