Mengeluarkan zakat merupakan salah satu dari kewajiban setiap muslim. Karena zakat juga termasuk dalam rukun Islam. Fungsi dari zakat sendiri sebagai pembersih harta dari jiwa pemberinya.
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka“. (QS. At-Taubah :103)
Seringkali kita temukan perintah membayar zakat beriringan dengan perintah shalat. Seperti yang Allah firmankan dalam Surat Al-Baqarah ayat ke-110:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Artinya, “Dan dirikanlah shalat serta bayarkanlah zakat!”
Lantas, bagaimana kewajiban membayar zakat bagi orang orang yang sudah meninggal? Selengkapnya berikut ini.
Pertanyaan
Assalamualaikum wr. wb.
Apakah seorang ibu yang sudah meninggal harus di zakatkan tiap tahun?
Terima kasih atas jawabnya.
Ati H.
Jawab
Alhamdulillah, wash-shalaatu was-salaamu’alaa Rasulillah, amma ba’du.
Terdapat dua macam kewajiban zakat yang kita kenal di dalam islam yaitu zakat maal (zakat harta) dan zakat fitrah. Dan kedua kewajiban zakat tersebut, sebagimana kewajiban-kewajiban syar’i lainnya hanya berlaku atas orang yang masih hidup.
Jadi dengan demikian, orang yang sudah meninggal, seperti ibu Anda atau bayi yang belum lahir, tidak atau belum wajb berzakat.
Mungkin pengecualian adalah jika almarhum ibu anda meninggalkan ‘hutang’ kewajiban zakat maal yang belum ditunaikan semasa hidupnya. Nah untuk kondisi ini saja, zakat wajib dibayarkan untuk ibu sebagai hutang.
Dan untuk pembayarannya diambilkan dari harta warisan peninggalan beliau jika ada sebelum dibagikan di antara para ahli waris, sebagaimana ketentuan Allah dalam pembayaran hutang orang yang telah meninggal (QS. An – Nisa’: 12).
وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۚ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكُمْ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ وَإِنْ كَانَ رَجُلٌ يُورَثُ كَلَالَةً أَوِ امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ ۚ فَإِنْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْ ذَٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَاءُ فِي الثُّلُثِ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَىٰ بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ ۚ وَصِيَّةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.
Dan jika tidak ada harta pusaka yang bisa dipakai untuk membayar hutang zakat tersebut, maka kewajiban pembayaran hutang zakat tersebut menjadi tanggungan ahli waris, khususnya anak yang mampu untuk membayarkannya.
Semoga bermanfaat.
Penanya: Salah satu donatur YDSF
Sumber jawaban: Dr. H. Zainuddin MZ, Lc. MA.
Editor: Ayu SM
Baca Juga:
Perbedaan Zakat, Infaq, dan Sedekah | YDSF
Kondisi Masjid vs. Mall di Akhir Ramadhan | YDSF
Perbedaan Pahala Shalat di Masjid dan Mushola | YDSF
Tips Memakmurkan Masjid | YDSF
Tips Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak | YDSF
Pintu Dosa di Era Digital | YDSF
Waspadai Perkara Perusak Amal | YDSF
Tips Menghafal Al Quran Otodidak | YDSF
Belajar Membaca Alquran di Masa Rasulullah SAW | YSDF