Sering kali, saat
adzan berkumandang, mungkin kita sedang berada di dalam kamar mandi atau
toilet. Tak jarang, ada beberapa orang yang rasa hati ingin sekali merespon
atau menjawab adzan tersebut. Sebagaimana yang diperintahkan Allah untuk kita
kaum muslim menjawab adzan yang kita dengar. Namun, bila kondisinya demikian
harus bagaimanakah respon yang kita lakukan?
Adzan, merupakan
seruan Allah kepada umat muslim untuk segera melaksanakan shalat lima waktu. Secara
bahasa, adzan memiliki arti pengumuman. Seperti saat kata ini disebutkan dalam
firman Allah Swt. di surah at-Taubah ayat 3,
وَأَذَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأكْبَرِ
أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُه
“Dan pengumuman
dari Allah dan Rasul-Nya kepada ummat manusia di hari haji akbar bahwa Allah
dan Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrikin ...”
Kumandang adzan,
baru ada pada tahun pertama Rasulullah saw. hijrah ke Madinah. Saat itu, umat
muslim sudah mendapatkan perintah shalat, tetapi belum ada penanda yang dapat
mempermudah mereka untuk berkumpul di masjid guna menunaikan shalat.
Terdapat beberapa
masukan dari para sahabat Rasulullah saw. untuk mengadakan penanda tersebut.
Ada yang mengusulkan menggunakan lonceng, tetapi Rasulullah saw. menolaknya
karena mirip dengan cara kaum Nasrani. Ada pula yang mengusulkan menggunakan
api, lagi-lagi Rasulullah menolak karena cara ini menyerupai kaum Yahudi.
Dalam buku Sirah
Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyam, diriwayatkan bahwa beberapa sahabat Rasulullah
saw. bermimpi tentang bacaan adzan. Mereka yaitu Abdullah bin Zaid dan Umar bin
Khattab. Rasulullah yang sebelumnya telah mendapatkan wahyu mengenai hal tersebut,
lantas membernakan mimpi mereka. Lafadz tersebut sama seperti adzan yang saat
ini kita dengar, yaitu sebagai berikut:
Allahu Akbar
Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,
Hayya ‘alash sholah hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alal falah hayya ‘alal falah,
Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah.
Sejak saat itulah, adzan mulai digunakan untuk menyeru kaum muslim mengerjakan shalat lima waktu. Dimulai dari masjid di Kota Madinah, tempat Rasulullah sedang hijrah di sana.
Baca juga: MENDAHULUKAN JAMAK-QASHAR DALAM SHALAT FARDHU | YDSF
Cara Menjawab Adzan
Setelah didapatkan
penanda untuk seruan shalat berupa adzan, umat Islam yang mendengarkannya juga
disunahkan untuk merespon. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri
r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Jika kalian mendengar adzan,
ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam hadits Umar
bin Khattab, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, Apabila muadzin mengatakan,
“Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka salah seorang dari kalian mengatakan, “Allahu
Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha
Illallah”, maka dikatakan, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Muadzin
mengatakan setelah itu, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka
dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya
‘Alash Shalah”, maka dikatakan, “La Haula wala Quwwata illa billah.”
Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alal Falah”, maka dikatakan, “La
Haula wala Quwwata illa billah.” Kemudian muadzin berkata, “Allahu Akbar
Allahu Akbar”, maka si pendengar pun mengatakan, “Allahu Akbar Allahu
Akbar.” Di akhirnya muadzin berkata, “La Ilaaha illallah”, ia pun
mengatakan, “La Ilaaha illallah.” Bila yang menjawab adzan ini
mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti masuk surga.”” (HR.
Muslim)
Tidak setiap saat
kita berada di kondisi yang dapat merespon adzan dengan menjawabnya melalui
kata-kata pembicaraan. Atau melafadzkannya. Seperti kondisi saat kita sedang berada
di kamar mandi.
Apabila mampu
merespon adzan dengan tidak melafalkannya (cukup di dalam hati), maka
diperbolehkan. Hal ini dikaitkan seperti ketika hendak mandi jinabat atau mandi
besar yang disyariatkan wudhu terlebih dahulu, dan sebelum wudhu disyariatkan
membaca basmalah dalam hati.
Dr. H. Zainuddin,
Lc., MA., Dewan Syariah YDSF menyatakan bahwa kamar mandi bukan tempat yang
layak untuk membaca kalimah thayyibah seperti istighfar, hamdalah, atau
kalimat lainnya. Bahkan, Rasulullah saw. ketika hendak ke kamar mandi, beliau
melepaskan cincinnya, sebab ada ukiran kaligrafi kalimah thayyibah dalam
cincin beliau. Maka, hendaknya menghindari menyebut kalimah thayyibah
ketika di kamar mandi.
Kesimpulannya,
diperkenankan merespon adzan di kamar mandi, tetapi cukup dalam hati saja atau
tidak melafadzakan (mengucapkannya).
Disadur
dari Majalah Al Falah Edisi Desember 2022
Raih Jariyah dengan Wakaf
Artikel Terkait
Cara Mencari Berkah (Tabarruk) Allah
Sesuai Syariat Islam | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF