Bagi beberapa wanita, perhiasan (khususnya emas) menjadi salah satu aksesoris wajib yang dimiliki. Meski hanya sekadar memakai anting, gelang, atau cincin saja. Ternyata, emas tidak hanya menarik hati para wanita untuk memakainya, tapi juga banyak wanita yang memilih untuk menyimpan emas. Nah, emas yang disimpan juga merupakan bentuk tabungan harta. Kita juga wajib bayar zakat emas pada tahun di mana tabungan emas yang dimiliki sudah memenuhi nishab zakat.
Seringkali, menunaikan untuk bayar zakat emas itu masih membuat bingung. Mulai dari kriteria emas yang disimpan seperti apa yang dikeluarkan zakatnya, bahkan hingga perlu tidaknya bayar zakat emas setiap tahun. Kebingungan inilah yang kemudian membuat kita abai dan lalai. Beranggapan dan menyimpulkan sendiri untuk tidak mengapa tidak menunaikan bayar zakat emas, padahal sumber ilmu saat ini semakin banyak.
Kewajiban Bayar Zakat Emas
Kewajiban untuk menunaikan zakat emas, telah disampaikan baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah saw. Dalam surah At-Taubah ayat 34-35, Allah Swt. berfirman,
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”
Sepenting itulah menunaikan zakat emas bagi setiap muslim yang kekayaan dimiliki dalam bentuk emas telah memenuhi nishab zakat. Siksa pedih telah menanti bagi siapa saja yang menolak menunaikannya. Bahkan, dalam hadits Rasulullah saw., beliau menjelaskan detil siksa apa yang diterima oleh penolak menunaikan zakat.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda,
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمَ القِيَامَةِ صُفِحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ، فَيُكْوَى بِهَا جَبْهَتُهُ وَجَنْبُهُ وَظَهْرُهُ، كُلَّمَا بَرُدَتْ أُعِيْدَتْ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَان مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ، فَيَرَى سَبِيْلَهُ إِمَّا إِلَى الجَنَّةِ، وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api neraka, lalu dipanaskan dalam api neraka Jahannam, lalu disetrika dahi, rusuk dan punggungnya dengan lempengan tersebut. Setiap kali dingin akan disepuh lagi dan disetrikakan kembali kepadanya pada hari yang ukurannya sama dengan lima puluh ribu tahun. Kemudian ia melihat tempat kembalinya apakah ke surga atau ke neraka.” (HR. Muslim).
Baca juga: Cara Menghitung Zakat Profesi | YDSF
Zakat Emas Tidak Dikeluarkan Setiap Tahun
Dalam menunaikan zakat emas pun juga sama seperti menunaikan zakat yang lain. Yakni ada ketentuannya, nishab, batas kadar kekayaan emas yang dimiliki untuk wajib berzakat.
Dari Ali bin Abi Thali r.a., Rasulullah saw. bersabda,
فَإِذَا كَانَتْ لَكَ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَلَيْسَ عَلَيْكَ شَىْءٌ – يَعْنِى فِى الذَّهَبِ – حَتَّى يَكُونَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا فَإِذَا كَانَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا نِصْفُ دِينَارٍ فَمَا زَادَ فَبِحِسَابِ ذَلِكَ
“Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun –maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishob) itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu.” (HR. Abu Daud).
Dalam beberapa hadits lain, Rasulullah saw. juga menyebutkan tentang nishab zakat emas dan perak. Yakni bila diringkas, nishab zakat emas adalah 20 mitsqol atau 20 dinar serta 200 dirham untuk nishab zakat perak.
Zakat yang dikeluarkan dari emas dan perak ini dikhususkan untuk harta (emas dan perak) yang disimpan. Bukan dipakai sehari-hari. Dalam Islam, zakat untuk kedua harta ini disebut dengan zakat atsman.
Nah, lalu, apakah bayar zakat emas itu harus setiap tahun? Ternyata menurut Ustadz Zainuddin selaku Dewan Syariah YDSF, zakat atsman ini tidak perlu dikeluarkan setiap tahun.
Jadi, semisal di tahun ini kekayaan zakat emas sudah memenuhi nishab dan sudah dikeluarkan zakatnya, kemudian “tabungan” kekayaan tersebut tidak bertambah dan berkembang, maka tidak perlu dikeluarkan lagi zakatnya. Berbeda bila di tahun berikutnya terdapat tambahan kekayaan emas, maka yang dihitung sudah mencapai nishab atau belum adalah yang tambahannya. Kekayaan emas terdahulu yang sudah dikeluarkan zakatnya, tidak perlu dihitung ulang dan tidak ditotalkan penghitungan nishabnya dengan kekayaan emas yang baru. (asm, Sumber: Dewan Syariah YDSF)
Baca juga:
Bayar Zakat untuk Orang yang Meninggal | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Konsultasi Zakat dari Tabungan Gaji di Bank | YDSF
HUKUM BAYAR ZAKAT ONLINE DALAM ISLAM