Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, sepertinya cukup
asing, ya? Ternyata, peringatan ini merupakan salah satu bentuk untuk mengingat
kembali bahwa pada dasarnya setiap negara memiliki bahasa nasionalnya
masing-masing yang juga perlu dilestarikan.
Setiap negara memiliki bahasa Ibu atau bahasa nasionalnya
masing-masing. Meski, kita ketahui bahwa ada beberapa bahasa internasional yang
setidaknya juga kita kuasai. Namun, bahasa Ibu jangan sampai dilupakan bahkan
tidak dipelajari.
Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional
Bahasa merupakan sebuah sarana komunikasi terbaik yang dapat
kita gunakan kepada sesama manusia. Bahkan, istilah bahasa bukan hanya untuk
sesuatu yang diketik atau diucapkan saja, bahasa juga mencakup isyarat yang
menggunakan gerakan dan tangan.
Sejarah peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional atau yang
dikenal dengan Mother Language Day ini memiliki kisah yang cukup unik. Yaitu
berawal dari perselisihan antara Pakistan Barat (yang saat ini telah menjadi Pakistan)
dan Pakistan Timur (yang saat ini menjadi Barat).
Setelah adanya pemecahan wilayah Pakistan pada 1947, setahun
berikutnya terjadi perselisihan di masyarakat Pakistan Timur (Bangladesh),
karena pada saat itu hanya bahasa Urdu yang diakui oleh pemerintah sebagai
bahasa nasional mereka. Akhirnya, atas desakan masyarakat, pihak Bangladesh pun
meresmikan bahasa Bangli juga sebagai bahasa resmi mereka.
Namun, untuk meraih kesepkatan tersebut, ternyata diisi oleh
sebuah kisah tragis. Yaitu, terjadinya demo dari para mahasiswa di Bangladesh
pada tanggal 21 Februari, yang membuat banyak pihak menjadi korban.
Baca juga: Hukum Hadiah Undian (Quiz, Giveaway) dalam Islam | YDSF
Karena kejadian itulah, setiap tanggal 21 Februari menjadi
Hari Bahasa Ibu yang diadakan oleh Bangladesh. Sebagai bentuk peringatan terima
kasih dan rasa hormat kepada mereka yang telah memperjuangkan bahasa resmi di
Bangladesh.
Pihak United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pun meresmikan
setiap tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Dengan
semangat bahwa setiap bangsa yang di dunia ini memiliki keragaman bahasa dan
budaya masing-masing yang perlu kita hormati dan lestarikan.
Momen Literasi Buta Bahasa Indonesia
Memang, sebagai warga negara Indonesia, kita selalu
memperingati Hari Sumpah Pemuda, yang mana pada salah satu poinnya juga
mengarah untuk cinta pula dan mau menggunakan bahasa Indonesia.
Pada peringatan bahasa Ibu internasional ini, dapat menjadi
sebuah momen pula untuk kita kembali melestarikan bahasa Indonesia. Mau
mempelajari, menggunakan, hingga mengajarkan kepada penerus bangsa.
Jangan sampai, karena banyaknya akulturasi budaya, membuat
bahasa Ibu di negara sendiri menjadi hilang dan sudah tak dikenali lagi
bagaimana ejaan, pelafalan, dan tulisan yang seharusnya.
Tak jarang, mungkin, banyak yang merasa keren dengan
penggeseran istilah-istilah dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa
asing. Mungkin, bila tujuannya agar menjadi lebih akrab dan menyatu dengan
suasana saat itu, akan dapat dimaklumin. Namun, hendaknya jangan menjadikan itu
sebuah kebiasaan (dipakai terus-menerus setiap hari), yang kemudian menggeser
penggunaan dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Tak hanya itu, bahkan mungkin, tak sedikit pula, anak-anak
yang lebih pandai berbahasa asing dan mendapatkan nilai lebih tinggi di bahasa
asing ketimbang bahasa Indonesia sendiri. Padahal, hidup dan dibesarkan di
lingkungan yang juga kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia.
Hendaknya, kita menjadi seseorang yang bersyukur, karena
dapat belajar, tahu, dan fasih berbahasa Indonesia dengan selayaknya. Masih
banyak anak-anak dan masyarakat di pelosok-pelosok Indonesia yang masih sangat
minim pengetahuannya tentang bahasa Indonesia. Yang kemudian ini membuat mereka
seolah terpinggirkan dan terasingkan dari dunia luar. Minder, mungkin ada.
Mari, jadikan peringatan hari Bahasa Ibu Internasional ini
menjadi momen untuk kembali menyadari betapa pentingnya bahasa Indonesia untuk
bangsa kita. Dipelajari, digunakan, dan dilestarikan. Bukan hanya sebagai
bentuk formalitas saja. Tetapi juga menjadi sebuah kebiasaan baik yang membuat
tumbuhnya rasa cinta terhadap bahasa Indonesia. (asm)
Featured Image by Pexels.
Sedekah untuk Pendidikan Anak Bangsa
Artikel Terkait:
5 Hal yang Sebaiknya Dilakukan untuk Menyambut Bulan Ramadhan | YDSF
DOA PAGI HARI AJARAN NABI MUHAMMAD SAW. | YDSF
Itaewon, Masjid Pertama di Korea Selatan | YDSF
PERADABAN ISLAM DI SPANYOL VS. UKRAINA | YDSF
KISAH ORANG YAHUDI DAN HARI SABTU | YDSF