"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." QS. An-Nur: 26
.Apa saja bekal yang harus orangtua siapkan saat anak perempuannya meminta menikah?
Ketika perempuan telah menikah, tanggungjawab dan ketaatannya berpindah dari orangtua ke suami. Maka harus diketahui bahwa prioritas untuk taat kepada makhluk berpindah dari orangtua ke suami. Setiap perempuan yang akan menikah harus tahu bagaimana cara memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan sebuah pilihan. Setelah menikah, prioritas perempuan adalah mencari ridho suaminya.
Ketika tanggungjawab sudah berpindah sepenuhnya kepada suami, maka istri harus belajar bagaimana menahan dan menekan egonya. Karena pada dasarnya suami adalah imam dalam keluarga.
Menikah adalah managemen ketidakcocokan. Karena tidak ada satu pun rumahtangga yang pihak suami atau istri 100% cocok. Pasti ada kecocokan dan ketidakcocokan. Menikah dan berumahtangga adalah bagaimana cara mengatur ketidakcocokan itu.
Maka kunci bagi seorang perempuan yang telah menikah adalah menyadari bahwa ia telah memilih seorang imam/pemimpin dalam hidupnya. Istri harus tahu bahwa watak seorang pemimpin adalah tidak suka dipimpin.
Suami juga harus mengetahui bagaimana cara dia memperlakukan istrinya. Misalnya ketika ingin menyampaikan pendapat atau memberikan masukan kepada istri. Suami hendaknya memilih bahasa yang baik, yang tidak menyakiti perasaan istri. Begitu pula ketika seorang istri ingin menyampaikan pendapat kepada suami. Istri harus memahami karakter suami. Laki-laki dengan segala egonya, memiliki keinginan untuk dihormati, dikagumi, dan dipercaya. Maka penuhilah kebutuhan-kebutuhan itu. Selama terpebuhi kebutuhannya, suami akan mendengarkan apa yang disampaikan istri.
Seringkali, ketika suami tidak mendengarkan masukan istri, karena si istri menyampaikan dengan cara seperti bos yang memerintah. Laki-laki punya harga diri. Walaupun istri juga ikut bekerja dan penghasilan lebih tinggi. Tetapi bagaimana pun status pemimpin rumahtangga tidaklah berpindah dari suami kepada istri.
Maka sebagai seorang istri tetap wajib taat kepada suami sebagai seorang pemimpin keluarga. Istri dituntut bisa mengetahui psikologis seorang suami yang tidak suka dipimpin dan tidak suka dilukai harga dirinya.
Memilih Calon Suami
Karena suami akan menjadi pemimpin, maka harus baik dari segi agamanya, dari segi akhlaknya, dan juga harus mempunyai sifat qawamah (kepemimpinan). Karena nanti ia akan menjadi nahkoda, menjadi komandan keluarga. Pemimpin keluarga punya kewajiban memastikan seluruh anggota keluarganya menuju satu cita-cita yang sama, yaitu keridhaan Allah dan berkumpul kembali disurgaNya.
Maka orangtua hendaknya memilihkan suami yang baik untuk anak perempuannya. Baik dari segi agamaya, akhlaknya, bertanggungjawab, dan memenuhi kebutuhan lahir batin. Orangtua perlu memastikan bahwa calon pasangan anak perempuannya adalah laki-laki yang qawamah. Sifat qawamah inilah yang dibutuhkan dalam memastikan rumahtangga menuju tujuan yang sama.
Nasihat Orangtua
Orangtua harus menyadari dan memberikan pengertian kepada anaknya bahwa setelah menikah tanggung jawab seorang anak perempuan berpindah dari orangtua kepada suami. Maka taatlah kepada suami selama suami tidak menyuruh kepada kemaksiatan dan mengingkari ajaran Allah.
Hargailah suami, jadilah istri yang qanaah, istri yang pandai bersyukur. Maka insya Allah suami akan menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab. Tapi apabila istri tidak qanaah dan tidak pandai bersyukur, maka bisa jadi kehangatan dalam keluarga akan menghilang. Suami tidak betah di rumah dan mencari kesenangan di luar rumah.
Menjaga komunikasi. Pastikan komunikasi antara suami istri berjalan dengan baik. Karena banyak hal-hal kecil yang menjadi besar karena kurangnya komunikasi. ***
Naskah: Nuri Fauziah, M.Psi (Psikolog)
Sumber Majalah Al Falah Edisi April 2019
Editor: Nara
Baca juga:
Mendekatkan Anak Kepada Masjid