Sabtu (7/10/2017) terlihat cukup ramai para mahasiswa Rumah kepemimpinan dari UNAIR dan ITS yang berjumlah kurang lebih 40 mahasiswa, bertempat di gedung serba guna yang dulunya bernama Bina Qolam jalan Bengawan No.2B Darmo Surabaya. Dialog tokoh ini menghadirkan seorang tokoh yang sudah berkecimpung lama di dunia pendidikan yaitu DR. (HC). Ir. Abdulkadir Baraja.
Sayyidina Ali ra mengatakan, “Siapa yang menjadikan dirinya sebagai pemimpin bagi orang lain, hendaklah ia mulai dengan mengajar dirinya sendiri sebelum mengajarkan orang lain. Biarlah ia mengajarkan orang lain dengan perilakunya, sebelum dengan tutur kata”. Jika banyak guru atau bahkan semua guru memiliki budaya, maka siswa akan dengan mudah menirtu budaya para guru tersebut.
Pada awal pemaparan Abdul Kadir memaparkan bahwa sudah menjadi persepsi umum di masyarakat muslim Indonesia bahwa istilah “Dakwah Islam” dipahami sebagai aktivitas yang hanya mengajak untuk orang untuk lebih mendekatkan diri pada sang Khaliq, dengan kata lain hanya meningkatkan ketakwaan yang bentuknya ceramah atau mejelis taklim semata. Padahal salah satu sisi yang minim dan perlu untuk diisi oleh kita sebagai umat muslim adalah sektor pendidikan, yang dimana dari pendidikan dan sebuah keteladanan inilah kedepan dapat di bentuk kader-kader yang Islami dan mencintai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Pada dasarnya tujuan utama dari sebuah pendidikan adalah membentuk manusia yang berbudaya. Karena itu bangsa yang maju identik dengan SDM (sumber daya manusia) atau masyarakat yang memiliki budaya yang tinggi. Tapi harus diingat bahwa budaya yang tinggi pada para siswa atau pada tingkat yang lebih tinggi seperti mahasiswa ini, memerlukan guru-guru yang juga berbudaya dan memiliki keteladanan yang baik. “Faktor terpenting dari upaya membangun budaya ini adalah guru teladan yang berbudaya, Sekolah bersama guru-guru yang berbudaya, maka dapat dipastikan akan terbentuk lingkungan sekolah yang kuat. Sekolah yang memiliki budaya yang kuat akan mewarnai setiap sisi kehidupan siswanya. Lalu pada akhirnya sekolah-sekolah yang memiliki budaya yang kuat tersebut akan mewariskan budaya tersebut kepada setiap lulusannya,” ungkap pria kelahiran Solo 11 juni 1945 ini.
Pada akhir sesi dialog tokoh, dosen elektro ITS ini mengharapkan agar para guru-guru yang berbudaya tersebut tidak hanya datang dari fakultas pendidikan semata, tapi juga mengharapkan dari alumni UNAIR dan ITS yang tentunya tergabung dalam Rumah Kepemimpinan ini. “Pada dasarnya sekolah-sekolah hanya bisa menjadi baik bila guru-gurunya berkualitas. Sederhananya mempersiapkan guru yang berkualitas sangatlah penting. Karena guru yang berkualitas ini akan mentransfer 2 hal penting, yaitu kompetensi terbaik dan akhlak baik yang ia miliki, karena itu semoga kedepannya akan muncul guru-guru dari alumni Unair dan ITS, khususnya dari Rumah Kepemimpinan” Tandasnya.