Anak Muda di Rumah Allah | YDSF

Anak Muda di Rumah Allah | YDSF

28 Oktober 2019

Oleh: Zainal Arifin Emka

Irvan dan Putri memasuki rumah dengan wajah ceria. Ibu dan Ayah menyambut ucapan salam keduanya dengan bersemangat. Ibu bertanya-tanya karena wajah putrinya tampak kelelahan, namun senyumnya merekah.

“Wah, tampaknya ada kabari baik nih?!” tutur Ibu.

“Alhamdulillah, acara sukses besar. Peserta membludak. Antusias banget!”

Irvan dan Putri bersama komunitasnya baru saja menggelar acara yang mereka sebut Sabtu Curhat. Itu acara pengajian yang dikemas sebagai acara anak muda. Cara dakwah yang populer rupanya memikat anak muda.

“Kami menyebarkan angket. Dari situ kami tahu alasan mereka datang. Topik ceramahnya tidak rumit, menjadi alasan utama. Kedua, ustadznya nyaman. Istilah mereka kekinian yang mampu mewadahi kegelisahan anak muda.”

“Mereka sudah mengenal ustadz lewat YouTube atau Instagram. Karena itu mengundang mereka jadi gampang. Mereka datang untuk melihat ustadz idolanya,” timpal Irvan.

“Anak-anak muda ini siapa?” tanya Ibu penasaran.

“Itulah menariknya, Mam!” tukas Putri.

“Mereka berasal dari kelas menengah perkotaan. Datang bermobil. Pakaian bermerk. Modis banget!”

Sebagian dari mereka saya pikir anak muda yang lagi butuh siraman nilai-nilai tentang kesalehan. Mereka pengin tahun ajaran Islam yang murni. Ingin menimba dari sumbernya yang utama,” kata Irvan.

“Hebatnya pencarian mereka tak berhenti sebatas di forum-forum kajian. Mereka kemudian menyelami nilai-nilai Islam dengan membaca buku-buku. Menjadikan tokoh-tokoh Islam seperti Muhammad Al Fatih sebagai sumber inspirasi tentang keteguhan dan keadilan,” sambung Putri.

“Ibu pernah membaca kini ada tren berhijrahnya anak muda yang baru pulih dari panti rehabilitasi narkotika, pemakai narkoba aktif, bahkan anak geng motor. Mereka berhijrah, setelah menemukan cahaya justru di ujung putus asa mereka.”

Kalimat Ibu “menemukan cahaya justru di ujung rasa putus asa mereka” membuat Putri dan Irvan terperangah. Wah, Ibu hebat!” seru Putri seraya mendaratkan senyuman ke pipi Ibu. Wajah Ayah berbinar melihatnya.

“Ustadz yang kami undang kami minta berbusana anak muda banget. Pembahasannya tak boleh rumit. Mesti bersikap luwes agar anak muda merasa nyaman. Pokoknya mesti menyenangkan,” urai Putri.

“Maka ada ustadz yang berdakwah memakai baju ala anak distro: kemeja flanel dan kupluk. Topiknya masalah anak muda pada usia paling labil. Bertajuk ‘jomblo fii sabilillah, baper, tulus, atau modus’. Pokoknya anak muda banget!” kata Irvan.

“Benar sekali! Anka muda itu butuh sesuatu yang dekat dengan mereka, tidak rumit, dan tak memunculkan kebimbangan. Mereka hanya butuh kepastian tentang hukum berhijab, misalnya. Bukan pembahasan yang membingungkan,” timpal Ayah.

“Benar Ayah. Teman-temanku hanya butuh yang ‘siap pakai’. Lalu siap melaksanakan. Siap mengamalkan!” kata Irvan.

“Di sinilah perlunya para juru dakwah memahami kebutuhan khalayaknya. Karena itu harus peka menangkap keprihatinan jamaah. Pahami masalah apa yang sedang menjadi kegelisahan kawula muda. Lalu, beri jawabannya. Berikan solusinya. Hanya dengan cara itu anak muda terdorong dengan sendirinya untuk datang ke forum-forum kajian,”kata Ayah.

“Karena tidak menemukan jawaban di masjid, mereka lari ke tempat lain!” timpal Irvan.

“Tempat lain itu apa kak!?!” sergah adiknya.

“Yaaa, tempat yang membuat orang tidak tersesat di jalan yang benar!”

Sampai di sini suasana hening. Ibu yang tampak merasa senang melihat diskusi bapak-ana itu, kembali bergabung dengan satu poci wedang jahe mengepul. Putri dengan sigap menuangkannya ke empat gelas.

“Memang, kalau Ibu amati, kehadiran anak muda du masjid seringkali tidak diperhitungkan oleh para ustadz.”

“Maksud Ibu?”

“Disebut atau disapa saja endak, kok!” tutur Ibu. “Ustadz hanya menyebut ‘ibu dan bapak jamaah’. Padahal ada puluhan anak mud hadir. Dan, seperti tadi sudah dibicarakan, topik yang dibasa ustadz pun hanya cocok untuk orangtua. ‘Itu masalah orangtua, bukan masalahku!’ Mungkin begitu pikiran anak muda.”

“Makanya jangan disalahkan kalau banyak anak muda tertidur waktu khotbah Jumat,” seloroh Irvan disambut tawa.

“Putri pikir akan bermanfaat bila ada semacam lembaga ajianuntuk mendeteksi topik apa saja yang sedang nge-trend di kalangan anak muda. Bahan kajian itu hasilnya disebar ke para ustadz untuk dijadikan topik kajian.”

“Sepakat! Dengan demikian kajian bisa disampaikan secara terstruktur , sistematis, dan masif,” kelakar Irvan.

 

Sumber: Majalah Al Falah Edisi Juli 2019 (Rubrik: Pojok)

 

Baca juga:

Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF

Ummu Yulyani dan Hamas Syahid, Ibu dan Anak Inspiratif Ummat | YDSF

Konsultasi Zakat dari Tabungan Gaji di Bank | YDSF

Tips Memakmurkan Masjid | YDSF

Hukum Mengajak Anak Kecil ke Masjid | YDSF

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: