Dampak Berbuat Baik pada Kesehatan | YDSF

Dampak Berbuat Baik pada Kesehatan | YDSF

19 Januari 2024

Berbuat baik sejatinya bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban untuk mendapatkan pahala, tetapi ada banyak dampak positif dari berbuat baik terutama dari yang paling sederhana yaitu kesehatan. Seseorang yang hendak berbuat baik, dimulai dengan menata niat dan hati agar apa yang dilakukan dapat sejalan dengan apa yang diharapkan. Sehingga, kemanfaatan dari berbuat baik yang diniatkan dapat sampai dengan seharusnya.

Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa tingkat keimanan berpengaruh besar terhadap kesehatan. Mereka yang religius cenderung mengembangkan kebiasan sehat, menjaga sikap, memahami emosi, dan melakukan kebiasaan baik lainnya yang berdampak positif bagi kesehatan.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mereka yang memiliki tingkat religiusitas tinggi mengalami penurunan risiko penyakit jantung koroner, tekanan darah serta fungsi kekebalan tubuh menjadi lebih baik.

Meskipun penelitian-penelitian tentang hubungan keimanan dan tingkat kesehatan baru-baru ini ditemukan, namun bagi umat Islam, bukanlah hal baru. Para ulama terdahulu telah mengisyaratkan hal serupa dengan bahasa sederhana. Bahwa yang disebut sehat sempurna adalah sehat yang memilki dua kondisi, yakni ‘sehat wal afiat’, dua kata yang disejajarkan tak terpisah. ‘Sehat’ maknanya adalah sehat secara fisik sedangkan ‘afiat’ maknanya adalah sehat secara rohani atau keimanannya. Ini mengindikasikan sehat fisik (jasmani) dan sehat keimanan (rohani) merupakan bagian ajaran dari Islam.

Kesehatan secara fisik telah diajarkan berulang kali di berbagai hadits dan Sirah Nabawi. Kita melihat bagaimana Rasulullah menyuruh berlatih memanah dan berkuda, bahkan Rasulullah secara tegas mengingatkan kita untuk memperhatikan kesehatan yang tertuang dalam haditsnya ‘ada dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh manusia, kesehatan dan waktu luang’.  (HR. Bukhori).

Senada dengan kesehatan fisik, Islam juga mengajarkan untuk menjaga kesehatan iman (kebersihan hati).  Rasulullah saw. bersabda, “Ketahuilah di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuhnya. Jika segumpal daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dengan sehatnya hati inilah yang akan menyelamatkan kita di hari Kiamat (As-Syuara: 88-89).

Maka, menjadi hamba Allah yang utuh adalah berusaha menyempurnakan kewajibannya yaitu dengan menjadi manusia yang sehat wal afiat atau sehat secara rohani dan sehat secara jasmani.

Penuhi Hak Tubuh

Badan kita memiliki kebutuhan gizi setiap harinya. Jika gizi tersebut tidak dicukupi, maka tubuh kita akan protes dengan mengirimkan sinyal berupa sakit. Kesehatan pun sama seperti analogi tubuh tadi, dia punya kebutuhan ‘gizi’ yang harus dipenuhi. Kebutuhan gizi bagi kesehatan fisik adalah makanan sehat (QS. Al-Baqarah: 168), istirahat cukup (QS. Al-Furqon: 47), dan olah raga teratur (HR. An-Nasai). Kebutuhan gizi untuk psikis adalah menahan amarah (QS. Al-Imron: 134), berbaik sangka (QS. Al-Hujurat: 12). Lalu asupan gizi untuk kebutuhan spiritual adalah melakukan kewajiban (QS. Al-Fatihah: 5), keyakinan dan ketergantungan kepada Tuhan (QS. Al- Fatihah: 5), menerima dan berterima kasih atas semua takdir yang telah terjadi (QS. Al-Baqarah: 155). Sedangkan untuk kebutuhan gizi bagi sosial adalah berempati (QS. An-Nisa: 8), menolong orang lain (QS. Al-Maidah: 2).

Baca juga: 4 Perkara yang Merusak Iman | YDSF

Jika salah satu dari elemen tersebut tidak kita lakukan, mengakibatkan ketidakseimbangan.  Misalnya, bagi fisik, jika tidak makan makanan sehat, pasti kesehatan fisik terganggu. Bagi kesehatan psikis, jika tidak dapat menahan emosi, maka bisa dipastikan kesehatan psikis Anda terganggu. Dan begitupun kesehatan-kesehatan lainnya.

Prof. Steven Cole dan Prof. Barbara L. Fredickson dari University of North Carolina, selama 10 tahun meneliti gen manusia. Ditemukan bahwa berbuat baik kepada orang lain memberikan efek bahagia kepada diri sendiri, mengubah respon genome dan menaikkan sistem imun. Bisa dipahami bila keshalihan sosial memberikan efek postif bagi kesehatan lahir.

Bukan hanya urusan fisik, Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa berbuat baik dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan batin. Dalam Surat Muhammad ayat 7 disebutkan, menolong orang akan membuat seseorang mengalami ketenangan batin karena dia yakin pertolongan Allah akan datang kepadanya. Sehingga tiada kekhawatiran dalam menjalani kehidupan.

Seekor monyet yang sedang memegang pisang dengan tangan kirinya, tetap akan merampas pisang yang dimiliki oleh temannya dengan tangan kanannya. Bahkan ketika kedua tangannya sudah penuh dengan pisang sekalipun, maka dia akan merampas pisang milik temannya dengan mulut dan kakinya agar memiliki semua pisang yang dilihatnya. Itulah keadaan monyet yang tidak merasa cukup dengan yang dimiliki.

Manusia memang bukan monyet dan bukanlah keturunan monyet, namun perilaku merebut pisang tadi juga dimiliki oleh sebagian manusia. Ketika memiliki kelebihan harta, tak jarang tetap merasa kurang sehingga melakukan segala daya upaya demi memenuhi hasratnya menguasai dunia. Tak jarang juga demi menambahkan kekayaan, mereka melakukan apa yang diharamkan Allah. Sebab, mereka tidak bersyukur atas yang dimiliki, sehingga menjadi tamak.

3 Cara Menghindari Tamak

1. Merasa cukup dengan “satu hal” yang diberikan Allah

Untuk bertahan hidup, tak perlu memiliki ratusan bahkan ribuan hal pokok. Cukup Allah memberikan yang satu saja, Anda masih bisa hidup. Merasalah cukup dengan yang satu, agar tidak tamak dengan merebut satu nya orang lain.

2. Selalu ingat Allah dan yakinlah Allah tak pernah salah memberi

Apa yang memang ditakdirkan untuk kita, akan tetap menjadi milik kita meskipun jauh. Ketenangan didapatkan ketika kita ingat Allah dan yakin bahwa Allah tak salah mengambil keputusan. (QS. Ar-Ra’du: 28).

3. Hitung nikmat terkecil, dan bersykur dengan cara yang besar

Motor tak bisa berjalan tanpa busi. Meski berukuran kecil, tapi manfaat busi besar. Keberadaan busi kecil itu harus diperhatikan, karena kontribusinya besar. Begitu banyak ‘busi-busi’ dalam kehidupan yang tidak diperhatikan dan terlupa disyukuri, bahkan disepelekan. Padahal “busi-busi” kecil seperti itulah yang membentuk kehidupan besar kita. Kita bisa hidup ya karena susunan-susunan nikmat busi kecil yang Allah berikan setiap saat.

Semoga kita tidak menjadi orang yang tamak dengan lupa bersyukur. Mari menghitung nikmat terkecil lalu mensyukurinya dengan cara yang besar. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7).

 

Sumber Rubrik Ruang Utama Majalah Al Falah Edisi Januari 2023

 

Artiket Terkait

Menjaga Agama, Melindungi Manusia | Dharuriyah Al-Khams (5 Perkara Asasi) | YDSF
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH | YDSF
Akhlaq Baik, Cerminan Hati Bersih
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Doa Agar Terhindar Dari Sifat Lemah dan Malas | YDSF
PERBANYAK SEDEKAH SAAT RAMADHAN | YDSF

 

Mudah Tunaikan Zakat

 

Qadha Puasa Ramadhan


Tags: berbuat baik, dampak berbuat baik, dampak positif berbuat baik, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: