Terdapat
banyak manfaat menunaikan wakaf, inilah salah satu keuntungan menjadi seorang
Muslim. Wakaf, sebagai bentuk ibadah yang melampaui kadar filantropi,
mencerminkan kesadaran spiritual dan tanggung jawab kolektif terhadap kebutuhan
sesama. Prinsip wakaf tidak hanya mengajarkan untuk menjauhkan diri dari
kecenderungan terhadap materi semata, tetapi juga memotivasi untuk turut serta
membangun dan meningkatkan kualitas hidup bersama dalam masyarakat.
Sehingga
manfaat wakaf sejatinya tidak hanya dirasakan oleh para penerima manfaatnya. Namun,
bagi yang menunaikan (muwakif atau wakif) juga mendapatkan manfaat yang luar
biasa. Bahkan, bisa dirasakan kelak ketika telah di akhirat.
Berikut kami
rangkum empat manfaat menunaikan wakaf:
1. Pahala Jariyah Sampai
di Akhirat
Wakaf
setara dengan sedekah jariyah, yang berarti pahala yang diperoleh dari wakaf
akan terus mengalir hingga ke akhirat. Sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dinarasikan bahwa tiga perkara akan terus memberikan pahala
setelah seseorang meninggal dunia, salah satunya adalah sedekah jariyah
(wakaf). Dengan menunaikan wakaf, seseorang dapat meraih pahala yang
berkelanjutan, bahkan setelah meninggalkan dunia ini.
Pahala
jariyah dari wakaf tidak hanya terbatas pada satu amal kebaikan yang dilakukan
sekali, tetapi terus berlanjut dan berkembang seiring dengan manfaat yang terus
diberikan oleh objek wakaf tersebut kepada masyarakat. Misalnya, sumur wakaf
akan terus memberikan air kepada yang membutuhkan setiap kali digunakan. Begitu
juga dengan masjid, sekolah, rumah sakit, dan berbagai infrastruktur sosial
lainnya yang dibangun melalui wakaf, yang akan terus memberikan manfaat kepada
masyarakat selama berabad-abad. Hal ini memberikan dampak yang luar biasa bagi wakif,
karena mereka tidak hanya mendapatkan pahala dari satu amal kebaikan, tetapi
pahala tersebut berkembang dan terus mengalir seiring berjalannya waktu.
2. Jembatan Meraih Husnul
Khotimah
Menunaikan
wakaf bukan hanya sekadar tindakan amal yang dilakukan sebagai bagian dari
infak harta yang dicintai, tetapi juga merupakan perwujudan dari prinsip yang
diagungkan dalam ajaran Islam. Firman Allah Swt. dalam QS. Al-Imran ayat 92
dengan tegas menyatakan “bahwa kebajikan sejati tidak akan tercapai sampai
seseorang bersedia menafkahkan sebagian dari harta yang dicintainya.” Ayat
tersebut memberikan pengertian mendalam tentang pentingnya sikap dermawan dan
pemberian dalam mencapai kebaikan yang hakiki.
Konsep
husnul khotimah, atau akhir yang baik, memiliki kedalaman spiritual yang sangat
penting dalam ajaran Islam. Bagi setiap orang yang beriman, tujuan akhir yang
diidamkan adalah meraih keridhaan Allah Swt. dan masuk surga. Dalam konteks
wakaf, konsep husnul khotimah menjadi sangat relevan karena wakaf adalah salah
satu cara untuk mencapainya. Melalui wakaf, seseorang tidak hanya menunaikan
kewajiban berbagi harta, tetapi juga membangun investasi spiritual yang akan
terus memberikan manfaat di dunia dan akhirat. Dengan menjadikan wakaf sebagai
bagian integral dari ibadahnya, seseorang menegaskan komitmennya untuk berbuat
kebaikan secara berkelanjutan, bahkan setelah meninggalkan dunia ini.
Baca juga: Harta yang Terbaik untuk Wakaf | YDSF
Dalam
konteks inilah wakaf menjadi salah satu sarana yang paling bermakna untuk
mencapai husnul khotimah. Dengan kesadaran yang mendalam akan pentingnya
berbuat baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, seseorang
berusaha untuk meninggalkan dunia ini dengan mengikuti jejak yang baik. Dengan
demikian, wakaf bukan hanya sekadar amal kebaikan, tetapi juga merupakan
perwujudan dari harapan untuk meraih akhir yang baik di sisi Allah Swt.
3. Pilar Penopang Kemajuan
Umat Lintas Generasi
Wakaf juga
merupakan instrumen yang memiliki potensi besar untuk menjadi pilar penopang
kemajuan umat lintas generasi. Praktik wakaf mencerminkan kesadaran akan
kebutuhan sosial dan tanggung jawab kolektif terhadap kesejahteraan masyarakat.
Salah satu
ciri utama dari wakaf adalah sifatnya yang berkelanjutan, di mana harta yang
ditunaikan tidak habis digunakan, melainkan terus memberikan manfaat dalam
jangka waktu yang panjang, bahkan melewati generasi-generasi yang akan datang.
Contoh
nyata seperti sumur Utsman bin Affan dan Universitas Al-Azhar memberikan
gambaran konkret tentang bagaimana wakaf dapat berkontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan dan kemajuan umat. Sumur Utsman bin Affan, yang dibangun
berdasarkan wakaf beliau, menjadi sumber air yang memberikan manfaat bagi
banyak orang, dalam waktu yang panjang. Sumur tersebut tidak hanya menyediakan
kebutuhan pokok, tetapi juga memperkuat kedekatan sosial dalam masyarakat.
Conton lain,
Universitas Al-Azhar merupakan salah satu institusi pendidikan tertua di dunia
yang didirikan berdasarkan wakaf. Universitas ini telah menjadi pusat
pembelajaran Islam yang prestisius dan memiliki dampak yang luas dalam bidang
pendidikan dan penelitian. Melalui wakaf, institusi ini telah mewariskan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada generasi-generasi yang akan datang,
serta berperan dalam pembentukan pemikiran umat Islam secara global.
4. Menumbuhkan Sifat Zuhud
Praktik
wakaf tidak hanya menyerukan untuk memberikan sebagian harta kepada yang
membutuhkan, tetapi juga merupakan panggilan untuk mengubah paradigma seseorang
terhadap harta dunia. Dalam esensinya, wakaf mengajarkan nilai zuhud, atau
kesederhanaan, di mana seseorang belajar untuk tidak terlalu terikat pada harta
duniawi semata.
Ketika
seseorang memutuskan untuk berwakaf dengan harta terbaiknya, ia melakukan
tindakan yang jauh lebih dalam daripada sekadar memberikan sumbangan. Dia
mengambil langkah besar untuk melepaskan ketergantungan dan cinta berlebihan
pada harta duniawi. Dengan melakukan hal ini, seseorang secara aktif mengubah
orientasi hidupnya dari mencari kepuasan materi ke pencarian makna dan kebaikan
yang lebih besar.
Baca juga: Progres Pembangunan Wakaf YDSF
Proses ini
memperkuat kesadaran akan nilai-nilai spiritual dalam diri seseorang. Seseorang
yang berwakaf dengan tulus memahami bahwa kebahagiaan dan kepuasan sejati tidak
terletak pada kepemilikan materi yang berlebihan, tetapi dalam memberi dan
berbagi kepada sesama. Hal ini memperkuat hubungan dengan realitas materi,
dengan menyadari bahwa harta hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang
lebih tinggi, yaitu mendapatkan ridha Allah Swt. dan berkontribusi pada
kesejahteraan umat manusia.
Sayyid
Qutub, dalam karyanya, menggarisbawahi pentingnya bagi umat Islam untuk
memiliki pandangan yang seimbang terhadap dunia. Baginya, hal ini mencerminkan
prinsip Ilahi yang sejati, di mana aspek spiritual dan hubungan dengan realitas
materi haruslah seimbang. Menurut pandangan ini, individu yang diberi anugerah
harta oleh Allah Swt. seharusnya tidak menolak untuk menggunakan harta
tersebut. Namun demikian, penggunaan harta tersebut seharusnya dilakukan dengan
kesadaran akan nilai-nilai spiritual, dengan menjadikan kebaikan dan penghargaan
kepada sesama sebagai prinsip utama. Dengan demikian, penerimaan dan penggunaan
harta seharusnya menjadi sarana untuk memperoleh kebaikan dan sebagai wujud
syukur kepada Allah Swt.
Dalam
kesimpulan, wakaf bukan sekadar tindakan filantropi, tetapi juga ibadah yang
membawa dampak spiritual dan sosial yang mendalam. Praktik wakaf merangkum
pahala jariyah yang mengalir hingga akhirat, menjadi jembatan menuju husnul
khotimah. Selain itu, wakaf juga menjadi pilar kemajuan umat lintas generasi
dan mengajarkan sifat zuhud yang mengubah paradigma tentang kekayaan dan
kebahagiaan. Dengan melanjutkan tradisi wakaf, kita dapat membawa manfaat yang
berkelanjutan bagi masyarakat dan meraih ridha Allah Swt. (berbagai sumber)
Wakaf di YDSF Mudah
Artikel Terkait:
Pesan Rasulullah Saw. Untuk Umat Muslim Jelang Akhir Zaman | YDSF
ZAKAT DAN PAJAK | YDSF
Mendahulukan Qadha Puasa, Lalu Puasa Syawal | YDSF
KEJAR BERKAH, RUTIN SEDEKAH | YDSF
Garage Sale, SD Al-Hikmah Tanamkan Rasa Empati dan Jiwa Wirausaha Kepada Siswa
PERBEDAAN ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH, DAN WAKAF | YDSF