Dalam menentukan tayangan yang dapat berdampak baik bagi
tumbuh kembang anak, tentu sebagai orang tua ataupun pendamping harus cerdas
dan selektif. Tidak setiap tayangan yang berkesan “menghibur” dapat langsung disajikan
kepada buah hati. Harus ada penyaringan kelayakan dari berbagai aspek terlebih
dahulu.
Dua tahun silam, negeri kita dimarakkan sebuah kejadian yang
membuat miris. Banyak media mewartakannya. Betapa tidak. Seorang remaja 15
tahun membunuh seorang bocah 5 tahun. Karuan saja, peristiwa yang terjadi awal
Maret 2020 tersebut mengundang keprihatinan. Pelaku tega menenggelamkan korban
di bak mandi rumahnya di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat. Diduga, itu
dilakukan lantaran terpengaruh film horor yang sering ditonton.
Mungkin, sebagian dari kita tidak menyangka kejadian seperti
itu dapat terjadi di lingkungan kita. Bagaimana bisa sebuah tayangan menjadi
musabab seorang remaja menghilangkan nyawa bocah yang seharusnya dijaga dan
dikasihi.
Suatu tayangan dapat memberikan dampak dan pengaruh bagi
penontonnya dengan cara yang berbeda-beda. Kemampuan dalam memilih tayangan pun
berbeda. Belum lagi, faktor preferensi. Setiap orang merasa mempunyai hak untuk
memilih dan menyukai tayangan tertentu. Namun, tidak semua menyadari, bahwa
sedikit ataupun banyak, tontonan memengaruhi kehidupannya.
Menurut Motivator dan Konsultan Pendidikan, Ustadz Suhadi
Fadjaray, perlu disadari oleh para orang tua untuk senantiasa menjaga
anak-anaknya. Ada beberapa poin penting. Setiap anak mengalami fase menirukan
apa yang dilihatnya. Meniru dapat menjadi jalan belajar bagi anak.
Pertama, kata Suhadi, jagalah apapun yang masuk ke mulut
anak. Pastikan yang masuk ke mulut halal dan thoyyib. Insya Allah bila
mengonsumsi makanan dan minuman halal dan thoyyib, anak-anak menjadi lebih
terjaga. Sebab, bila yang haram masuk ke mulut dan perut anak, bisa ada peluang
anak mengikuti hal-hal yang tidak baik.
Kedua, jagalah apapun yang masuk ke telinga anak-anak. Bila
mereka mendengarkan kalimat-kalimat yang baik-baik, baik dari kedua orang tua,
guru, maupun teman-temannya, maka anak-anak akan terprogram menjadi pribadi
yang baik.
Dan ketiga, jagalah yang masuk melalui mata anak-anak.
Misalnya, aneka tayangan dan tontonan, pilihlah yang baik. Bila yang dilihat
buruk, bisa dikatakan itu memrogram anak-anak berbuat buruk.
Baca juga: Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF
Lebih lanjut, Suhadi menjelaskan, bila menonton tayangan
yang bersifat kekerasan, anak-anak akan cenderung meniru berbuat kekerasan.
Sebaliknya, bila menonton yang cenderung mellow, anak-anak dapat memiliki
kecenderungan bersifat mellow.
“Contoh sederhana, dulu jaman saya kecil ada film Ari
Hanggara. Ketika saya menonton tayangan itu, muncul persepsi di otak saya,
bahwa ibu tiri itu jahat,” kenang penulis serial buku Harmoni Cinta Madrasah
Keluarga. Maka, lanjutnya, “Hati-hati terhadap tiga hal tersebut di atas.”
Padahal, dalam kehidupan nyata belum tentu demikian. Banyak
ibu tiri yang mempunyai karakter baik hati dan mulia, serta mendidik dan
merawat dengan penuh ketulusan kasih sayang. Mengingatkan lagi, ketiga hal yang
dimaksud, yakni, segala yang masuk lewat mulut, mata, dan telinga. Bila ketiga
hal di atas dijaga, insya Allah karakter anak-anak akan menjadi baik.
Referensi Hidup dan Perilaku
Orang tua perlu lebih selektif dalam memilih. Apapun yang
ditontonnya, anak-anak akan cenderung menjadikannya sebagai referensi bagi
perilaku mereka. Demi kebaikan masa depan anak-anak, tentu lebih bijak bila
memilih tayangan yang mencerdaskan, menumbuhkan sisi positif, dan menguatkan
iman dalam diri anak. Bila anak-anak menonton tayangan yang horor, tentang
pocong, ataupun tentang pembunuhan, misalnya, mereka pun akan cenderung
menjadikan itu sebagai referensi perilakunya.
Maka, langkah utama untuk menjadikan anak-anak lebih baik,
haruslah mendidik dengan baik. Suhadi mengutip nasihat Imam Malik r.a., yang
menjelaskan, bahwa generasi ini tidak akan pernah menjadi baik. Kecuali dididik
dengan cara-cara yang lebih baik dari generasi awwalun. Nah, untuk itu,
para ulama mendeskripsikan yang pertama ditanamkan adalah iman atau tauhid,
kedua adab, ketiga ilmu, dan keempat amal.
“Jadi, harus berurutan. Amal dipandu oleh ilmu. Ilmu
didahului oleh keluhuran adab. Keluhuran adab didahului dengan ketauhidan,”
ucap Suhadi.
Baca juga: Pemberian Nama Anak dalam Islam | YDSF
Mendidik anak dengan ketauhidan, berarti mengenalkan sifat
keesaan Allah. Insya Allah bila anak-anak telah dididik dan mengenal tauhid,
mereka tidak akan menyukai tayangan-tayangan yang buruk. Mengapa? “Karena tidak
cocok dengan hatinya,” tegasnya.
Yang menjadi masalah, banyak di antara orang tua ataupun
pihak pendidik, belum menanamkan tauhid, belum menanamkan keimanan, akan tetapi
terburu-buru menanamkan ilmu.
Akibatnya, ketika anak-anak mengalami peristiwa-peristiwa
yang mengguncang jiwanya, mereka akan menjadikan tayangan-tayangan yang
ditontonnya sebagai referensi. Sebaliknya, bagi anak-anak yang telah bertauhid,
mereka akan menjadikan Al-Qur’an, hadits, dan Rasulullah sebagai referensi
hidupnya.
Suhadi pun berharap, YDSF juga perlu berperan bagaimana
supaya masyarakat menjadikan Al-Qur’an dan Rasulullah, melalui hadits dan
perilaku beliau sebagai referensi kehidupan masyarakat. Bila itu terjadi, Masya
Allah. Negeri ini akan menjadi negeri yang
baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur. Istilah tersebut
sebagaimana firman Allah dalam Surat Saba ayat 15, seperti berikut ini:
“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri
yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Semoga, Allah memudahkan setiap niat baik dalam ikhtiar
kita, untuk menghadirkan dan menyebarkan kebaikan bagi anak-anak dan lingkungan
di sekitar kita. Aamiin.
Sumber Majalah Al Falah Edisi Juni 2022
Artikel Terkait:
WAKTU TERBAIK TERKABULNYA DOA | YDSF
Bolehkah Sedekah dari Harta Haram? | YDSF
PELAKSANAAN SHALAT SUNNAH RAWATIB | YDSF
Parenting Islami: Cara Mendidik Anak Agar Bahagia | YDSF
AMALAN IBADAH PEMBUKA PINTU REZEKI | YDSF
Setelah Menjual Tanah, Apakah Wajib Zakat? | YDSF
MENDAHULUKAN JAMAK-QASHAR DALAM SHALAT FARDHU | YDSF