Debat Kusir Keluarga | YDSF

Debat Kusir Keluarga | YDSF

26 Januari 2024

Debat kusir dalam keluarga menjadi hal yang nampaknya sering dialami oleh setiap orang. Berawal dari percakapan diskusi sederhana, berujung saling mempertahankan pendapat yang akhirnya justru tidak ketemu titik tengahnya. Dari Ustadz Miftahul Jinan berikut beliau berkisah tentang debat kusir dalam keluarga:

Pagi itu saya melaksanakan salat jamaah subuh di masjid agak jauh dari rumah. Setelah iqamat dikumandangkan, sang imampun memulai dengan takbiratul ihram dan dilanjutkan dengan membaca Surat Al Fatihah dan surat pendek. Saat kami menikmati bacaan surat pendek Imam, tiba-tiba Imam lupa kelanjutan ayat, sehingga secara spontan kami para makmum bersama-sama membantu mengingatkan bacaan selanjutnya.

Namun respon kami yang spontan dan bersama-sama justru membuat Imam semakin bingung melakukan kesalahan selanjutnya. Dalam kondisi tegang, sang imampun berdiam diri sejenak dan fokus pada satu suara jamaah yang ia kenal, sejenak kemudian ia sudah dapat melanjutkan ayat yang sempat ia melupakannya.

Mungkin di rumah tangga kita khususnya pada proses interaksi kita dengan anak-anak remaja sempat mengalami kejadian serupa. Anak remaja kita melakukan kesalahan yang sebenarnya sudah tidak semestinya ia melakukannya. Dan kita orang tua (bapak/ibu) bersama-sama menghujani teguran yang bertubi-tubi akhirnya anakpun semakin kondisi bingung dan mereka melakukan pembelaan diri.

Pembelaan diri itulah sering kali berupa debat kusir saling menyalahkan dan membenarkan alasannya. Akhirnya kondisi hubungan tidak semakin baik, dan anak terpaksa menerima teguran kita jika ia tidak berani melawan, atau sebaliknya ia akan pergi dari kita jika berani menghadapi kita.

Dalam kondisi seperti di atas sebenarnya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua, walaupun anak sudah jelas-jelas telah melakukan kesalahan “bodoh”, yaitu:

1. Tetap tenang dan memahami bahwa siapapun dapat melakukan kesalahan-kesalahan yang remeh. Bentuk tenangnya adalah tidak terlalu reaktif dan tidak segera melakukan eksekusi.

2. Menganalisa alasan mengapa anak kita sampai melakukan kesalahan tersebut. Analisa ini akan sangat membantu kita untuk memahami bahwa mereka melakukan kesalahan tersebut bukanlah hal yang sederhana. Mereka telah melakukan pertimbangan yang matang menurut versi dia. Ingat siapapun termasuk anak kita tidak ingin diremehkan, walaupun ia baru saja melakukan kesalahan yang remeh.

3. Pilihlah jubir yang sesuai dengan kondisi anak, bisa bapak karena membutuhkan ketegasan dan tidak perlu penjelasan yang detil, atau ibu pada masalah-masalah yang dominan menggunakan perasaan. Tidak harus anak dihadapi berdua, bahkan pada masalah tidak terlalu berat cukup satu orang tua saja.

4. Memiliki waktu yang tepat untuk menegur anak, tidak selalu segera itu lebih baik. Bahkan sering kali ke segeraan kita justru mengurangi ketenangan kita saat berbicara dengan mereka.

 

Sumber Rubrik Parenting Majalah Al Falah Edisi April 2018

 

Ikhtiar Solidaritas Kemanusiaan Palestina


 

Artikel Terkait:

Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF

 

Paket Hangat untuk Palestina



Tags: debat kusir, debat kusir keluarga, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: