Sosok publik figur satu ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, Oki Setiana Dewi mulai dikenal ketika sukses memainkan peran sebagai Anna Althafunnisa di film “Ketika Cinta Bertasbih” yang diadaptasi dari novel terlaris karya penulis terkenal Habiburrahman el Shirazy.
Selain sebagai artis di beberapa film-film islami, ia juga dikenal sebagai penulis buku. Beberapa judul bukunya adalah Melukis Pelangi: Catatan Hati Oki Setiana Dewi, Sejuta Pelangi : Pernik Cinta Oki Setiana Dewi, Cahaya di Atas cahaya Perjalanan Spiritual Oki Setiana Dewi, Hijab I’m in Love, Dekapan Kematian, Ketika Guru SD Sakit.
Selain kegiatannya sebagai penulis dan artis, Oki Setiana Dewi juga kerap mengisi seminar muslimah dan juga kepemudaan.
Bagaimana Anda melihat fenomena ini?
Fenomena hijrahnya para artis terbaca sejak maraknya sosial media (sosmed). Sosmed menjadi media penyebaran ilmu dan syiar dakwah yang efektif. Orang bisa dengan mudah mengakses ceramahceramah banyak ustadz di YouTube. Semakin mudahnya akses untuk belajar agama mendorong orang gelombang hijrah. Termasuk para artis.
Sebenarnya fenomena artis berhijrah sudah ada sejak dahulu. Bedanya dulu belum ada sosmed. Dulu artis-artis yang berhijrah tidak terlalu terekspos. Sekarang dengan adanya sosmed akan lebih memudahkan penyebaran berita, termasuk berita artis yang berhijrah. Sehingga banyak orang yang tahu.
Hijrahnya artis merupakan hal sangat positif. Karena sebagai publik figur setiap perkataan, perilaku, dan cara berpakaian artis akan ditiru para penggemarnya. Makanya kita doakan mereka yang sudah berhijrah tetap istiqomah di jalan Allah.
Pengalaman Pribadi Oki Setiana Dewi Ketika Hijrah
Sepanjang hidup kita harus selalu berhijrah. Kita mencari petunjuk Allah SWT. Kita senantiasa menuju jalan kebaikan setiap detiknya. Semua orang mempunyai cerita tersendiri tentang proses hijrahnya. Ada yang berhijrah karena memang belajar atau karena kejadian dalam hidupnya. Misal saat orangtuanya sakit, kesulitan perekonomian, atau karena pergaulan.
Saya pribadi ditegur oleh Allah lewat orangtua yang sakit. Penyakit kulit yang sangat langka, kulitnya melepuh seperti habis terbakar. Jika bajunya diangkat kulitnya ikut terangkat. Itu yang membuat titik balik saya, Ibu dan keluarga saya. Akhirnya kita berpikir apa yang kita cari di dunia ini? Kita mendekatkan diri kepada Allah. Allah yang memberi penyakit, Allah pula yang menyembuhkan. Allah memberikan ujian, Allah pula yang memberi solusi. Tahun itulah awal hijrah saya.
Diawali dengan saya mengucapkan “Bismillah saya berjilbab.” Semoga dengan jilbab ini saya menjadi anak baik. Doa saya agar ibu sembuh, didengar Allah. Semoga saya menjadi semangat belajar agama. Disitulah titik balik dalam hidup saya.
Bagaimana Menjaga Keseimbangan Karier dan Keluarga?
Pertama, harus mengetahui mana yang menjadi prioritas. Mana yang mendesak dan mana yang penting. Itu yang harus didahulukan. Kedua, harus punya target dalam hidup. Kita harus tahu tujuan hidup kita apa. Setahun kemudian mau apa. Tiga tahun kemudian mau melakukan apa. Lima tahun kemudian mau jadi apa. Sepuluh tahun kemudian mau jadi apa.
Biasanya saya bagi targettarget target dalam agama, target pendidikan, dan target sumbangsih untuk umat. Dengan adanya target kita paham arah hidup. Kita paham untuk apa. Kita paham apa yang harus kita kejar untuk kita pelajari dan kapan harus kita selesaikan.
Dukungan dari Keluarga dalam Hijrah?
Rencana tidak akan berjalan jika lingkungan tidak mendukung. Ada suami yang memberikan restu. Ikut membantu menjaga anak dan membantu pekerjaan rumah. Jadi dukungan keluarga itu penting.
Bagi temen-temen yang belum menikah salah satu yang dibicarakan dengan calon taarufnya adalah rencana setelah menikah. Mungkin setelah menikah saya masih ingin kuliah, saya mau fokus pada bidang apa. Jadi ini adalah syarat pranikah yang harus diucapkan. Karena jika suami bilang kita harus di rumah, kita harus menaatinya.
Seperti saya pribadi, saya masih ingin kuliah. Saya masih ingin melanjutkan berdakwah. Jadi sudah ada pembicaraan. Suami mendukung tidak hanya dengan kata-kata, tapi juga terlibat saat pembagian tugas rumah tangga.
Bagaimana Bermedsos yang Bijak?
Akhlak di dunia maya harus sama dengan di dunia nyata. Think before posting. Berpikir dahulu sebelum kita posting. Rasulullah sudah mengingatkan: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.”
Gunakan untuk berkata yang baik, atau kita diam. Medsos kita manfaatkan untuk mencari amal jariah, bukan dosa jariah.
Cara menghindari dosa dan maksiat?
Pertama dengan ilmu. Banyak orang melakukan dosa karena dia tidak tahu bahwa itu dosa. karena mereka tidak tahu bahwa itu diharamkan Allah. Allah berfirman dalam surat Al-Mujadillah ayat 11: “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
Supaya kita tidak terjebak dalam maksiat kita pelajari ilmu Allah, hadir di majlis taklim. Baca buku. Nonton ceramah ustadz-ustadz. Ikut kajian.
Kedua, memilih teman yang baik. Orang yang berteman dengan penjual minyak wangi akan terkena bau wanginya. Ketiga, sibukkan diri dengan kegiatan positif. Orang yang tidak punya kesibukan cenderung melakukan kegiatan negatif.
Sumber Majalah Al Falah Edisi September 2018
Baca juga:
12 Tips Menjadi Keluarga Sakinah
Belajar Membaca Alquran di Masa Rasulullah Saw | YSDF
Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF
Banyak Menghafal Alquran, Tubuh Jadi Semakin Sehat | YDSF
Tips Menghafal Al quran Otodidak | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH | YDSF