Namanya Desta. Desta Dermasistamto lengkapnya. Pemuda berperawakan gagah ini merupakan salah satu penerima manfaat beasiswa Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF).
Berlatar belakang keluarga kurang mampu, seorang koordinator YDSF menawarinya beasiswa. Ayahnya seorang sopir bus Damri, kala itu.
Setelah berdiskusi dengan orangtuanya dan mendapat persetujuan, Desta resmi menjadi penerima beasiswa PenaBangsa. saat itu pemuda berkulit sawo matang ini masih duduk di bangku SMA.
Selain masalah ekonomi keluarga, komitmen juga dibutuhkan. Komitmen untuk mau mengikuti pembinaan selama menjadi penerima beasiswa. Karena mereka tidak hanya mendapatkan bantuan pendidikan secara materi.
Pembinaan yang didapat oleh para pembina beasiswa Penerima Beasiswa PenaBangsa YDSF adalah kajian-kajian seputar ilmu agama Islam, serta bimbingan membaca Alquran. Inilah sebenarnya salah satu benefit menjadi penerima beasiswa pendidikan, PenaBangsaYDSF.
Pembinaan yang dilakukan oleh YDSF ini juga bertujuan membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Bukan sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi. YDSF juga selalu mengikuti perkembangan karakter para penerimanya.
Hampir dua tahun Desta menerima beasiswa PenaBangsa YDSF. Hingga di tengah perjalanan kelas XI SMA, ayahnya berpulang ke rahmatullah karena sakit.
Koordinator YDSF pun langsung bergerak cepat. Demi menyelamatkan pendidikan Desta, Bu Binti, selaku Koordinator Yatim YDSF, membantunya mengurus perpindahan beasiswa. Yang semula beasiswa PenaBangsa, menjadi beasiswa Yatim.
Tinggal di kawasan Gubeng Jaya, tak jauh dari tempat Bu Binti, membuat informasi tentang Desta mudah didapatkan. Alhamdulillah, semenjak kepergian ayahnya, pemuda ini pun mulai merenungi hidupnya.
Di usia yang sudah menginjak remaja saat itu, ia merasa rendah diri karena belum bisa menjadi anak yang benar-benar taat pada agama sementara ayahnya telah tiada. Shalat masih sering tertinggal karena urusan dunia. Bacaan Quran masih sering tersendat. Meski dia rutin mengikuti kajian YDSF di hari Ahad, Desta masih merasa kurang. Resahnya itu tak jarang mengundang derai air mata.
Ditinggal ayah danmemiliki ibu seorang mualaf, seringkali membuatnya bingung ingin berguru ke siapa. Anak terakhir dari lima bersaudara ini pun mencari informasi tempat mengaji. Beruntung, teman sekolah Desta juga merupakan seorang anak TPQ (Taman Pendidikan Alquran). Dari temannya inilah Desta dapat mengikuti kelas mengaji. Letaknya di kawasan Manyar.
Tak hanya belajar bagaimana membaca Quran yang baik dan benar, di sana ia juga belajar tentang fiqh, sirah, serta ilmu agama Islam lainnya. Di pagi hari, dia menuntut ilmu di sekolah. Sedang malamnya, ia gunakan untuk menuntut ilmu agama di TPQ.
Menjadi anak yatim tak membuatnya patah semangat. Justru Desta berjuang mengubah pribadinya agar lebih baik dari hari ke hari. Masa sekolah pun ia lewati dengan berbagai macam warna. Hingga akhirnya, kelulusan pun tiba. Desta diterima di Universitas Surabaya (UNESA) jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Menjadi hal yang membanggakan tentunya. Melihat karakter dan prestasi pemuda yang juga pernah menjadi Ketua Himpunan di jurusannya ini, Bu Binti merekrutnya menjadi mentor yatim. Tugasnya mengisi dan memberikan pendampingan selama masa pembinaan beasiswa.
Sampai saat ini pun Desta masih menjadi mentor yatim YDSF. Ia diberi amanah untuk membimbing para siswa SMP dan SMA beasiswa yatim YDSF. Materi yang ia sampaikan pun beragam. Desta mulai belajar bagaimana melakukan pendekatan pada anak, bagaimana memberikan materi yang sesuai dengan usia anak, dan hal-hal lainnya yang ternyata penting.
Amanah membentuk karakter para penerima beasiswa yatim YDSF ini juga membuat Desta belajar banyak tentang arti hidup. Setelah pernah menjadi penerima beasiswa, amanah baru ia dapatkan. Menjadi mentor, bukan hanya status baginya. Tetapi juga menjadi salah satu titik dalam hidup yang memotivasinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan lagi.
Fase-fase kritisnya di saat SMA bisa ia lewati. Pembinaan dan motivasi dari diri sendiri menurutnya menjadi kunci utama dalam menghadapi hidup. Akhirat selalu menjadi tujuan akhir baginya.
“Jangan sia-siakan masa mudamu, agar tidak menyesal di masa tua,” pesan Desta.
Naskah: ayusm
Sumber: Majalah YDSF Edisi Maret 2019
Pembaca dermawan, yuk ikut berdonasi bersama kami dalam program “Beasiswa Peduli Yatim”. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini!. Jazakallahu khairan.
Baca Juga:
Beasiswa Yatim YDSF Semarakkan Tahun Baru Hijrah di Bawean
YDSF Salurkan Beasiswa Yatim Senilai 300 Juta
Contoh Sedekah Jariyah di YDSF