Belajar Dermawan dari Kisah Imam Syafi’i | YDSF

Belajar Dermawan dari Kisah Imam Syafi’i | YDSF

22 Januari 2020

Salah satu imam besar Islam yang mahsyur adalah Imam Syafi’i. Imam yang juga termasuk ke dalam imam mazhab ini, masih merupakan keturunan dari Rasulullah saw. yang berasal dari keturunan Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Sebagaimana Rasulullah saw.,

“Sesungguhnya keturunan Al-Muthalib dan keturunan Hasyim adalah satu.” (HR. Al-Bukhari 6/616, Abu Dawud no. 2962, dan An-Nasa’I 7/130-131).

Pemilik nama lengkap Muhammad bin Idris As-Syafi’i ini, juga dikaruniai Allah kemuliaan dan kebaikan akhlaq. Terlahir di Baitul Maqdis dalam keadaan yatim, beliau kemudian tumbuh di lingkungan masyarakat Mekah.

Di antara sekian banyak sifat mulianya, salah satu yang bisa kita teladani adalah sifat dermawannya. Selain gemar membagikan ilmu, Imam  Syafi’i juga gemar berbagi hartanya kepada siapa saja yang membutuhkan. Bahkan tanpa melihat berapapun besaran sedekah yang bisa beliau berikan, beliau selalu memberikan sedekah terbaiknya kepada setiap orang di sekitarnya yang membutuhkan.

Salah satu kisah sedekah Imam Syafi’i yang sederhana dikisahkah oleh Al-Humaidi (salah satu murid yang mengikuti majelis Imam Syafi’i), pernah suatu ketika Imam Asy-Syafi’i sedang dalam safar dari daerah Shan’a ke Mekah dengan membawa 10.000 dinar di sapu tangannya. Kemudian beliau mendirikan tenda dan masih berada di luar kota Mekah.

Kisah lain juga datang dari Ar-Rabi’ bin Sulaiman, yang juga merupakan salah seorang murid Imam Syafi’i. Saat itu Imam Asy-Syafi’i sedang melewati pasar dengan menaiki keledainya, namun tanpa sadar ternyata cemeti beliau terjatuh dan megenai seorang tukang sepatu. Imam Syafi’i segera turun dari keledainya, tak hanya sekedar mengambil cemeti miliknya, beliau menghampiri tukang sepatu tersebut dan kemudian diusapnya. Beliau pun tiba-tiba bertanya kepada Ar-Rabi’, “Berikan yang dinar yang ada padamu kepadanya.” Ar-Rabi’ berkata, “Aku tidak tahu, enam atau sembilan dinar yang aku berikan kepada tukang sepatu tersebut.” (Al-Baihaqi, Al Manaqib, 2/221 dan Manaqib Asy-Syafi’i karya Ar-Razi, hlm/ 128).

Bahkan saat Ar-Rabi’ menikah, Imam Syafi’i juga membantu dalam pemenuhan mahar murid beliau tersebut. Saat itu Imam Syafi’i bertanya kepada Ar-Rabi’, “Berapakah mahar yang telah kau berikan kepada isterimu?” Ar-Rabi’ menjawab, “Tiga puluh Dinar.” Kemudian beliau pun bertanya lagi, “Berapa yang kamu berikan kepadanya?” Ar-Rabi’ menjawab, “Enam Dinar”. Tanpa berkata panjang, Imam Syafi’i langsung bergegas ke rumahnya dan mengirimkan sekantong uang berisi 24 Dinar.

Masih dikisahkan oleh Ar-Rabi’, saat Imam Syafi’i mengetahui bahwa ada seorang pencuri yang mengambil keledai miliknya, beliau pun berkata, “Wahai Rabi’, berikanlah kepada pencuri itu empat Dinar dan suruh ia minta maaf kepadaku.”

Di lain hari pun, pernah saat Ar-Rabi’ menemani Imam Syafi’i keluar dari masjid di Mesir, tiba-tiba sandal yang dipakai oleh Sang Imam pun putus. Lalu, beliau pun meminta tukang sol untuk memperbaikinya. Imam Syafi’I bertanya kepada Ar-Rabi’, “Wahai Rabi’, apakah kamu membawa uang untuk membayar ini?” Setelah Ar-Rabi’ memberitahu beliau bahwa dirinya membawa tujuh dinar, kemudian Imam Syafi’i berkata, “Bayarkan uang itu kepadanya.”

Kisah kedermawanan Imam Syafi’i lainnya yang juga cukup terkenal dibawakan untuk masyarakat adalah tentang sedekah kurma. Diriwayatkan dari Al-Baihaqi dari Muhammad bin Abdillah bin Adil Halam, dia berkata, “Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling dermawan. Sewaktu kami makan kurma bersama Imam Asy-Syafi’i yang sudah ditaruh di kotak, tiba-tiba datang seseorang yang langsung duduk di dekat kurma milik Imam Asy-Syafi’i lalu memakannya. Setelah orang it uselesai memakannya, ia berkata kepada Imam Asy-Syafi’i, ‘Apakah yang akan kamu katakan terhadap orang yang tidak sadar makan dan secara spontan memakannya ketika melihatnya?’ Mendengar pernyataan itu, ia memberikan isyarat kepadaku dengan menggerak-gerakkan tengkuknya. Imam Asy-Syafi’i llu berkata, ‘Alahngkah baiknya kalau ia memintanya terlebih dahulu sebelum memakannya. Sesungguhnya sifat dermawan dan mulia dapat menutup aib di dunia dan akhirat sepanjang keduanya tidak disertai dengan bid’ah.”

Masih banyak kisah kedermawanan dari Imam Syafi’i yang bisa kita teladani dari berbagai kitab yang ditulis oleh para ulama. Semoga setelah membaca beberapa cuplikan kisah bersedekah yang dilakukan oleh beliau, kita mau dan selalu dimampukan oleh Allah swt. untuk bisa meneladaninya. Aamiin. (asm)

 

Baca juga:

Zakat Profesi atau Penghasilan | YDSF

Contoh Sedekah Jariyah di YDSF

Cara Menghitung Zakat Profesi | YDSF

Bahagia dengan Gemar Berbagi | YDSF

KORBAN BENCANA BOLEH TERIMA ZAKAT | YDSF

KONSULTASI ZAKAT DI YDSF

Zakat dari Uang Pesangon Pensiun | YDSF

ZAKAT PADA BARANG INVESTASI | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: