Tidak banyak memang, yang mengenal bahkan melakukan puasa weton. Biasanya, hanya dilakukan oleh orang dengan tradisi Jawa yang cukup kental. Dalam Islam terdapat beberapa puasa sunnah di luar Ramadhan yang dianjurkan bahkan juga dicontohkan oleh Rasulullah saw. untuk umat muslim. Sayangnya, juga ada puasa-puasa yang dianggap juga sebagai kebiasaan baik yang justru dilakukan di luar kebiasaan dan anjuran Rasulullah. Contohnya, puasa weton.
Puasa weton dilakukan pada setiap hari weton sesuai dengan kelahiran seseorang. Weton dalam bahasa Jawa, diartikan sebagai hari pasaran di mana seseorang dilahirkan. Bahkan, dari weton inilah juga muncul berbagai ramalan seperti jodoh, pekerjaan, bahkan kehidupan seseorang di masa mendatang. Walhasil, karena dianggap penting, dilakukanlah puasa weton.
Puasa Sunnah dalam Islam
Memperbanyak puasa sunnah di luar Ramadhan memang sangat dianjurkan bagi umat muslim. Dengan catatan, tidak melakukannya di hari-hari tasyrik atau untuk keperluan-keperluan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Rasulullah saw. bersabda,
لا يَصُوْمُ عَبْدٌ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ الله. إلا بَاعَدَ اللهُ، بِذَلِكَ اليَوْمِ، وَجْهَهُ عَنِ النَارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً
“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka (dengan puasa itu) sejauh 70 tahun jarak perjalanan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadits tersebut, maka, jelas bahwa puasa sunnah merupakan amalan yang memiliki banyak keutamaan. Tapi, perlu dicatat bahwa setiap amalan puasa yang hendak dilakukan harus sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan yang pernah atau dihaditskan oleh Rasulullah saw.
Sayangnya, untuk menghindari kesialan dan hal-hal yang dianggap pamali, justru banyak amalan yang diturunkan dari tradisi nenek moyang yang bahkan tidak diajarkan dalam Islam. Puasa weton menjadi salah satu alternatisnya.
Baca juga: MERAIH KEBERHASILAN PUASA | YDSF
Berbicara terkait puasa sunnah dalam Islam, sejatinya puasa weton tidak pernah ada dalam agama. Hal ini dikarenakan dalam Islam tidak ada hukum mempercayai hal-hal seperti weton, serta Rasulullah saw. tidak pernah mengajarkan puasa jenis ini kepada umatnya. Baik dalam puasa sunnah maupun wajib, puasa weton tidak pernah diajarkan di Islam.
Hukum Puasa Weton
Ustadz Zainuddin (Dewan Syariah YDSF) mengatakan bahwa tidak ada tuntunan yang shahih dalam masalah puasa weton. Adapun penggunaan hadits bahwa Rasulullah saw. berpuasa hari Senin dan Kamis kemudian dijadikan landasan untuk puasa weton, jelas itu keliru, bukan pada tempatnya. Karena Rasulullah saw. tidak tahu hari apa diwafatkan oleh Allah Swt.
Meski memang, dalam hadits tentang puasa Senin-Kamis, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa hari Senin merupakan hari kelahiran beliau. Tapi, jelas ini menjadi salah kaprah. Karena sejatinya, di hari Senin itu pula, amalan-amalan kita dihadapkan (atau mudahnya diaudit).
Sering beredar tentang mubaligh yang ‘memperalat’ dalil untuk menjustifikasi kultur yang berkembang di Indonesia. Padahal kita telah diingatkan oleh Rasulullah saw. bahwa amalan yang tidak sesuai dengan tuntunan (baca: tidak sesuai dengan standarisasi agama), pasti ditolak oleh Allah Swt.
Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Itulah sebabnya Rasulullah saw. telah mengingatkan umat: Betapa banyak mereka yang berpuasa, tidak makan dan tidak minum, namun ia tidak mendapatkan ganjaran kecuali lapar dan haus. Bukan Allah pelit untuk mengganjarnya, akan tetapi hal itu disebabkan amalan tersebut tidak sesuai dengan standarnya. Sehingga hukum puasa weton dalam Islam itu sebaiknya tidak dilakukan, karena tidak ada dalam tuntunan Islam. Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq.
Disadur oleh: Ayu SM
Sumber: Majalah Al Falah Edisi Oktober 2017
Baca juga:
NIAT MELAKUKAN QADHA PUASA PENGGANTI RAMADHAN | YDSF
Memahami Kembali Keutamaan & Manfaat Sedekah
HADITS TENTANG PUASA DAPAT MEMBUAT SEHAT | YDSF
Syarat Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF