Efektivitas Penggunaan Waktu | YDSF

Efektivitas Penggunaan Waktu | YDSF

1 Juni 2022

"Sebaik-baik manusia adalah yang diberi umur panjang dan baik amalnya. Dan sejelek-jelek manusia adalah yang diberi umur panjang dan jelek amalnya." (HR. Ahmad)

Islam sangat menaruh perhatian terhadap penggunaan waktu. Dalam Al-Quran, bertebaran ayat-ayat yang berhubungan dengan waktu. Bahkan, berkali-kali Allah swt. bersumpah atas nama waktu. Misalnya di awal QS. Al'Ashr (103), Al Lail (92), Ad Dhuha (93), dan sebagainya. Hal ini menandakan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia.

Maka tak usah heran, bila Islam mengingatkan kita akan waktu minimal lima kali sehari semalam. Belum lagi anjuran untuk menghidupkan waktu di sepertiga malam terakhir atau waktu dhuha (saat matahari sepenggalahan). Mengingat pentingnya waktu, maka kita layak bertanya, sejauh manakomitmen kita terhadap waktu? Bila kita termasuk orang yang meremehkan waktu, tidak kecewa saat pertambahan waktu tidak menghasilkan peningkatan kualitas diri, maka bersiap-siaplah menjadi pecundang dalam hidup.

Kita ini telah, sedang, dan akan selalu berpacu dengan waktu. Satu desah nafas sebanding dengan satu langkah menuju maut. Alangkah ruginya manakala banyaknya keinginan, melambungnya angan-angan, serta meluapnya harapan tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas diri. Maka, siapapun yang bersungguh- sungguh mengisi waktunya dengan kebaikan,  niscaya  Allah  akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut.    

Efektivitas penggunaan waktu sangat dipengaruhi keterampilan kita dalam membaginya. Ada hak belajar, hak bekerja, hak tubuh, hak keluarga, hak ibadah juga hak evaluasi diri. Semuanya harus dibagi secara adil. Sibuk dan hebatnya belajar tanpa disertai istirahat dan ibadah misalnya. hanya akan mendatangkan masalah.

Baca juga: Menghargai Waktu, Resep Kejayaan Peradaban | YDSF

Mahasiswa yang akan mengikuti ujian misalnya. Waktunya tinggal tiga bulan lagi. Maka menjadi keharusan  baginya untuk membuat perencanaan. Sehari belajar berapa jam? Katakanlah belajar 2 jam. Seminggu mau berapa kali belajar? Enam kaii. Berarti 12 jam per minggu atau 48 jam per bulan. Jadi, dalam tiga bulan ia harus belajar minimal 144 jam. Lalu, mata kuliahnya ada 10. Satu mata kuliah rata-rata lima bab dan satu bab sepuluh halaman, berarti 50 X 10 = 500 halaman. Sedangkan waktu yang dimiliki hanya  144 jam. Dengan demikian, dalam satu jam ia harus menguasai minimal tiga lembar.

Kuncinya, kita harus memetakan dulu potensi dan masalahnya. Lalu bergerak dengan acuan peta tersebut. Setelah itu kita disiplin menjaiankan_ nya. Sebab, banyak orang yang hanya pandai membuat rencana, tapi kurang pandai menjalankannya. Karena itu, sebuah rencana tidak perlu muluk- muluk. Buatlah secara proporsional dan fleksibel agar kita mudah menjalankannya.

Ada satu kebiasaan yang akan menghambat efektivitas dan optimalisasi waktu yang kita miliki  yaitu kebiasaan menunda. Hebatnya, sebagian orang merasa bahwa  menunda pekerjaan itu akan Iebih baik.  Padahal kebiasaan menunda hampir  pasti mengundang masalah bila tidak didasarkan pada perhitungan matang. Dalam setiap waktu ada kewajiban yang harus kita tunaikan. Andaikan kita tunda maka pekerjaan lain pasti akan menyusul, sehingga pekerjaan makin menumpuk. Akhirnya, banyak energi, waktu, dan biaya yang terbuang percuma  selain  berpeluang memunculkan rasa enggan untuk mengerjakannya. Wallahu a'Iam bish showab.


Sumber: Majalah Al Falah Edisi Bulan Desember 2009

Featured Image by unsplash

 

Sedekah Online:


Artikel Terkait:

Waktu Untuk Allah | YDSF
Tips Menjadi Muslim Berkualitas | YDSF
Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
Mengikat Semangat | YDSF
Berpikirlah Positif dan Berbahagia | YDSF
Menumbuhkan Kebiasaan Berbagi Menjadi Sebuah Kebutuhan Hidup | YDSF

Tags: waktu, efektifitas waktu, waktu efektif

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: