Apa itu Etos Kerja?
Etos kerja adalah sikap mental dalam menghayati dan menghargai pekerjaan kita. Dengan kata lain, etos kerja adalah semangat dan sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kualitas kerja kita di hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas di hari esok harus lebih baik daripada hualitas kerja hari ini.
Islam sangat menghargai etos kerja. Dalam Islam, kerja bukan semata-mata aktivitas pengisi, tidak hanya berdimensi duniawi, bukan sedekar mengejar gaji, juga bukan sekedar menepis gengsi untuk menghindar dari tudingan sebagai penganggur.
Etos Kerja dalam Islam
Kesadaran kerja dalam Islam berlandaaskan semangat tauhd dan tanggung jawab ketuhanan. Semua aktifitas keseharian seorang mukmin, termasuk kerja harus diniatkan dan berorientasi ibadah kepada Allah Swt. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerjapun mengandung nilai ibadah.
Allah Swt. berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-Dzariyat: 56).
Islam tidak membuat aturan dalam bekerja, melainkan selalu memberi motivasi agar umat Islam mencari rezeki yang telah ditebarkan Allah di atas dunia ini. Tujuannya agar umat Islam tidak sekedar beribadah dalam arti ritual saja, tapi memunyai perhatian untuk bekerja sesuai dengan perintah agama.
Bagi seorang muslim, adalah suatu keniscayaan untuk bergiat mencari rezeki. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain, sedang diri malas dan enggan berkarya dan bekerja. Namun demikian, tidak berarti seorang muslim boleh menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebutuhan hidup. Islam adalah agama yang sarat dengan etika, norma-norma, sehingga diharapkan para penganutnya pun menyandang jatidiri umat yang beretika dan bermoral tinggi.
Jika kita bekerja untuk mencari rezeki yang halal, jika rezeki tersebut kita keluarkan pada jalan yang halal, maka rezeki tersebut akan menjadi sumber kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak. Lain sebaliknya. Bila kita bekerja mencari rezeki dengan jalan yang tidak halal, membelanjakannya pada jalan yang haram pula, maka rezeki tersebut akan menjadi sumber penderitaan bagi diri dan keluarga, menyimpan kerugian bagi dunia dan akhiratnya. Rezeki yang diperoleh dari barang yang haram akan menjadi darah dan daging.
Bisa memengaruhi perilaku keseharian, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
“Ketahuilah bahwa di dalam diri manusia itu ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baik pula seluruh tubuh, dan apabila daging itu jelek maka jelek pula seluruh tubuh itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan etos kerja yang baik diharapkan seorang profesional muslim dapat membawa manfaat bagi diri, keluarga, lingkungan kerja, dan orang-orang baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja dan keluarganya. Sesuai sabda Rasulullah saw. bahwasanya orang yang paling baik adalah orang yang paling berhuna bagi orang lain (HR. Thabrani). Dedikasi seorang profesional muslim, dengan demikian, sangat ditentukan oleh seberapa banyak dia membawa manfaat bagi manusia-manusia lainnya. Wallahu’alam bish shawab.
Sumber Majalah Al Falah Edisi Maret 2010
Baca juga:
Membuat Nafkah Menjadi Berkah | YDSF
DEFINISI REZEKI BERKAH DALAM ISLAM | YDSF
BAHAGIA DENGAN GEMAR BERBAGI | YDSF
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM
Doa Minta Rezeki Halal dan Berlimpah Sesuai Sunnah | YDSF
Perbedaan Zakat, Infaq, dan Sedekah | YDSF