Belakangan sedang
ramai dibicarakan istilah hoarding disroder setelah viralnya sebuah
video sebuah kamar kos milik seorang wanita penuh dengan sampah, barang berguna
dan tidak pun bercampur. Ketika mencapai tahap keparahan tertentu, penyakit
yang termasuk kategori menyerang mentak ini dapat berdampak buruk dalam
kehidupan si pengidap bahkan sekitarnya pula.
Video tersebut
pertama kali diunggah melalui platform TikTok tersebut berhasil ditonton hingga
lebih dari 27 juta kali. Parahnya, ruangan yang berukuran sekitar 4x4 meter
persegi tersebut juga digenangi oleh air yang kemudian meluber hingga di
koridor kos.
Mirisnya, setelah
video tersebut diunggah justru juga menimbulkan banyak komentar yang pernah
mengalami langsung baik kerabat, teman, atau orang lain yang mereka kenal
mengalami hal serupa. Dari sekian banyak warganet yang berkomentar, barulah
kemudian istilah hoarding disorder menjadi viral bahkan sempat sehari
masuk dalam daftar Google Trending.
Apakah hoarding disorder
itu?
Secara bahasa, hoarding
memiliki kata dasar hoard, yang bila diartikan secara ringkas dalam
bahasa Indonesia yaitu kumpulan barang atau uang yang ditimbun. Sehingga, hoarding
disorder diartikan sebagai sebuah penyakit dari kebiasaan atau perilaku
yang suka menimbun barang dalam jangka waktu lama dengan alasan akan berguna di
suatu hari atau merasa aman dengan jumlah dan berada di dekat barang-barang
tersebut.
Dalam sebuah
penyakit tentu ada pengelompokkan tahapan tingkat keparahannya, begitu pun
dengan hoarding disorder ini. Seseorang dapat dikatakan terlihat
menjurus ke penyakit mental ini saat mulai sulit meembuang barang-barang yang
tidak diperlukan. Barulah meningkat ke gejala lain hingga melarang orang lain
membersihkan barang-barang tersebut bahkan menjauh dari orang-orang
terdekatnya. Dalam beberapa penelitian, disebutkan bahwa hoarding disorder
dapat mulai terlihat dari usia 11-15 tahun.
Baca juga: Mengingatkan Teman Penyuka Sesama Jenis | YDSF
Tentu, sebuah
perilaku yang tidak wajar ini bukan tanpa sebab. Ada berbagai faktor yang dapat
mendorong seseorang memiliki kebiasaan buruk ini. Dalam artikel ini kami
rangkum menjadi tiga faktor yang mendorong seseorang menjadi hoarding
disorder, yaitu:
1. Mengalami Trauma atau Stres
Orang yang pernah
mengalami suatu kejadian yang cukup mengganggu kondisi mentalnya, berarti telah
memiliki trauma. Pada tingkatan tertentu, trauma dapat membuat seseorang
menjadi memiliki kebiasaan buruk yang justru mengarah pada penyakit mental
tertentu.
Beberapa trauma
yang memicu seseorang menjadi memiliki penyakit hoarding disorder di
antaranya: kehilangan orang yang dicintai, pernah memiliki ekonomi yang sulit
sehingga sebelumnya tidak dapat memiliki barang-barang yang diinginkan,
mengalami bencana yang membuatnya kehilangan harta serta barang-barang yang
dimiliki.
2. Kebiasaan Keluarga
Kebiasaan atau
karakter seseorang juga akan dipengaruhi oleh bagaimana pola pendidikan dalam
keluarganya yang diberikan. Termasuk soal hoarding disorder. Orang-orang
tertentu yang dibesarkan dalam lingkungan yang memang hobi mengumpulkan dan
menimbun barang, maka secara tidak langsung dirinya juga akan terpengaruh. Dan,
mengikuti kebiasaan tersebut.
Sehingga, ada
pula beberapa literasi yang mengatakan bahwa hoarding disorder ini juga
dipengaruhi oleh karakter “turunan”.
3. Hobi Belanja secara Impulsif
Belanja secara
berlebihan sering terjadi ketika seseorang lebih mementingkan keinginan
daripada kebutuhan. Sehingga muncul aktivitas belanja secara impulsif.
Seseorang yang hobi belanja berlebihan, biasanya juga akan senang menimbun
barang-barang yang sebenarnya tidak ada manfaat bagi kehidupannya bahkan dalam
waktu dekat. Yang akhirnya berujung pada perilaku hoarding disorder.
Begitulah hoarding
disorder secara singkat. Bila diperhatikan, sebenarnya lebih banyak
mendatangkan mudharat daripada manfaat. Mungkin bagi si pelaku tidak
merasakannya, tetapi bagi orang sekitar akan sangat terganggu.
Ketika diri sudah
mulai bertindak secara berlebihan, baik dalam belanja hingga memiliki
barang-barang, ingatlah bahwa dalam dalil (baik Al-Qru’an dan hadits)
menyebutkan bahwa Allah Swt. tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (berbagai
sumber)
Sedekah Penolak Musibah
UU JAMINAN PRODUK HALAL BELUM OPTIMAL | YDSF
YDSF Buat Warung Sedekah, Siapapun Bisa Mampir Makan Gratis
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Dahsyatnya Makna Kata “Insya Allah” | YDSF
ZAKAT, DIBERIKAN KE TETANGGA ATAU LEMBAGA? | YDSF
Bolehkah Zakat Maal dalam Bentuk Barang? | YDSF
6 AMALAN PEMBUKA REZEKI | YDSF
Pemberdayaan Ternak Domba &
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)