Adab Terhadap Diri Sendiri | YDSF

Adab Terhadap Diri Sendiri | YDSF

11 Januari 2023

Bukan hanya mengajarkan untuk menjaga adab kepada sesama makhluk, bahkan dalam Islam juga diajarkan bagaimana kita dapat memiliki adab yang baik terhadap diri sendiri. Diajarkan bagaimana tahapan untuk meraih bentuk menyayangi diri sendiri tanpa berlebihan dan tetap berada pada koridor hal-hal baik. Mengingat, saat ini banyak yang berdalih dengan mengutamakan kesehatan mental dengan menyayangi diri sendiri, tetapi lupa bahwa apa yang dilakukannya justru sebenarnya memiliki dampak terhadap sekitar.

Dewasa ini, kita sering mendengar istilah self love, self care, hingga self reward. Segala istilah yang muncul itu sebenarnya sebuah bentuk kepeduliaan masyarakat kekinian terhadap kesehatan mental pribadi masing-masing. Ada banyak cara yang dilakukan. Namun, tak jarang justru banyak hal sia-sia dalam rangkaian kegiatan itu. Seperti, usai menerima gaji lantas bisa berfoya-foya membeli atau melakukan hal yang disuka, tanpa memikirkan untuk berbagi atau menunaikan kewajiban lain yang ada dalam hartanya.

Dalam ajaran agama rahmatan lil ‘alamin ini, Rasulullah saw. telah mengajarkan bagaimana sebenarnya adab untuk diri sendiri. Agar kita dapat selalu merasa nyaman dan tentram dalam menghadapi setiap hal di kehidupan ini.

Sebagai seorang muslim yang beriman, maka kita akan mempercayai bahwa ada dua kehidupan yang kita jalani. Yakni, kehidupan dunia dan akhirat. Untuk menjadi hamba yang sukses menempuh keduanya, tentu kita perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin. Menempa diri agar menjadi hamba pilihan-Nya. Sehingga, bentuk self love atau self reward yang kita lakukan tidak hanya berorientasi pada kegiatan duniawi saja.

Allah Swt. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr [103]: 1-3)

Selain itu, Rasulullah saw. bersabda, “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga.” (H.R Bukhari)

Dari dua dalil tersebut, maka kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya untuk selalu berbuat shalilh dan mengerjakan amalan-amalan baik sesuai ajaran syariat. Oleh karenanya, menjadi seorang muslim berarti harus siap untuk mendidik diri, menyucikan, dan membersihkannya. Menghiasi jiwa raga dengan adab terbaik. Lantas, langkah apa saja yang dapat dilakukan sebagai bentuk adab baik kepada diri sendiri?

Baca juga: KISAH UMAT TERDAHULU YANG DIUJI ALLAH | YDSF

4 Adab Terhadap Diri Sendiri

1.      Taubat

Taubat merupakan langkah untuk membersihkan diri dari segenap dosa dan maksiat, menyesali, dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Seseorang yang bertaubat, maka sudah harus siap untuk menjadi ‘orang baru’, sehingga tercapailah taubat semurni-murninya atau dengan sungguh-sungguh (taubatan nasuha). Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam surah At-Tahrim [66] ayat 8,

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ...”

Terdapat beberapa langkah, seseorang benar-benar dikatakan telah bertaubat. Bila dosa yang diperbuatnya merupakan hubungan dengan Allah Swt., maka langkah yang dilakukan adalah meninggalkan perbuatan dosa; menyesal; dan tidak mengulanginya kembali.

Bila dosa yang dilakukan menimbulkan kerugian terhadap orang lain, misal mengambil yang bukan haknya. Maka, langkah yang ditempuh sama, tetapi ditambahkan mengganti kerugian yang dialami orang lain.

Sedangkan bila dosa yang dilakukan berupa dakwaan fitnah, maka harus disertai dengan permintaan maaf kepada yang didakwa. Dan, bila dosa yang dilakukan berupa ghibah, maka ada dua pendapat untuk tindakan penyertanya jika orang yang dibicarakan tidak mengetahuinya. Pertama, meminta maaf kepada yang dibicarakan. Kedua, demi menjaga kerukunan bersama, maka tidak perlu disampaikan karena dikhawatirkan akan menimbulkan masalah baru.

2.      Muraqabah

Secara bahasa, muraqabah berarti pengawasan, pemerhatian. Maka, tindakan muraqabah merupakan perasaan selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Dalam setiap kehidupannya, ia yakin bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahu rahasia-rahasianya, memperhatikan amal-amalnya, serta menegakkan putusan terhadapnya dan terhadap setiap jiwa dengan apa yang telah dilakukan.

Dalam Al-Qur’an, kata ini disebutkan pada surat Al- Ahzab [33] ayat ke 52,

وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ رَّقِيْبًا

“Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”

Ketika seseorang sudah merasa selalu diawasi oleh Allah Swt., maka ia akan masuk pada tahap ‘menyerahkan diri’. Maksudnya, ia dengan ikhlas merasa damai berada dalam pengawasan Allah. Sehingga, kemudian setiap langkah yang diambil akan diusahakan dengan sungguh-sungguh, selalu berada dalam koridor syariat.

Baca juga: KISAH MUSA DALAM SURAT AL KAHFI - PERJUANGAN DAN ADAB MENCARI ILMU | YDSF

3.      Muhasabah

Untuk kata yang satu ini, mungkin kita sudah sering mendengarnya. Ya, muhasabah diartikan dengan instropeksi diri. Melalui tahapan ini, kita dapat memberpabiki, melatih, dan menyucikan diri. Ada banyak dalil tentang ajaran untuk bermuhasabah. Salah satunya, firman Allah Swt. dalam surah Al-Hasyr [59] ayat 18,

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Ibnu Katsir menafsirkan kalimat ‘memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)’ yaitu menghitung amalan yang selama ini diperbuat. Karena, kelak akan diminta pertanggungjawaban. Serta, bekali diri kita dengan amalan-amalan shalih untuk hari akhir.

4.      Mujahadah an-Nafs

Mujahadah memiliki arti bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs adalah hawa nafsu/jiwa. Sehingga arti dari mujahadah an-nafs adalah bersungguh-sungguh dalam mengendalikan hawa nafsu. Maksudnya, siap untuk teguh dalam berperang melawan hawa nafsu.

Dalam surah Yusuf [12] ayat 53, diabadikan pengakuan istri dari al-Aziz, wanita yang menggoda Nabi Yusuf a.s., sebagai berikut, “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”

Hawa nafsu itu wujudnya beragam. Bukan hanya nafsu kepada lawan jenis saja. Beberapa hal yang mengarah ke keburukan juga termasuk dalam hawa nafsu, seperti makan berlebihan, sifat malas, rasa amarah, suka mengeluh, dan lain-lain.

Ada banyak kisah dari para sahabat Rasulullah saw. tentang perjuangan mereka melawan hawa nafsunya. Dan, bagaimana tindakan yang mereka ambil untuk mengatasinya. Contohnya, kisah Umar bin Khattab saat terlewatkan shalat ashar berjamaah. Beliau langsung mengeluarkan sedekah berupa sebidang tanah senilai dua ratus ribu dirham.

Itulah penjabaran tentang bagaimana Islam membentuk rasa cinta terhadap diri sendiri dengan menjaga adab pula kepada diri kita. Adab-adab ini memang tidak bisa langsung diterapkan secara langsung dan sempurna kesemuanya. Melainkan, ada proses untuk menjadi yang lebih baik. Semoga kita dimudahkan dalam mengambil langkah-langkah yang benar sesuai syariat. Aamin.

 

 

Artikel Terkait:

Doa Minta Rezeki Halal dan Berlimpah Sesuai Sunnah | YDSF
HUTANG, BISAKAH MENJADI FAKTOR PENGURANG ZAKAT? | YDSF
Waktu Terbaik Terkabulnya Doa | YDSF
BOLEHKAH UMRAH TAPI BELUM ZAKAT MAAL? | YDSF
Ragam Penyaluran Program YDSF Desember 2022
WAKTU MEMBAYAR ZAKAT MAAL | YDSF

 

Sedekah di YDSF

 

Keutamaan Sedekah



Tags: adab terhadap diri sendiri, self love dalam islam, adab terhadap diri sendiri dalam islam, ydsf, adab diri sendiri islam

Share:


Baca Juga

Sedekah di YDSF lebih mudah, melalui: