Anjay Dilarang, Begini Adab Berbicara dalam Islam | YDSF

Anjay Dilarang, Begini Adab Berbicara dalam Islam | YDSF

2 September 2020

Publik ramai karena maraknya kata “Anjay” dibicarakan di media sosial. Surat dari Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menjadi viral di berbagai media karena jawaban mereka atas gugatan beberapa orang dalam penggunaan kata “Anjay” yang dapat merusak mental. “Anjay” dilarang, begitulah singkatnya. Namun, Komnas PA memberikan penjelasan lebih lanjut.

Berdasarkan surat keterangan resmi Komnas PA, menyebutkan bahwa tindak pidana terhadap orang yang menyebutkan atau memakai kata “Anjay” baik dalam bermedia sosial ataupun ucapan lisan, tetap harus dilihat konteksnya. Bila dirasa “Anjay” yang dilontarkan bermakna merendahkan martabat seseorang, maka ini termasuk dalam kekerasan verbal dan dapat dipidanakan. Namun, bila kata tersebut digunakan untuk mengungkapkan kekaguman, pujian, atau hal positif lainnya, maka tidak masalah selama tidak berpotensi menimbulkan ketersinggungan, sakit hati, hingga kerugian.

Saat ini, berbicara bukan hanya dinilai saat bertutur kata langsung. Namun, dari apa yang diketikkan dan dituangkan melalui media sosial pribadi atau komen di tempat lain, juga dapat menjadi cermin bagaimana seseorang memiliki tutur bahasa di kesehariannya.

Dalam Islam pun, jelas hal ini diatur sedemikian rupa. Karena setiap dari anggota tubuh yang dimiliki, juga akan dihisab nantinya. Adab dalam berbicara juga perlu kita pelajari dan terapkan. Agar tidak menjadi orang-orang yang tidak memiliki tata krama dan tutur bahasa yang baik, benar, dan sopan.

Adab Berbicara dalam Islam

Bukan hanya “Anjay” masih banyak kosa kata lain yang bisa dilontarkan dengan nada menghina, merendahkan, bahkan memang sengaja diucap untuk menyulut amarah. Oleh karena itu, dalam berlisan dan bermedia sosial, kita harus sangat berhati-hati. Agar tidak memberatkan saat hisab nantinya.

Allah Swt. berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)

Baca juga: Karakteristik Para Hamba yang Dicintai Allah  | YDSF

Berhati-hati dalam bertutur kata dan bermedia sosial, bukan hanya untuk meringankan hisab di hari akhir kelak. Namun, juga sebagai bentuk cinta kepada Allah Swt. Setiap ucapan kotor itu sesungguhnya tidak disukai oleh Allah Swt. Sebagaimana yang tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 148,

لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya (dizalimi). Allah itu Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 148).

Bahaya lisan juga dapat menyeret seseorang ke dalam siksaan api neraka. Menjaga lisan bukan hanya menjaganya dari bertutur tetang fitnah dan ghibah saja. Tetapi, pemilihan kata dalam berucap juga perlu diperhatikan.

Lidah tak bertulang, jemari bebas menari di atas tuts layar HP ataupun gawai lain yang kita miliki, bukan berarti kita bebas berucap atau mengetikkan kata-kata yang tidak pantas. Bahkan sampai menyakiti hati orang lain.

Dalam sebuah riwayat dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a., saat beliau bertanya kepada Rasulullah saw. tentang siapakah kaum muslimin yang paling baik. Rasulullah saw. menjawab,

مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ

“Seorang muslim yang tidak mengganggu orang lain dengan lisan atau tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjaga lisan dan kata dalam bermedia sosial bukan hanya dilakukan dari orang yang lebih muda kepada mereka yang lebih tua. Memiliki umur, jabatan, atau kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan lawan bicara, bukan berarti membuat kita menjadi bebas pula berucap hingga tak tersadar menyakiti hati orang lain. Bahkan meski sebaya dan berkedudukan sama pun juga bukan berarti kita bebas mengekspresikan kata-kata.

Memanglah tak mudah dalam menjaga lisan. Namun, dilatih sedini mungkin insya Allah akan membuat kita terbiasa berucap baik. (asm, berbagai sumber)

 

Baca juga:

Gerakan Shalat dan Terapi untuk Kesehatan | YDSF

ADAB BERCANDA DALAM ISLAM | YDSF

Keutamaan Membaca Ayat Kursi Dan Anjuran Sedekah | YDSF

MENDAHULUKAN JAMAK-QASHAR DALAM SHALAT FARDHU | YDSF

KONSULTASI ZAKAT DI YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: