Dalam terminologi sufi, sikap sabar itu ada tiga macam.
Pertama, sabar dalam menerima musibah. Kedua, sabar dalam menerima kenikmatan.
Dan ketiga, sabar dalam ketaatan.
Untuk sabar dalam menerima musibah apapun, dianggap
peringkat yang paling ringan. Walaupun terkena Covid, seorang mukmin menyadari
bahwa wabah yang lebih parah dari itu telah menimpa para Nabi dan Rasul. Dengan
demikian ia menyadari ujian yang diberikan kepadanya tidak seberapa berat
dibanding ujian yang ditimpakan kepada para Nabi dan Rasul. Akhirnya ia tetap
sabar dan tawakal dalam menghadapi musibah tersebut. Bahkan ujian seperti
itulah yang diyakini dapat menghapus dosa-dosa dan lebih dapat mendekatkan diri
kepada Allah Swt.
Itulah trah manusia. Saat dia terhimpit, biasanya segera
kontak kepada Sang Khaliq, beristighfar dan memohon kesembuhan kepada-Nya. Maka
tidak salah jika ada nasihat, semoga musibah ini berdampak rahmat.
Ungkapan “hampir-hampir kefakiran mendekatkan manusia pada
kekufuran” bukanlah hadits Nabi, atau lazim diistilahkan hadits maudhu’
(palsu). Semestinya dengan kondisi fakir seseorang akan lebih dekat dengan
Tuhan. Dalam hadits shahih disebutkan, kepada Nabi saw. ditampakkan surga,
ternyata kebanyakanpenghuninya adalah dari golongan orang[1]orang fakir. Dalam
hadits lain, orang-orang fakir mendahului orang-orang kaya dalam memasuki
surga.
Untuk sabar dalam menerima kenikmatan dinilai lebih berat
daripada sabar dalam menghadapi musibah. Karena ada kecenderungan manusia jika
telah merasa cukup bahkan lebih, dia menjadi congkak. Perhatikan kisah Fir’aun,
Namrut dan lainnya, mereka justru menjadi thagut yang ingkar kepada Allah Swt.
Faktanya, hanya segelintir orang yang diberi kenikmatan, namun dengan
kenikmatan itu justru dapat meningkatkan ketaatannya kepada Allah Swt.
Ilustrasinya, ketika seseorang diberi berbagai kenikmatan dunia, dia jarang mengingat Allah. Namun ketika ia berhasil diselamatkan dari kecelaan tragis dalam mobilnya, saat mulai sadarkan diri di Instalasi Gawat Darurat, sikapnya berubah total. Lisannya selalu terbasahi dengan kalimah thayibah, tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah. Bukankah ini pembenar nasihat tesebut. Kini musibah justru mendatangkan rahmat, insyaa Allah.
Baca juga: TANDA-TANDA ALLAH MEMBERI HIDAYAH | YDSF
Kesabaran ketiga, adalah sabar dalam ketaatan. Jenis
kesabaran inilah yang dinilai paling berat, baik bagi orang kaya maupun miskin.
Tidak henti-hentinya setan membisiki telinga kita untuk menghentikan kebaikan[1]kebaikan yang sudah
pernah kita jalani. Misalnya selama bulan Ramadhan kita mampu menjalani
berbagai ketaatan. Kita semua mengeluarkan zakat trah. Bahkan sampai orang
miskin (jika ada kelebihan) merasa berdosa jika tidak mengeluarkan zakat. Ketaatan
ini bukan hanya berfungsi untuk penyucian kita, melainkan juga mendidik kita
agar memiliki kepedulian sosial, khususnya terhadap mereka yang masih
membutuhkan.
Semuanya menyadari bahwa dalam harta kita ada sedikit ujian
(titipan Allah) yang sebenarnya itu bukan milik kita, melainkan milik Allah yang
semestinya didistribusikan kepada yang berhak menerimanya. Namun dengan berlalunya
bulan, semangat peduli tengok tetangga barangsur-angsur surut, bahkan sampai
tidak teramalkan. Setan selalu membius manusia: bukankah semua harta itu hasil
jerih payahmu? Kenapa Anda sedekahkan? Dan kini kita kembali pelit alias medit
dan lupa bahwa rizki itu adalah fadhilah (keutamaan) dari Allah. Bukanlah semata-mata
hasil jerih payah kita.
Namun ada kabar yang menggembirakan, bagi seseorang yang
tetap istiqamah dalam kebajikan, bahkan menginginkan kebajikan itu terus bertambah
dan kontinyu. Abdullah bin Amr misalnya, yang biasanya sudah istiqamah
menghatamkan Al-Qur’an dalam setiap bulannya, lalu istiqamah untuk menghatamkannya
dalam setiap minggunya. Namun ketika ingin menghatamkan dalam setiap harinya,
maka Rasulullah saw. melarangnya, dan membatasinya agar tidak kurang dalam tiga
hari. Itulah asbab wurud nasihat Nabi, Allah Swt. tidak akan bosan bosannya
terus mengganjar pahala buat Anda, sampai Anda sendiri yang bosan istiqamah
dalam menjalani kebajikan.
Akhirnya kita dapati tip dari Nabi saw. agar kita dapat
istiqamah dalam menjalani ketaatan. Sabdanya, sebaik-baik amal adalah yang terus
istiqamah walaupun amalan yang sedikit. Bersyukurlah di antara kita yang infaknya
banyak dan tetap istiqamah. Semoga infak ini merupakan wujud mensyukuri anugrah
Ilahi, sehingga rezeki kita akan terus ditambah oleh Allah Swt.
Sumber Majalah Al
Falah Edisi April 2021
Featured Image by Pexels.
Tunaikan Zakat Maal:
Artikel Terkait:
Tata Cara Shalat Tarawih dan Witir | YDSF
PERBANYAK SEDEKAH SAAT RAMADHAN | YDSF
Batas Penghasilan Wajib Zakat | YDSF
APA SAJA YANG HARUS DISIAPKAN SEBELUM MENUNAIKAN WAKAF? | YDSF
Siapa yang Harus Membayar Fidyah Istri? | YDSF
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF