Indonesia, Negara Paling Aman

Indonesia, Negara Paling Aman

20 Desember 2016

Akhir-akhir ini banyak aksi teror di beberapa negara. Tak hanya di negeri Eropa, di negeri Muslim pun terjadi aksi terror, seperti Turki dan Indonesia. Ini menyebabkan
menurunnya kunjungan wisatawan mancanegara ke negara-negara tersebut. Banyak wisatawan khawatir akan kondisi ini.

Namun di tengah situasi seperti ini, Nihad Takkal seorang mahasiswi asal Belgia berkeliling Indonesia pada awal Ramadhan lalu. Setelah mengunjungi Jakarta, Bandung dan Yogyakarta, pada pekan akhir Ramadhan berkesempatan berkunjung ke YDSF Surabaya. Berikut ini obrolan redaksi majalah Al Falah dengan mahasiswi Universite Libre De Bruxelles, Belgia di YDSF Surabaya.

Apa tujuan Anda berkunjung ke Indonesia?
Hobi saya memang berpetualang di banyak negeri. Saya pernah mengunjungi Mesir dan banyak negara Eropa lainnya seperti Portugal dan Turki. Bahkan saya berkeliling Mesir ketika terjadi pergolakan politik beberapa waktu lalu.

Apakah Anda tidak takut dengan kejadian teror di banyak negara, termasuk Indonesia?
Indonesia is super safe (sangat aman, Red.). Hingga saat ini saya malah belum baca berita tentang aksi terorisme di Indonesia. Makanya saya mau ke sini. Orangtua juga setuju.

Bagaimana menurut Anda tentang aksi teror di Eropa seperti di Paris, Istambul maupun di Belgia? Apakah keluarga Anda tidak khawatir?
Dimana pun kita berada, kita kan harus berhati-hati. Saya pernah berkeliling Mesir selama tiga bulan. Saat itu terjadi demonstrasi besar di Kairo. Orangtua saya sempat cemas. Ternyata keributan itu hanya terjadi di ibukota saja. Di daerah lain tidak terlalu mengkhawatirkan.

Lagipula, semua itu hanya efek media saja. Orang Eropa terlalu mudah termakan berita. Ibu saya sempat khawatir. Dia menelepon saya. Lalu saya tunjukkan foto-foto di Mesir. Dia baru percaya setelah melihatnya. Seringkali media Eropa terlalu berlebihan, khususnya tentang aksi terorisme di negara Muslim. Saya kira, hanya Syiria (Suriah) saja yang benar-benar terjadi pertempuran. Selebihnya insya Allah aman. Selain itu, ibu saya selalu berpesan agar selalu membaca doa-doa dalam bepergian. Seperti membaca Ayat Kursi. Setiap Muslim kan harus selalu meminta perlindungan Allah di manapun berada. Saya kira hanya orang bodoh saja yang mudah takut dan gampang termakan berita media tanpa mengecek kebenarannya. Karena orang jahat pasti ada dimana saja. Juga di negara saya. Maka kita sendirilah yang harus selalu hati-hati dan memohon kepada Allah.

Apa yang Anda rasakan dengan bepergian jauh seperti ini?
Saya dapat banyak pengalaman. Saya melihat mengamalkan banyak kebaikan agama. Ini membuka wawasan dan spiritual. Saya selalu mencari masjid terbesar di tempat yang saya singgahi. Saya jarang tinggal di Hotel. Saya juga lebih sering naik ojek atau angkutan umum daripada taksi. Saya bukan turis yang hanya tinggal di hotel atau pergi ke tempat wisata sambil menenteng kamera ke manamana. Saya selalu bepergian dengan bus atau kereta api, agar saya bisa menikmati pemandangan alam Indonesia yang indah ini. Kalau naik pesawat udara, tentu saya tidak bisa leluasa.

Saya berusaha mendalami budaya lokal. Saya juga mencicipi makanan daerah. Bahkan saya juga tinggal di rumah warga setempat. Saya tinggal beberapa
hari di keluarga Muslim di Ampel Surabaya. Saya banyak mengambil pelajaran dari sini. Insya Allah saya berada di Indonesia hingga akhir Juli, saat ini libur musim panas.

 

Apa kesan Anda tentang sikap orang Indonesia?
Sangat baik. Walau terkadang saya kesulitan komunikasi. Tapi saya banyak dibantu. Saya pernah dibantu cari ojek sekalian dibayari ongkosnya oleh sebuah keluarga di Bandung.

Adakah aktivitas lain selama di Surabaya?
Ya, ada. Saya bisa ikut terlibat aktivitas sosial. Salah satu di YDSF ini. Saya terkesan. Ini organisasi yang insya Allah diberkahi. Anda tak akan mungkin bisa mengubah seluruh bagian negeri ini. Namun Anda bisa mengubahnya sedikit demi sedikit seperti ini. Satu kebahagiaan kecil mampu memotivasi orang lain. Jika ini berlangsung secara berkala, tentu ini akan berdampak bagus pada generasi berikutnya.

Bisa Anda ceritakan tentang keluarga Anda?
Memang banyak yang meragukan apa saya benar orang Belgia (sambil tersenyum). Saya lahir dan besar di Brussel (ibukota Belgia). Ayah dan ibu saya kelahiran Maroko, namun mereka besar di Belgia. Kakek saya yang pertama kali migrasi ke Belgia. Saya generasi ketiga Muslim asal Maroko. Saya anak keempat dari enam bersaudara. Ayah saya bisnis ekspor-impor hasil pertanian.

Awalnya kakek saya merantau ke Eropa setelah Perang Dunia II. Saya kelahiran 1995. Saat ini saya kuliah di Faculty of Psychological Science & Education,
pada jurusan Speech Therapy. Ini tahun ketiga studi saya.

(naskah oki, foto bayu).

 

Baca juga:

Kisah Keluarga Teladan dalam Al Quran | YDSF

Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur | YDSF

Berzakat untuk 8 Asnaf

Kisah Qurban di Kawasan Minoritas Muslim | YDSF

UMMAT ISLAM, UMAT YANG TERBAIK

Konsultasi Zakat Online

 

 

 

Tags:

Share:


Baca Juga

Berbagi Infaq & Sedekah lebih mudah dengan SCAN QRIS Menggunakan Aplikasi berikut: