Agar Sakit Menjadi Penggugur Dosa | YDSF

Agar Sakit Menjadi Penggugur Dosa | YDSF

16 November 2022

Dalam Islam, sakit menjadi salah satu sarana bagi Allah Swt. untuk menggugurkan dosa-dosa umat-Nya. Namun, sakit dapat menjadi sebuah ujian atau musibah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Memang tidaklah mudah menghadapi sakit dengan penuh kelapangan dada, tetapi saat sakit hendaknya menjadi momen paling syahdu untuk selalu mengingat Allah Swt.

Pandemi Covid-19 masih saja menyebar di sekitar kita. Banyak kerabat dan rekan kita yang terpapar. Ada yang dengan izin Allah kemudian bisa pulih seperti sedia kala. Ada pula yang wafat setelah berjuang dalam masa perawatan.

Banyak anjuran, imbauan, bahkan perintah tegas dari pemerintah agar warga masyarakat tetap waspada. Selalu berkomitmen kuat untuk mematuhi protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah. Baik saat bekerja, belajar atau lainnya.

Semua itu merupakan ikhtiar manusia untuk melindungi diri. Sebagaimana perintah Allah, “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah 195).

Sakit merupakan salah satu ujian-ujian Allah. Setiap anak Adam bisa merasakan sakit. Bagi orang beriman, sejatinya sakit merupakan kabar gembira.

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila ia mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik untuknya. Dan apabila mendapat musibah, ia bersabar dan itu juga untuknya." (HR. Muslim).

Bahkan ketika sakit pun, Allah memberinya ampunan. “Tiada seorang mukmin yang ditimpa lelah atau penyakit, atau risau pikiran atau sedih hati, sampai pun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh Allah.” (HR Bukhari-Muslim).

Namun dalam keadaan sakit, kondisi sabar seorang mukmin harus dalam koridor adab-adab islami. Agar kondisi sakitnya berbuah ampunan Allah serta mendapat rahmat Allah.

Baca juga: Jamak Shalat Karena Sakit | YDSF

1.    Hanya Allah semata yang menyembuhkan

Kita meneladani sikap Nabi Ibrahim, “Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku.” (As Syu’araa 80).

Hanya Allah yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit jasmani. Semua penyakit bisa sembuh hanya atas izin-Nya. Apapun obat, terapi ataupun dokter yang merawat tetaplah hanya sebab. Namun, kuasa kesembuhan ada pada Allah Swt saja. 

2.    Dianjurkan berobat asal tidak dengan yang haram

Rasul saw bepesan, “Sesungguhnya Allah-lah yang menurunkan obat dan penyakit. Allah jugalah yang menjadikan obat setiap penyakit. Maka janganlah kalian berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)

Lalu bagaimana kita tahu yang mana yang halal dan yang mana yang haram? Tentunya berkonsultasi dengan alim ulama. So, tidak asal berobat.

3.    Menahan diri dari mengeluh atau mencela

Tabiat dasar manusia adalah suka mengeluh. “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij 19-21)

“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al-Ma’arij 19-25)

Mengeluh hanya akan menurunkan semangat diri. Dampak berikutnya akan menyusahkan orang-orang yang merawat kita. Keluarga tentu bertumpuk rasa sedihnya melihat si sakit kerap berkeluh kesah.

Dan yang paling fatal adalah jauhnya rahmat Allah. Karena orang mengeluh itu berarti berprasangka buruk kepada Allah. “Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku.” demikian hadits  Qudsi.

4.    Memperbanyak zikir

Zikir itu sumber ketenangan. Dan ketenangan itu sumber kesembuhan. Nasihat Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Moderen (980-1037 M) kembali aktual di jagad medsos, “Kegelisahan adalah separuh dari penyakit. Ketenangan adalah separuh dari kesembuhan. Dan kesabaran adalah awal dari Anda pulih kembali.”

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du 28)

5.    Meski sangat parah, jangan pernah meminta kematian

Suatu saat Abbas bin Abdul Muthalib, paman nabi sedang sakit. Sakitnya yang cukup parah membuat Abbas berkata, kematian lebih baik daripada sakit.

Lalu Rasulullah memberinya nasihat, “Wahai pamanku! Janganlah engkau mengharapkan kematian. Karena sesungguhnya jika engkau adalah orang yang memiliki banyak kebaikan dan (waktu kematianmu) diakhirkan, maka kebaikanmu akan bertambah dan itu lebih baik bagimu. Begitu juga sebaliknya, jika engkau orang yang banyak keburukannya dan (waktu kematianmu) diakhirkan, maka engkau bisa bertobat darinya maka ini juga baik bagimu. Maka janganlah sekali-kali engkau mengharapkan kematian.” (HR. Ahmad)

 

Sumber Majalah Al Falah Edisi Agustus 2021

 

Raih Jariyah dengan Wakaf:


Artikel Terkait:

Cara Mencari Berkah (Tabarruk) Allah Sesuai Syariat Islam | YDSF
KONSULTASI ZAKAT DARI TABUNGAN GAJI DI BANK | YDSF
5 Hajat Asasi Manusia Menurut Islam | YDSF
ZAKAT PENGHASILAN SUAMI-ISTRI BEKERJA | YDSF
Perbedaan Shalat Tahajud dan Shalat Lail | YDSF
HUKUM LELANG DAN JUAL BELI WAKAF DALAM ISLAM | YDSF
Wakaf Terbaik untuk Orang Tua Tercinta | YDSF


Husnul Khotimah dengan Jariyah



Tags: sakit penggugur dosa, sakit, menghadapi sakit, agar sakit menjadi penggugur dosa, ydsf

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: