Suasana lebaran masih terasa meski telah seminggu lebih kita lalui. Karena kita masih ada di hari-hari bulan Syawal. Belum lagi, tepat delapan hari usai Idul Fitri, masyarakat Indonesia, khususnya masyarkat Jawa, juga merayakan lebaran ketupat. Meski tak dapat melaksanakan silaturahim secara fisik karena adanya pandemi, kita masih bisa menyambung silaturahim dengan berbagai fasilitas daring yang telah canggih di era ini.
Sayangnya, mungkin tak sedikit pula dari kita yang merasa jengah dengan sikap beberapa anak yang suka terkesan ‘meminta-minta’ saat lebaran tiba. Memang, berbagi itu indah. Namun, kesan memaksa dalam meminta uang jajan yang ada pada karakter anak bisa saja muncul terlebih pada momen lebaran. Padahal, setiap dari kita yang bernyawa ini sejatinya merdeka dan telah dicukupkan oleh Allah.
Pernah tidak, saat kecil kita mendengar, melihat, atau bahkan mengalami sendiri beberapa orang tua sering berucap, “Ayo salim sana sama Om, nanti ga dikasih sangu lho!”; atau seperti ini, “Yang sopan sama Tante, nanti ga dikasih uang hari raya”; bahkan seperti ini “Ayo ke rumah Om (itu), biar nanti dikasih kado lebaran.”
Dalih mengajarkan untuk bersilaturahim justru secara tidak langsung menanamkan karakter pada anak sebagai peminta. Bahkan tidak jarang yang beranggapan bahwa kalau bertemu dengan si Tante atau Om yang dimaksudkan pasti akan diberi uang jajan. Astaghfirullah.
Mental Pengemis Sama Seperti Memakan Bara Api
Perlu kita ketahui dan pelajari kembali bahwa Rasulullah saw. melarang dengan tegas bagi siapa saja yang senang meminta-minta padahal mereka berkecukupan.
Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ سَأَلَ مِنْ غَيْرِ فَقْرٍ فَكَأَنَّمَا يَأْكُلُ الْجَمْ
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api.” (HR. Ahmad)
Bahkan, Rasulullah saw. juga telah mengingatkan kepada umat muslim tentang bahaya hobi meminta-minta sebagaimana beliau bersabda,
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Didik Anak dengan Menanamkan Manfaat Lebih Silaturahim
Hal ini menjadi penting untuk ditanamkan kepada anak-anak. Bahwa silaturahim, bertemu dengan keluarga dan kerabat, bukan hanya sekadar supaya dapat uang jajan lebih. Kita bisa mendidik anak dengan menanamkan hal lain. Seperti menjelaskan bahwa silaturahim (bertemu dengan keluarga untuk bahasa lebih ringan kepada anak) dapat membuat kita dicintai oleh Allah. Atau seperti menerangkan dengan sederhana bahwa bertemu dengan kerabat dekat dapat memperpanjang umur kita.
Menjadi penting bagi anak untuk mengetahui sejak dini mengapa dan apa keutamaan mereka harus mulai menjaga tali silaturahim. Iming-iming hadiah atau uang jajan tambahan memang akan memberikan efek semangat di awal. Namun, tidak sedikit pula jumlah anak-anak yang cenderung akhirnya memiliki karakter meminta-minta. Seolah, tak dicukupi kebutuhannya oleh orang tua mereka. Sedihnya, bagi yang diminta pun terkadang sungkan untuk menolak. Apalagi, jika orang tua dari anak tersebut memiliki jasa dan berperan penting dalam bagian hidup kita.
Oleh karena itu, kita sebagai para calon orang tua dan orang tua, mulai biasakan diri untuk tidak mendidik anak bermental pengemis terutama saat lebaran, yaa! (asm)
Featured Image by Freepik.
Baca juga:
Qadha Puasa Ramadhan vs. Puasa Syawal
KEUTAMAAN BULAN SYAWAL | YDSF
MERAIH KEBERHASILAN PUASA | YDSF
BONUS GAJI ATAU THR MASUK HITUNGAN ZAKAT PENGHASILAN | YDSF
Mengeluarkan Sedekah Dari Bunga Bank | YDSF
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM | YDSF